Perfect Couple [Completed]

By risnnawty

56.7K 1.9K 137

"Masa lalu itu yang buat hati gue ketutup bahkan sudah membeku," Adrew Haris. "Gue yang akan mencairkan es di... More

INFO
.Prolog.
CAST
Terlambat
Bertengkar
Kuah Soto
Ruang BK
Ketemuan
Lari Pagi
Nembak
Kedekatan
Siapa Dia?
Kebaikan Kelvin
Pertemuan Tak Terduga
Khawatir
Perhatian Adrew
Sebercak Rasa
Pelik
Labirin Baru
Jadian
Surat Kecil Airin
Tiga Indera
Break
Say Goodbye
Sebuah Dasi
Jalan
Masa Lalu Adrew
INSTAGRAM
Golongan Darah
Hilangnya Alena
Awal Alena Berubah
Broken Heart
Birthday Mantan
Terungkap yang Sebenarnya
Luka & Rahasia (2)
Buku Diary
Berkumpul Kembali
Kepergiannya-end
UCAPAN TERIMA KASIH
CERITA BARU

Epilog

1.8K 43 1
By risnnawty

Nikmati saja prosesnya, jangan mundur itu kuncinya, maka akan tersenyum nanti hasilnya

***

Pikir Alena, seminggu sudah Adrew berada di Surabaya. Walaupun begitu Alena dan Adrew masih tetap jaga komitmen dengan memanfaatkan sosial media sebagai sarana komunikasi mereka, meskipun mereka pernah lost contact akibat ponsel Alena yang terkena copet, tetapi tetap saja cinta mereka tidak pernah sampai lost.

Begitu terdengar suara ketukan pintu dari luar, Alena dengan segera merapihkan penampilannya, lalu keluar dari kamar dengan terburu-buru. Belum juga ia selesai memakai sepatu suara ketukan itu kembali terdengar.

"Siapa itu Len?" tanya wanita paruh baya, tengah merapihkan berkas-berkas di tangannya.

"Alena juga gak tau Tante," jawab gadis itu pada Zafin. Yah, Zafin dan Loren pindah ke rumah Alena sudah tiga hari yang lalu, dikarnakan rumah Zafin terjual untuk membayar utang-utangnya.

"Yaudah kamu buka!" Alena mengangguk, setelahnya berjalan ke arah pintu.

Tangan gadis itu membuka pintu coklat itu dengan perlahan. Mendadak wajahnya seketika terkejut begitu melihat pria berkemeja biru ada di depannya, pria itu membawa sebuah plastik besar berwarna hitam yang Alena tidak tahu isinya apa.

"Adrew!" sontak Alena langsung memeluk pria itu dengan hangat, kemudian melepasnya kembali.

"Kok udah pulang?" Adrew tersenyum, lalu duduk di halaman depan rumah Alena.

"Lagian siapa sih yang ke Surabaya," Alena tercengang mendengarnya, lantas gadis itu ikut duduk samping Adrew.

"Maksud kamu apa?"

"Gue gak ke Surabaya."

"Hah?! Lah kok?"

"Masih kurang jelas? Gue gak ke Surabaya." ucap pria itu mengulang penyataannya.

"Udah baca belom suratnya?" tanya Adrew.

"Udah,"

"Waktu lo baca suratnya gue liatin dari jendela kamar lo,"

"Hahh?!! Demi apa?"

"Beneran. Lo nangis-nangis kan?" mendadak Alena merasa malu, ternyata orang yang ia tangisi malah melihatnya.

"Auah kesel! Gak jelas!" sungut Alena sebal.

"Siapa yang gak jelas?"

"Orang jelek."

"Terus seminggu kemarin kamu ke mana?! Aku main sama Airin gada kamu tuh,"

"Nginep di rumah Rava," ujarya enteng.

"Kamu boongin aku?!"

"Udah niat dari lama sebenernya," mata Alena membulat, kemudian Adrew memegang pipi Alena, supaya gadis itu tidak marah. Kemudian tangan Adrew terulur mengambil kantong plastik besar yang dibawanya tadi.

"Nih hadiah, buat orang yang suka nangis." kata pria itu sembari menyodorkan kantong plastik itu ke Alena.

"Gak lucu bercandanya! Sumpah beneran gak lucu!!" maki Alena dengan memukul pundak Adrew, tapi justru malah membuat Adrew tertawa.

