Iya Atau Tidak

6.5K 1.2K 135
                                    


"Fredella sini, ayolah kalian sudah dewasa. Hubungan kalian bisa diperbaiki." Mama melambaikan tangan tetapi tidak digubris akhirnya menarik Fredella lalu duduk di samping Axel.

"Kalian sudah dewasa, satu kesalahan bukan berarti selalu terlihat buruk nantinya. Kalian bicara di sini, mama mau ke supermarket lagi ada bumbu dapur yang lupa dibeli." Tidak ingin dicegah oleh keduanya, mama buru-buru bangkit dari hadapan keduanya.

Keduanya sama-sama diam, teh hangat mampu membuat badan Axel sedikit menghangat.
"Fredella, t—"

"Saya mau memaafkanmu, kalau terjadi lagi tidak segan- segan untuk meninggalkanmu selamanya." Fredella menyela.

Axel segera menaruh cangkir teh, menarik bahu Fredella untuk menghadap ke arahnya. Ia merasa tadi hanya salah mendengar. Menyuruh mengulang ucapan dan Fredella menuruti. Mengapa ia mudah sekali untuk memaafkan, rasa cintanya jauh lebih besar dan ia ingin mendengarkan penjelasan Axel.

"Terima kasih," ucap Axel di sela-sela pelukan mereka.

Kesempatan kedua selalu ada, memperbaiki dan tidak mengulang lagi. Kepercayaan dapat lagi, harus menjaga dengan baik.

Sekitar pukul tujuh malam waktu Jerman, makan malam dimulai. Jauh-jauh ke Jerman tetap saja disajikan makanan Indonesia, mama Fredella menyajikan sup ayam dan beberapa menu lain. Axel mengira akan menikmati makanan Jerman. Sedangkan Arkana diam seribu bahasa sejak tadi, ketika ditanya Arkana menjawab masih canggung. Axel menjemput kembali Arkana bersama Fredella, Axel senang Fredella melunak, memberi kesempatan lagi untuknya.

"Sengaja tidak masak makanan Jerman, tidak terlalu bisa," jujur mama Fredella membuka makan malam mereka.

Di ruang makan ada Fredella, mama Fredella dan Dara, gadis cantik dengan wajah jauh berbeda dengan Fredella. Mungkin karena mereka tidak satu darah, Dara terlihat bule sekali. Umurnya kira-kira tujuh belas tahun. Samar-samar Axel mendengar Fredella dan Dara berkomunikasi dengan bahasa Jerman.

"Tante boleh saya bicara?" tanya Axel. Tidak mau terlalu lama mengutarakan niatnya, mengapa Axel gencar membicarakan dengan mama Fredella lebih dulu agar tidak ada yang menghalangi lagi.

"Boleh dong, bicara saja Xel. Biar Dara dan Fredella tidak berisik sendiri. Dasar perempuan!" jawab Mama sedikit kesal karena Dara dan Fredella tidak berhenti bercerita. Bersyukur Fredella dan Axel kembali, hubungan memang kurang lengkap tanpa permasalahan.

"Halt die Klappe, meine Mädche ...," ucap mama Fredella pada keduanya.
(Tutup mulut gadis-gadisku)

Mereka serempak diam, pembicaraan seputar Axel yang datang membuat Dara bertanya-tanya. Siapa Axel dan pria muda di sampingnya. Dara terkejut jika itu kekasih Fredella dan mengatakan Axel sudah tua, membuat Fredella memberengut.

Axel berdehem sebelum berbicara, ia merasa sedikit gugup. Padahal sudah merangkai kata tetapi mendadak hilang,

"Maaf, saya bukan pria pintar untuk merangkai kata, kedatangan ke Jerman selain meminta maaf, ingin berniat meminta restu dari Tante dan memperbolehkan saya menikahi Fredella," ucap Axel tulus berharap mama Fredella tidak perlu menunggu lama untuk menjawab.

Suara deheman membuat mereka beralih menatap Arkana, "Hm, iya, Tante, sebagai perwakilan Ayah. Aku ingin Kak Fredella menjadi ibuku, boleh?" ucap Arkana. Arkana bingung harus memanggil wanita paruh baya ini apa, tidak mungkin langsung memanggil oma, nenek dan panggilan lainnya.

Axel terkejut. Tidak ada perkataan dari Arkana untuk membantu melamar Fredella, ucapan Arkana secara tiba-tiba terdengar.

"Kamu umur berapa, Nak?" tanya mama Fredella.

"Dua belas, selama ini aku merasa nyaman dengan Kak Fredella. Aku yakin Kak Fredella bisa menjadi ibu yang baik untukku," ucap Arkana.

"Maaf, ibumu masih ada?"

Falling In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang