MENIKAH DENGAN INTEGRITAS

By VorellaVe

264K 8.3K 472

Jerry sangat mencintai istrinya. Berikut segala kekurangannya... Meski istrinya itu selalu saja protes dengan... More

MENIKAH DENGAN INTEGRITAS
BAGIAN I: WANDA
BAGIAN II: USAHA WANDA
BAGIAN III: HARI PERTAMA WANDA
BAGIAN IV: DILEMA JERRY
BAGIAN V: KASUS PERTAMA WANDA
BAGIAN VII: BELAJAR DARI RUDY
BAGIAN VIII: AWAL BADAI
BAGIAN IX: AKAL BULUS WANDA
BAGIAN X: JENDELA HATI
BAGIAN XI: HAMBALI
BAGIAN XII: AKAL BULUS HAMBALI
BAGIAN XIII: HAMBALI BERAKSI
BAGIAN XIV: DUA PILIHAN
BAGIAN XV: CARA KERJA
BAGIAN XVI: PAGI YANG BARU
BAGIAN XVII: SEPI
BAGIAN XVIII: SPK ICHAL
BAGIAN XIX: TERLALU MENCINTAI
BAGIAN XX: AJARKU MERENDAHKAN HATI
BAGIAN XXI: MENUNGGU TEAM AUDIT
BAGIAN XXII: CINTA MATI
BAGIAN XXIII: KEBUTUHAN HIDUP
BAGIAN XXIV: KELEBIHAN BEBAN
BAGIAN XXV: CINTA LAMA
BAGIAN XXVI: JONGOS KAMPRET
BAGIAN XXVII: AIR MATA HAMBALI
BAGIAN XXVIII: AWAL LEMBARAN BARU
BAGIAN XXIX: KEMENANGAN SEMU
BAGIAN XXX: GAS AJAIB PELIPUR LARA
BAGIAN XXXI: CARA YANG SEDERHANA
BAGIAN XXXII: KETERBUKAAN
BAGIAN XXXIII: JANGAN BILANG SIAPA-SIAPA
BAGIAN XXXIV: CEMBURU BUTA
BAGIAN XXXV: BAKU HANTAM
BAGIAN XXXVI: BURUNG PIPIT
BAGIAN XXXVII: PAS DI DADA
BAGIAN XXXVIII: BERANI TAMPIL BEDA
BAGIAN XXXIX: RUDY, TEMAN YANG BAIK
BAGIAN XXXX: GOOD BYE, WERDI
BAGIAN XXXXI: BERITA BURUK
BAGIAN XXXXII: PANGKUAN HATI WANDA
BAGIAN XXXXIII: HARI PERTAMA DI CABANG BARU
BAGIAN XXXXIIII: SELINGKUH?
BAGIAN XXXXV: NASIB ORANG KETIGA
BAGIAN XXXXVI: TANTANGAN
BAGIAN XXXXVII: STRATEGI JERRY
BAGIAN XXXXVIII: TERJATUH,,,
BAGIAN XXXXIX: "I LOVE YOU"
BAGIAN XXXXX: BEGITU SALAH, BEGITU BENAR
BAGIAN XXXXXI: MENGGILA
BAGIAN XXXXXII: TETAP YANG TERINDAH
BAGIAN XXXXXIII: KEHILANGAN
BAGIAN LIV: MELEPASKAN
BAGIAN LV: PENGAKUAN DAN KEBERSAMAAN
BAGIAN LVI: BELAHAN JIWA
BAGIAN LVII: TO THE TOP
BAGIAN LVIII: PEMENANG
BAGIAN LIX: AKHIR DESEMBER
BAGIAN LX: LUAR BIASA
BAGIAN LXI: PERPISAHAN
BAGIAN LXII: TAMAT

BAGIAN VI: SEGALA YANG TERSEMBUNYI

4.5K 154 5
By VorellaVe

BAGIAN VI: SEGALA YANG TERSEMBUNYI

Sekitar setengah jam sebelum jam makan siang tiba, Jerry menemui Werdi di ruangannya.

"Ya, Pak Jerry? Silahkan... silahkan masuk..." Werdi berbahasa teramat formil. Ia sedang berperan. Begitulah menurutnya di dunia pekerjaan. Harus berperan berbeda... bagaimana menghadapi anak buah, bagaimana bersikap terhadap pimpinan, bagaimana menghadapi rekan sekerja dan... Bagaimana persisnya memanjakan... Wanda. Wanda adalah favoritnya sejak dulu. Ia tak pernah mendapatkan hati Wanda, sebaik apapun dan seloyal apapun ia sudah bersikap sekian lama... Wanda tak pernah bermain hati dengannya. Awalnya, Werdi hanya memperjuangkan egonya semata,,, yang rasanya di injak-injak bila ada perempuan yang tidak bertekuk lutut padanya. Tapi itu hanya di masa-masa pencariannya... lama-lama,,, ia merasa Wandalah yang sanggup membuat ia rela di tindas. wanda berikut segala kekurangannya... Sayangnya,,, Werdi terlambat. Saat ia kembali dari luar negeri demi mendapatkan gelar master di bidang bisnis,,, Wanda sudah menikah dengan laki-laki yang baru di kenalnya hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Werdi selalu berpikir bahwa dirinyalah yang palinbg tahu cara menghadapi Wanda dan mengerti Wanda seutuhnya... Tapi Wanda tidak sependapat. Wanda bahkan tak pernah percaya padanya dalam urusan hati... Werdi terkadang terkekeh geli sendiri melihat bagaimana dirinya mau saja mencampurkan urusan hati ke dalam pekerjaannya dan membawa Wanda ikut serta. Dan saat Werdi memperhatikan sosok Jerry,,, Werdi sempat berpikir... kalau Jerry adalah tipe laki-laki idaman Wanda. Dan Werdi terheran-heran melihat bagaimana Wanda bersikap biasa saja menghadapi tipe laki-laki seperti Jerry. Karena Werdi sendiri merasa, kalau dirinya adalah seorang perempuan,,, ia pasti sudah mengejar cinta matinya seorang Jerry Mardhika...

"Maaf mengganggu nih, Pak...", mulai Jerry sambil melangkah mendekati. "Saya mau laporan tentang perkembangan anak-anak baru yang masih training dan yang masih junior. Khususnya beberapa orang senior yang gak sampe target nih, Pak."

Werdi mengangguk. "Oke... duduk, Pak Jerrrr..." Werdi memposisikan duduknya dengan lebih rileks. "Gimana Rivaldi?", sambungnya, "Dia masih harus diposisikan dalam masa pemantauan ketat yang lebih panjang. Saya gak mau asumsi... tapi dari laporan terakhir Pak Jer tentang seringnya SPK yang nomor telpon di datanya,,, ternyata bukan nomor customernya itu mesti diwaspadai, Pak Jer..."

Jerry mengangguk kecil. "Sudah saya beresin, Pak. Itu nomor mediator. Udah saya push supaya yang datanya bermasalah, cepet diberesin. Rivaldi mulai menunjukkan perubahan, Pak. Prospeknya mulai bertambah. SPK nya juga. Cuma... banyak yang batal D.O. karna ketiadaan unit, Pak. Saya rasa, sih... selama saya tempel terus,,, dia memang udah usaha keras, Pak. Tapi yang saya mau discuss sama Bapak,,, soal Hambali, Pak."

"Jujur... saya dah gak interest sama yang satu itu. Berdasarkan angka, attitude, mau pun kerjasama. Tipe pembangkang, Pak... tapi bodoh cara kerjanya. Dan gak mau di ubah... Dan hati-hati, Pak Jerrr... tipe kompor juga, kayaknya..."

Jerry berkerenyit dahi mendengar itu. Werdi mulai melenguh panjang untuk menjawab tanda tanya di dahi berkerut Jerry itu. "Saya denger brita gak sedap, Pak Jer... Tapi, saya juga gak asal telan. Tampung dulu... Hambali ini ngotot dateng langsung ke saya,,, minta pindah team. Dia buat kesan... Pak Jerry ini gak cocok cara kepemimpinannya. Ya... mungkin,,, terlalu keras?'

Jerry mulai terkekeh kecil mendengar itu. "ooooooh... berita gak sedap dari anak buah yang kadang gak suka dengan cara kita sebagai pemimpin, bukannya hal biasa, Pak? Kita kan orang kerja, Pak. Mereka juga. Kita kan gak ngelonin anak orang supaya dapet yang enak-enak terus sesuai maunya, Pak... tapi kita kan harus didik mereka... supaya kerja bener dan menghasilkan... dan halal... moga-moga tercapainya seperti itu ya, Pak..."

Werdi berdehem kecil dan mengubah posisi duduknya yang di rasa agak tak nyaman. "Betul... saya setuju, Pak Jer... Saya juga gak setujuin permintaan Hambali itu. di ladang subur kayak gini aja, angkanya rotring... gimana pindah ke cabang lain yang lebih berat? Saya percayalah... dengan jam terbang senior macam Pak Jer ini... Pak Jer udah tau cara menghadapi setiap pribadi mereka. Lakukan aja yang perlu Pak Jer lakukan... Tapi,,, bila ada masalah yang di luar wewenang Pak Jer... diskusi aja ma saya, ya. Harapannya sih, supaya kita sama-sama berhasil bina cabang ini ya..."

Jerry manggut-manggut. "Iya, Pak... soal di luar kewenangan saya itu, yang saya mau tanya nih, Pak..."

"Iya?"

"Soal SPKnya Wanda...'

Mendengar itu, Werdi sempat tercekat di kerongkongannya. "oh... masalah tadi pagi mah, udah beres, Pak Jer... Saya turun langsung supaya ada pendekatan juga sama mereka. Berhubung, saya kan juga baru empat bulan di sini..." Werdi mengumbar senyuman lebarnya...

"Bukan itu, Pak", sahut Jerry sambil menggeleng pelan. "Soal discount sepuluh juta yang Bapak setujui di SPK Wanda..."

Werdi kembali dengan, "oooohhhhh" Lalu menyambung, "... iya... soalnya,,, anak baru itu hebat juga... baru masuk di hari pertama, udah dapet dua prospek mateng... biar jadi aja. Jangan sampe batal."

"Iya, Pak... jujur, saya aja sampe gak tau. berhubung,,, kemaren memang ada urusan sama customer yang complain... untung Bapak bantu pegang... terima kasih, Pak..."

Werdi mulai terdiam. Berpikir sejenak apakah Jerry tahu betul bahwa ia mendampingi Wanda secara langsung, kemarin. Ia pun cepat-cepat mengalihkan topik... "Apa itu jadi masalah, Pak Jer?"

Jerry menggeleng lagi. "Gak masalah dengan saya, Pak. Tapi beberapa anak buah yang lain protes. Dan britanya cepet sekali menyebar... Karna perintah Bapak kan, discount gak boleh di abisin. Mentok di tujuh juta. Dan perintah itu udah saya sampaikan ke anak buah saya. Dengan sangat ketat. Hanya kasus-kasus tertentu yang mungkin butuh discount lebih, dan tentunya... saya pasti akan dateng ke Bapak... untuk konfirmasi... tapi... kasus Wanda ini... jadi membuat mereka berpikir,,, enaknya langsung ke Pak Werdi. Karna dapet discount nya bisa lebih besar. Otomatis, perintah saya jadi diabaikan. Takutnya, suatu hari mereka langsung saja ke Bapak, dan Bapak gak tau hasil pemantauan saya,,, apakah anak ini bermain nakal atau sungguhan,,, dan takutnya kalau ada apa-apa, kita juga yang kena, Pak. Mereka sih, bisa aja kabur."

Werdi tampak berpikir. Lalu mengangguk-angguk dengan wajah serius. "Betul juga. Oke... begini Pak Jer... kita ngomong bareng di depan semuanya untuk meluruskan... Dan ngomong-ngomong... tadi pagi,,, Rena minta saya langsung tanda tangan SPK nya. Discountnya minta delapan juta." Werdi mulai geleng-geleng, "Dan berhubung saya lagi terima telpon, saya langsung tanda tangan aja tanpa melihat apakah Pak Jerry juga udah sign di situ. Tolong di recheck, Pak..."

Jerry tersenyum kecil, seolah tak terkejut lagi. "Rena gak laporan apapun sama saya. Oke, Pak... abis ini langsung saya check. Kapan kira-kira Bapak mau ngomong sama mereka untuk lurusin masalah discount ini, Pak?"

"Setelah Pak Jerry lurusin si Rena, Pak Jerry call saya aja ke ruangan saya, ya. Nanti saya turun ke bawah", sahut werdi. Jerry pun mengangguk dan mohon undur diri untuk kembali ke ruangannya.

"Rena", panggil Jerry pada perempuan muda yang wajahnya tampak lugu. "Ke meja saya, sekarang", kata Jerry sambil lewat. Rena pun tampak ketakutan, mulai bangkit berdiri dengan ragu-ragu... tapi mengikut juga di belakang Jerry. Setibanya di meja Jerry, Rena langsung menenangkan dirinya. "Iya, Pak... ada apa, ya? Saya kan dah laporan..."

"Laporan apa?" Jerry menatap lurus tanpa berkedip.

"Tadi pagi... mungkin Pak Jerry sibuk. Jadinya gak denger...", sahut Rena beralasan.

"Jangan bermain-main sama saya, Ren. Mana nomor telepon customer yang discountnya delapan juta?"

"Oh... itu disetujuin sama Pak Werdi, kok...", sahut Rena berusaha tenang.

"Ya. Dan Pak Werdi juga yang suruh saya recheck karna tadi dia bertanya,,, APAKAH SAYA TAU DAN SUDAH MENANDATANGANINYA? Dan saya jawab apa adanya... TIDAK TAHU DAN TIDAK PERNAH MEMBERI PERSETUJUAN."

Rena terdiam. mendadak kaku. "Tapi, Pak... Bapak gak ngerti, sih... kalo nggak discount segitu,,, customernya bisa batal..."

"Betul... masalahnya, kenapa gak cerita sama saya? DISKUSI... tidak semua boleh seenaknya ngabisin discount. Kalo gak ada yang salah, gak perlu disembunyi'in kan?"

"Abis... Bapak akhir-akhir ini galak... udah kayak polisi... jadinya saya takut. Malah saya di kejar target. Tapi beneran... saya gak nyatut sepeser pun, Pak..."

"Mari kita bukti'in kalo kamu gak nyatut... mana nomor telepon customer kamu? Karna nomor telpon yang di SPK bukan nomor customernya..."

Rena pun yang mulai terisak,,, sambil memberikan kartu nama pada Jerry... "ini, Pak...", katanya, takut-takut.

"Rena...", kata Jerry lagi dengan nada berubah lebih lembut. "Jangan nangis. Itu bukan senjata yang mempan ke saya. Dan nanti,,, orang jadi berasumsi, kamu itu saya apa'in? Ini dunia kerja. Kamu kerja di bayar. Kalo gak menghasilkan atau kerja gak bener,,, di tegur itu wajar... kalo mau di sayang-sayang terus, kamu salah tempat. Kamu bisa, kok... cari kerjaan di tempat lain yang bikin kamu selaluuuuu aman. selaluuu di sayang. Yaitu... di ruuumaaah... dikelonin sama mama kamu... yah?"

Rena mulai menitikkan air mata sambil sesegukan. "Mama saya... udah meninggal, Paaaakkk!!! Suara Rena mulai keras dan nadanya meninggi. Orang-orang di sekelilingnya mulai terundang untuk menoleh. Termasuk Wanda. Kasak-kusuk pun mulai bertebaran...

"Di apa'in tuh, si Rerenn?"

"Tau, nih... si Boss lama-lama bikin gerah."

"Iya,,, jadi susah cari duit..."

"Iya... parno... dikit-dikit curiga... minta discount lebih dikit aja, langsung di selidikin... itu kan tugas CRO... dia jadi polisi aja, mendingan..."

Petugas CRO yang hanya satu-satunya di situ hanya terdiam. Orang-orang memanggilnya dengan nama Imar. Sejak kasus penggelapan yang pernah terjadi di cabang di mana ia ditempatkan sebelumnya,,, ia sudah mulai sadar diri kalau dirinya tidak dipercaya lagi untuk bisa berfungsi sepenuhnya. Uang tips dan persenan dari salah seorang supervisor di cabangnya terdahulu membuat ia jadi tak enak hati untuk melaporkan setiap kejanggalan yang ada pada setiap bukti transaksi. Sampai akhirnya terbongkarlah tindakan kriminal yang dilakukan si supervisor itu hingga hampir membuat semuanya terancam di pecat. Dan setelah itu, untuk membereskan semuanya, semua sales sempat mengalami depresi karena terseret-seret ke dalam penyidikan polisi. Dan angka penjualan cabang pun menurun drastis. Semua sales dan petugas CRO, bahkan sampai ke bagian Administrasi,,, di anggap terlibat, apapun alasannya. Bahkan kepala cabangnya pun harus dimutasi ke cabang gersang. Dan cabang itu hampir saja di "cuci gudang" semuanya.

Seringnya terjadi penggelapan uang inilah yang membuat perusahaan semakin memperketat peraturannya. Itu juga yang mendasari aksi ketatnya Jerry di dalam memantau setiap anak buahnya. Ia memberi reward bagi yang sudah berhasil menunjukkan kerja benar dan prestasinya... Jerry juga memberikan perhatian, bantuan moral maupun material bagi yang belum berhasil tapi mau di bentuk, mau belajar dan mau terus bertekun. Tapi Jerry akan mengacuhkan setiap anak buahnya yang tidak mau di bentuk atau pemalas. Itu hanyalah membuang waktu berharga Jerry, begitulah Jerry menilainya. Baginya, tidak perlu buang-buang waktu, tenaga dan effort demi memberi mutiara pada seekor babi. Karena babi tidak pernah mau menghargai apa yang di sebut mutiara. Mutiara itu hanya akan di injak-injaknya. Dan semuanya hanya masalah waktu bagi Jerry. untuk melihat dua hasil akhir dari tipe-tipe orang seperti itu... dalam waktu yang berjalan, orang itu bisa saja menemukan caranya sendiri untuk berhasil mencetak angka dan mencapai target... dan pastinya, hanya orang super jenius yang bisa seperti itu tanpa proses belajar... tapi sekalipun begitu, orang itu tidak akan pernah dipercayakan untuk memegang tampuk kepemimpinan karena attitude pemberontaknya. Persis seperti apa yang Alvian pernah ajarkan padanya soal dua muka sisi pada mata uang logam atau koin. Yang kedua... orang itu tidak berhasil dan akhirnya akan keluar dengan sendirinya. Dan resikonya,,, Jerry akan mendapatkan badai fitnahan, hasutan dan bahkan yang lebih jahat lagi. Banyak anak buah yang tidak dewasa akan ngambek atau bahkan memusuhinya,,, atau bahkan merancangkan yang jahat untuk menumbangkannya...

Bagi Jerry, para pekerja tanpa integritas hanyalah hidup demi perut dan kepentingannya sendiri. Hidup tanpa harga diri dan tanpa rasa malu pada diri sendiri. Rata-rata, sudah tidak punya malu. Yang ada hanya kemarahan bila keinginannya tidak dituruti atau tidak tercapai. Dan Pada faktanya, bagi orang-orang yang bekerja tanpa integritas,,, meskipun peraturan sudah diperketat, tunjangan di beri berlimpah, reward di buat meriah, tetap saja... ada orang-orang yang tak pernah puas... sudah dipermudah sejauh apapun untuk bisa berjualan,,, baru berjualan sedikit,,, sudah puas dan tepuk dada. Dan Setiap ada celah sedikit untuk korupsi,,, tetap saja tangannya jahil untuk menyatut sepeser dua peser hingga akhirnya ke jumlah yang besar. Dan tetap saja ada orang-orang yang tidak puas dengan seribu satu macam alasan mereka, meski sudah di beri waktu sepanjang apapun untuk mencapai target, tetap saja mengeluhkan semuanya terasa sulit... dan mengatasnamakan "keadilan", menghasut rekan-rekannya untuk menggeser orang-orang yang mengancam keselamatan karir mereka. Mereka tidak mau dan tidak berani mengikuti sistem yang mereka sepakati sendiri di saat mereka di terima untuk bekerja di perusahaan.

Dan Jerry yang pernah merasakan posisinya sebagai bawahan dan mengalami bagaimana rasanya di tekan atasan, juga yang sekarang merasakan posisinya sebagai pimpinan dan tahu rasanya di boikot bawahan ataupun di tipu daya... terus bersabar dan berbesar hati untuk memperbesar kapasitas dirinya... agar tak mudah patah dengan semua keadaan dilematis yang sering ditemuinya itu...

Setiap sedang merenung, seringkali Jerry bergidik membayangkan posisi seseorang yang dipercayakan untuk memegang tampuk kepemimpinan sebagai seorang presiden di sebuah negara... Kalau setiap orang yang ingin naik ke situ memandang posisi tersebut, benar-benar sebagai tugas yang di emban dan sebuah pengabdian... Jerry yakin... tidak banyak orang yang akan antri menunjuk tangannya untuk mau mampir ke situ meski setahun-dua tahun saja... Berat... Tugas memimpin itu dirasanya berat,,, bila tidak memiliki kerendahan hati, kebesaran jiwa dan mental baja... pemimpin harus memikirkan banyak hal di lingkup kehidupan yang lebih besar dan lebih luas yang harus sinerji di semua aspeknya... juga harus memiliki sudut pandang yang jauh ke depan. Sementara bawahan hanya memikirkan lingkup kehidupan yang lebih sempit dan dalam sudut pandang yang tidak lebih panjang dan tidak lebih luas dari pemimpinnya...

Dan kasak-kusuk yang ingin memboikot Jerry pun mulai beraroma tidak sedap di udara. Awalnya hanyalah segelintir orang yang merasa gerah karena niat menyimpangnya tercium dan terpantau oleh Jerry. Lalu sedikit orang itu mulai menyebarkan isu tak sedap kepada sekelilingnya dan membangkitkan hal-hal negatif yang berhubungan dengan topik, "Kita dipersulit..."

"Jadi susah nyatut buat uang tambahan..."

Dan sekarang,,, Hambali sedang berbisik-bisik pada sekelilingnya,,, sambil terus mengawasi bagaimana Jerry sedang menangani Rena...

"Makanya gue mau pindah team... susah ma dia... gue jadi tertekan. Gimana gue mau jualan? Gue gak ada motor... kalo gak ngembat discount, darimana gue DePe'in tuh motor? Toh, discount dah di jatah ma perusahaan... bisa dinikmatin sama si customer... atau dinikmatin kita kan,,, gak ada salahnya... sama aja kan? Gue punya keluarga yang mesti di kasih makan... Emangnya dia mau tau? Dia laku'in apa, sih? buat gue?"

Rivaldi pun menimpali, "Iya, bro... malahan,,, gue gak pernah nyatut. Gue cuma salah cantumin nomor telpon doang. Nomor mediator lah yang gue kasih di SPK. Bukan nomor customer. Eh, gue di curiga'in... Dia gak tau, apa... gue dah kerja cape-cape... dia yang nikmatin juga kan... alesannya,,, kalo mediator bawa uang lari, gue bakal kena masalah. makanya nomor customer harus dicantumin di SPK untuk gampang ngechecknya. Kan gue bisa ngecheck sendiri ke customer gue sendiri. Dia aja yang parno... peraturan ini, peraturan ituuu... gerah, gue! Mikirin peraturan,,, gue jadi susah jualan!"