"Ini ambil hadiahnya!" Alena sungkan untuk menoleh lagi ke arah Adrew, gadis itu marah.

"Gak mau, yaudah gue kasih Zenap atau Rayna aja, para mantan tersayang gue." tukas Adrew hendak beranjak, namun dengan cepat Alena meraih plastik tersebut, membuat Adrew tersenyum tipis.

Tangan Alena berusaha membuka plastik tersebut, setelah terbuka plastik tersebut memperlihatkan sebuah boneka teddy bear berukuran jumbo warna coklat. Senyum Alena seketika merekah, lantas gadis itu langsung memeluk boneka itu gemas.

"Lucu banget!!!"

"Gue gak dipeluk juga?"

"Ogah!"

"Suka gak?"

"Suka, sama bonekanya bukan sama yang ngasih."

Adrew membuang nafasnya, menghiraukan perkataan gadis itu. "Akhirnya rencana gua berhasil," kata pria itu terdengar senang.

"Berhasil gimana?"

"Buat lo nangis,"

"Ihhh!!!" kesalnya sebab dirinya telah masuk ke dalam jebakan Adrew yang sudah mengerjainya.

"Kan emang kerjaan lo nangis mulu," ceplos Adrew berkata jujur.

Adrew menangkup wajah Alena, lalu menyelipkan helaian rambut ke belakang kuping gadis itu. Hembusan nafas pria itu terasa jelas di kulit Alena ketika pria itu mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu, setelahnya berbisik. "Gue seneng liat lo nangis, apalagi lo nangis buat gue yang gak boleh ninggalin lo."

***

Gadis bermata hazel itu akhirnya kini telah menduduki kelas dua belas di SMA Merah Putih. Hari ini adalah pertama kalinya Alena kembali masuk sekolah, setelah liburan kenaikan kelas berlalu.

Alena memberhentikan taxi di tengah jalan, selang tujuh belas menit akhirnya gadis itu sampai depan gerbang sekolahnya. Alena menatap pias pintu gerbang sekolah yang sudah ditutup, lagi-lagi dirinya terlambat. Alena hendak teriak-teriak kepada pak satpam, tetapi nanti dia malah dihukum. Namun jika ia pulang, bisa-bisa dia ketinggalan pelajaran, mengingat dirinya sudah kelas dua belas.

Tiba-tiba saja sebuah mobil silver berhenti tepat di depannya, si pemilik mobil pun keluar dari mobilnya. Orang itu Adrew. Pria itu tersenyum tipis melihat Alena yang terlambat sekolah. Sebaliknya, Alena melihat orang itu adalah Adrew, gadis itu langsung membalikkan tubuhnya membelakangi pria itu, dan ia juga menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.

Kenapa harus Adrew sih yang ngeliat gue telat. Batin Alena.

"Lo ngapain masih di luar?" Adrew membalikkan tubuh mungil gadis itu untuk menghadapnya, sementara Alena masih menutup wajahnya rapat-rapat.

"Mukanya kenapa ditutup?" pria itu juga memaksa Alena untuk membuka telapak tangan Alena agar tidak menutupi wajah gadis itu.

"Ih ngapain kamu ke sini?"

"Emang gue kalo ke kampus lewat sini," ujarnya membuat Alena semakin salah tingkah di depan Adrew.

"Udah lah aku pengen masuk." Alena tersadar dirinya saat ini terlambat, mau masuk bagaimana gerbangnya aja digembok. Adrew menaikkan sebelah alisnya, mencoba tidak tertawa dengan tingkah aneh gadis itu.

"Yaudah sana masuk!"

"Itu, emm.. Anu.." ucapnya kebingungan sambil menggaruk tekuknya yang tidak gatal. Adrew langsung menatap Alena heran, sudah telat masih suka mencari-cari alasan.

"Kalo telat, tinggal bilang telat apa susahnya."

"Iya aku terlambat. Aku bolos ya? Hihi.." sahut Alena kemudian izin untuk membolos.

"Gak!"

"Yahh, terus?"

"Naik." titah Adrew seraya mengubah posisinya menjadi jongkok.

"Maksudnya?"

Adrew memasang muka malasnya pada Alena. "Naik pundak gue, mau masuk enggak?"