Dengan hati panas, Wanda mendengarkan semuanya. Astaga,,, mahluk-mahluk babi gak tau diri, Wanda membatin kasar di dalam hatinya. Seringkali setiap di rumah ia mendapati Jerry sedang merenung,,, Wanda akan menanyakan apa yang ada di pikirannya. Dan jawaban Jerry mungkin adalah jawaban yang tidak pernah terpikirkan sama sekali oleh anak-anak buahnya itu...

Sekilas Wanda mengenang... Bagaimana Jerry melenguh pelan sambil menghitung-hitung angka di kertas saat menjawab Wanda. "Sayang... bisa gak, kita tunda acara jalan-jalan kita...?"

"Jalan-jalan? Kita kan dah keseringan jalan-jalan... gak masalah... terserah kamu aja...", sahut wanda saat itu.

"Gini... aku sedikit dilema, nih... tapi aku juga gak mau jadi salah sama kamu..."

"Apa, sih?"

"Beberapa anak buah aku ada kendala di dalam penjualan mereka. Sebelumnya, aku kan selalu ngepush orang dengan prinsip... mau makan? Ya, kerja. Mau makan banyak? Ya, kerja banyak. Tapi faktanya,,, butuh kerja smart untuk mengejar waktu, bersaing dengan kenaikan biaya hidup. Nah,,, untuk kerja smart kan butuh kecerdikan dan kemampuan melihat peluang dengan baik. Juga menganalisa masalah dengan jitu. Lalu kreatif menemukan solusi yang tepat. Masalahnya,,, kedewasaan dan daya juang orang kan gak sama. Masalah skill juga beda-beda. Mungkin ada yang udah berusaha keras... tapi kemajuannya lambat. Sementara larinya kenaikan harga untuk biaya kehidupan kayak lari kenceng. Dan yang nguber,,, larinya kayak keong. Dan untuk memperbesar kapasitas skill maupun mental,,, butuh waktu dan proses. Yah, aku bercermin sama diri sendiri. Aku pun pernah kayak mereka... menggerutuuuu terus... karna gak tau solusinya apa..." Jerry tampak merenung lagi di saat itu, sebelum meneruskan... "Awal aku mimpin... aku nurutin dan ngemong anak buah... ternyata malah aku di tipu daya... lalu aku pukul rata, pake cara keras. Ibaratnya, orang males kan, kalo di uber anjing, larinya bisa cepet..." Wanda masih ingat bagaimana Jerry terkekeh sendiri, "Apalagi di todong pistol...", sambung Jerry lagi di saat itu.

"Apalagi di uber kuntilanak, yank... pasti larinya makin cepet...", sahut Wanda kemudian.

"Nah,,, ng... singkat cerita... anggaplah, aku punya beberapa ekor keong, nih... tapi aku percaya, selama mereka mau di bentuk, mau belajar dan mau bertekun... aku gak akan sia-sia kalau aku kerahin semua yang aku punya untuk mereka supaya maju. Baik secara moral,,, kasih dukungan, beri motivasi, gali impian, beri solusi, turun ke lapangan bila ada masalah yang memang mereka blom mampu selesaikan... juga... ng... material... rasanya, gak tepat nuntut standar tinggi pada pekerja yang belum dewasa... beberapa keong ini, kehidupannya sangat susah... punya keluarga. Dan salah satunya... butuh kaki alias kendaraan... tapi gak punya duit untuk DePe. Dia ketangkep basah nyatut discount. Masalahnya, customernya mendadak hubungin aku dan jadi tau jatah discount sebenernya. Dan keong ini, gak terbuka dari awal sama aku. Dia bo'ongin aku. Akhirnya setelah si customer tau,,, Jadinya,,, customernya menuntut. Aku ngerti keadaannya... tapi aku gak mau dia terbiasa, pakai cara gak halal untuk menyelesaikan masalah... tapi sementara ini,,, dia kan tetep harus bayar uang yang dia pake itu. Nahhh,,, dia gak ada uang lagi..."

"ooooohhh... panjang lebar,,, intinya, kamu mau potong jatah uang jalan-jalan kita buat bantu dia?"

Jerry mengangguk. "Bantu dia, sama juga bantu diri aku sendiri, yank. Kalo dia berhasil,,, berarti kan... aku juga berhasil menjadi pimpinannya..."

Saat itu, dengan teganya, Wanda berkata, "Enggak. Enak aja! Justru biarin aja dia rasa'in tuh, akibatnya biar kapok! Kalo di tolong,,, entar begitu lagi! Dia bergantung ma kamu lagi. Kamu diporotin terus! Kamu baek banget, sih,,, pengen sok jadi pahlawan??? Yang ada, sekali doang,,, kamu gak tolong dia, dia kecewa, marah, sakit ati, trus nikam kamu deh... dari belakang... ih, pegellll!!!"

"Tapi say..."

"Enggak!!! Pegel aku ngomong ma kamu!!! Enggak! Titik!!!"

Dan Wanda mengingat bagaimana akhirnya suaminya itu mengorbankan jatah uang operasional dan uang makan siangnya selama sebulan demi membantu anak buahnya itu. Bahkan Jerry sempat bolak-balik kantor hanya dengan naik motor demi mengirit bensin supaya cukup untuk sebulan. Lagi-lagi,,, Wanda di buat geram mendengar semua kasak-kusuk yang bertebaran... Ia benar-benar tak sabar untuk mengadukan semuanya itu pada Jerry agar orang-orang itu di pecat saja. Atau dilaporkan langsung bagi yang sedikit saja pernah melakukan pencurian terhadap uang perusahaan. Wanda benar-benar ingin segera menggebrak meja di tengah-tengah gunjingan dan konspirasi jahat itu. Tapi ia tak boleh membuka siapa dirinya... istri Jerry...

Sementara Rena yang sudah selesai ditangani oleh Jerry dan tampak manggut-manggut sadar di hadapan Jerry, sudah melenggok kalem untuk beranjak makan siang, dengan mimik wajahnya yang mengejutkan Wanda... Wanda melihat bagaimana mata mendelik Rena berputar serta mendengar umpatan kecilnya di saat ia sedang melewati Wanda,,, "Gila... ketat banget ni orang."

Wanda mengangakan mulutnya selebar-lebarnya... sayangnya, hanya bisa di bayangkan di benaknya saja kalau ia berwajah demikian. Munafiiiik... ulerrrr..., ia terus memaki kasar di dalam hatinya... lagi-lagi hanya bisa di dalam hatinya... Sekarang, Wanda baru mengerti. Seperti inilah pekerjaan yang digeluti suaminya... suaminya yang baik hati... Jerry bukan sekedar bekerja... Jerry sedang membangun banyak orang... orang yang sayangnya bagi Wanda, tidak seperti orang. Tapi seperti beberapa jenis hewan melata dan hewan pengerat.

Ya, ampun... sayang..., Wanda membatin, Aku baru tau... begitu ruwetnya yang berkecamuk di pikiran kamu... dan yang aku pikirin... cuma diriku sendiri... kasian kamuuu...

Wanda menatap Jerry di beberapa meter ke depan. Sayang... aku gak pernah lakukan apapun untuk kamu... sekarang aku mau melakukannya untuk kamu... aku mau jaga kamu... aku gak akan bikin masalah lagi. Aku akan patuh sama kamu sebagai atasan... biar mereka liat... kamu itu sudah sepantasnya dipatuhi..., batin Wanda lagi terakhir kalinya...

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 195K 35
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
1M 109K 41
#1 Watty2018 (05/10/2018) #8 ChickLit (07/03/2018) Ganti judul : Dictator Boss -> Gamophobia -> MARRIAGEPHOBIA (DICTATOR BOSS 1st VERSION) Bera...
16.8M 730K 42
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
2.1M 30.2K 27
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...