Gadis itu terlihat ragu, namun mau tidak mau, dia harus melakukannya, karena tidak ada cara lain selain memanjat pagar, dulu memang dia pernah melakukannya dengan Airin. Tapi sekarang, ini adalah Adrew, betapa malunya ia sekarang. Alena pun naik ke pundak Adrew, dan meloncati pagar yang tidak terlalu tinggi itu, lalu masuklah Alena ke area sekolah.

***

Sore ini Adrew meminta Airin untuk mengajarinya belajar masak, sebab itu kini kakak beradik itu tengah sibuk berdebat di dapur, membahas perihal yang sangat tidak penting.

"Dih apansi, kalo motong-motong ayam tuh gak begini!" nyolot Adrew tidak mau ikut perintah Airin.

"Mau kaya gimana?!! Masa kaya kaya motong tempe!" sahut gadis itu pusing berdebat dengan kakaknya yang sudah berdurasi satu jam.

"Lo ngajarin gue masak niat gak si?"

"Ya lo nya aja susah nurutnya ama yang gue bilang," Airin menggelengkan kepalanya dengan tingkah Adrew, bisa-bisanya Alena dapat bertahan dengan manusia semacam ini.

"Yaudah sini gue aja yang motong." Airin merebut ayam yang berada di tangan Adrew.

"Gak gue aja! Ini tuh buat orang spesial. Jadi harus gue yang masak."

"Lah daritadi lo aja gak becus masak!"

Niko datang ke dapur untuk mengambil minuman soda, lalu heran melihat kedua saudaranya yang tengah sibuk berdebat. Dengan cuek pria itu duduk di meja sambil menegak soda yang baru saja ia ambil dari kulkas.

Tampaknya Niko sedang kelelahan, sebab kini pria itu bekerja sebagai karyawan di salah satu pabrik industri, bertujuan untuk mengumpulkan modal untuk menjadi pengusaha hebat seperti mamanya. Beda halnya dengan Adrew kembarannya, Adrew memilih kuliah, demi mencapai keinginan pria itu yang ingin menjadi dokter.

"Berisik banget sih lu bedua," kesal Niko dengan memasang wajah marah.

"Rin, mama mana?" tanya pria itu kembali.

"Keluar ada urusan," setelah mendapat jawaban dari Airin, pria itu langsung keluar dari dapur begitu saja.

"Udah tuh tinggal goreng!" titah Airin kembali bersuara tinggi untuk memerintah pria keras kepala itu.

"Mana?" Airin memberikan potongan ayam yang sudah diraciknya kepada Adrew untuk digoreng.

"Itu apinya kecilin," habis mengatakan itu pada Adrew, Airin mencuci tangannya di wastafel, lalu kembali melihat ayam yang sedang digoreng Adrew.

"ADREW ITU AYAMNYA GOSONG!" pekik Airin kencang, kemudian mengambil alih spatula yang dipegang Adrew, dan buru-buru mengangkat ayam yang sudah terlanjur gosong itu, serta tidak lupa juga mematikan kompor.

"Kan udah gue bilang, apinya kecilin! Hiiihhhh!" maki Airin bertambah kesal pada pria yang memasang wajah tak berdosanya.

"Lo sih lagi masak marah-marah, gak jadi kan?!"

"Ahhh udah gue capek. Satu jam lebih masak gak kelar-kelar. Sekalinya kelar malah gosong." seketika Airin ingin merauk wajah kakaknya ini, bener-bener sangat nyebelin melebihi dari yang ia kira sebelumnya.

"Lu makan tuh ayam gosong, cuci piring lu abis itu!" kemudian gadis itu, langsung keluar begutu saja dari dapur.

***

Akhirnya Alena dan Adrew gak jadi berpisah yeayyy!!

Maaf ya teman-teman kalo misal feelnya kurang dapet^^

Buat kalian yang udah baca sampe Epilog. Terima kasih buanyakkkk..

Salam manis dari Author.

Lov u

VOTE AND COMMAND

ThankYou:)

Continue Reading

You'll Also Like

Perfect By A.K.N

Teen Fiction

207K 13.4K 45
[Sequel : Promise] Aku tak tahu, mana yang benar. Yang ku tahu pasti, bahwa cinta tak terbalas memang menyakitkan. Apalagi ketika harus memilih bert...
108K 6.9K 64
[FOLLOW SEBELUM BACA] Genre: Teenfiction - Young Adult | 17+ "Lo sengaja usik gue buat dapetin perhatian gue, kan?" Axel menaikkan turunkan aslinya...
573K 27.5K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
6.9M 291K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...