MENIKAH DENGAN INTEGRITAS

By VorellaVe

264K 8.3K 472

Jerry sangat mencintai istrinya. Berikut segala kekurangannya... Meski istrinya itu selalu saja protes dengan... More

BAGIAN I: WANDA
BAGIAN II: USAHA WANDA
BAGIAN III: HARI PERTAMA WANDA
BAGIAN IV: DILEMA JERRY
BAGIAN V: KASUS PERTAMA WANDA
BAGIAN VI: SEGALA YANG TERSEMBUNYI
BAGIAN VII: BELAJAR DARI RUDY
BAGIAN VIII: AWAL BADAI
BAGIAN IX: AKAL BULUS WANDA
BAGIAN X: JENDELA HATI
BAGIAN XI: HAMBALI
BAGIAN XII: AKAL BULUS HAMBALI
BAGIAN XIII: HAMBALI BERAKSI
BAGIAN XIV: DUA PILIHAN
BAGIAN XV: CARA KERJA
BAGIAN XVI: PAGI YANG BARU
BAGIAN XVII: SEPI
BAGIAN XVIII: SPK ICHAL
BAGIAN XIX: TERLALU MENCINTAI
BAGIAN XX: AJARKU MERENDAHKAN HATI
BAGIAN XXI: MENUNGGU TEAM AUDIT
BAGIAN XXII: CINTA MATI
BAGIAN XXIII: KEBUTUHAN HIDUP
BAGIAN XXIV: KELEBIHAN BEBAN
BAGIAN XXV: CINTA LAMA
BAGIAN XXVI: JONGOS KAMPRET
BAGIAN XXVII: AIR MATA HAMBALI
BAGIAN XXVIII: AWAL LEMBARAN BARU
BAGIAN XXIX: KEMENANGAN SEMU
BAGIAN XXX: GAS AJAIB PELIPUR LARA
BAGIAN XXXI: CARA YANG SEDERHANA
BAGIAN XXXII: KETERBUKAAN
BAGIAN XXXIII: JANGAN BILANG SIAPA-SIAPA
BAGIAN XXXIV: CEMBURU BUTA
BAGIAN XXXV: BAKU HANTAM
BAGIAN XXXVI: BURUNG PIPIT
BAGIAN XXXVII: PAS DI DADA
BAGIAN XXXVIII: BERANI TAMPIL BEDA
BAGIAN XXXIX: RUDY, TEMAN YANG BAIK
BAGIAN XXXX: GOOD BYE, WERDI
BAGIAN XXXXI: BERITA BURUK
BAGIAN XXXXII: PANGKUAN HATI WANDA
BAGIAN XXXXIII: HARI PERTAMA DI CABANG BARU
BAGIAN XXXXIIII: SELINGKUH?
BAGIAN XXXXV: NASIB ORANG KETIGA
BAGIAN XXXXVI: TANTANGAN
BAGIAN XXXXVII: STRATEGI JERRY
BAGIAN XXXXVIII: TERJATUH,,,
BAGIAN XXXXIX: "I LOVE YOU"
BAGIAN XXXXX: BEGITU SALAH, BEGITU BENAR
BAGIAN XXXXXI: MENGGILA
BAGIAN XXXXXII: TETAP YANG TERINDAH
BAGIAN XXXXXIII: KEHILANGAN
BAGIAN LIV: MELEPASKAN
BAGIAN LV: PENGAKUAN DAN KEBERSAMAAN
BAGIAN LVI: BELAHAN JIWA
BAGIAN LVII: TO THE TOP
BAGIAN LVIII: PEMENANG
BAGIAN LIX: AKHIR DESEMBER
BAGIAN LX: LUAR BIASA
BAGIAN LXI: PERPISAHAN
BAGIAN LXII: TAMAT

MENIKAH DENGAN INTEGRITAS

27.5K 374 19
By VorellaVe

PROLOG

Namanya Jerry Mardhika. Usianya baru 31 tahun. Dia selalu menghitung usia dan menentukan target pencapaian dalam hidupnya. Dan dia tidak suka dengan kegiatan menjilat ataupun di jilat.

Jerry menduduki posisi sebagai supervisor di bidang otomotif sudah cukup lama. Setelah lama bercokol di perusahaan ATPM ini. Ia bisa menduduki kursi itu bukan dengan hasil menjilat atau menyuap atau menikung rekan sendiri. Semuanya halal, dengan pengorbanan air mata, kebesaran hati, effort tinggi, tekad baja dan belajar berdiam diri dengan begitu kuatnya di saat sebetulnya ia ingin menghajar seseorang. Dan Jerry ingat perkataan seorang kepala cabang senior yang pernah menjadi atasannya,,, "Kalo kamu punya kualitas, kamu punya value tinggi. Kamu gak usah khawatir terkubur di tempat ini tanpa mendapat reward dari perusahaan. Tenang, orang berkualitas akan di cari oleh pekerjaan. Bukan dia yang cari pekerjaan lagi. Jadi jangan berlaku sembrono untuk ambil keputusan karena ego atau ngambek. Tunggulah waktu yang tepat. Semua itu ada waktunya... selama menunggu, poleslah diri kamu sebaik mungkin dengan hal-hal yang berkualitas..."

Kepala cabang bernama Alvian Brahmana itu telah membuka paradigmanya menjadi lebih dewasa dan lebih berbesar jiwa. Dan Alvian Brahmana pun sudah mendapatkan "waktu tepatnya". Beberapa bulan yang lalu, Alvian mengundang Jerry untuk silahturahmi perpisahan. Alvian mendapat tawaran di perusahaan lain dengan posisi lebih tinggi, pendapatan lebih besar, fasilitas yang lebih banyak dan tunjangan-tunjangan lainnya yang membuat Jerry geleng-geleng kepala ketika mendengarnya... Alvian selalu mengingatkannya tentang dua muka sisi pada uang logam,,, "Angka kamu boleh tinggi... angka itu bicara soal skill... tapi di satu sisi lainnya, adalah gambar wajah... yang artinya citra diri kamu atau attitude kamu... kalo gak diimbangi dengan attitude yang bagus,,, value kamu akan kurang. Begitupun sebaliknya. Dua muka sisi ini sama pentingnya, Jer... Prinsipnya, jadilah pekerja yang menghasilkan... plus,,, menyenangkan. Bukan berarti menjilat. Orang-orang penjilat pada dasarnya gak bisa kerja. Selain... ya, itu... menjilat. Dia hidup dari hasil jilatan lidahnya, bukan kerja benernya. Pimpinan juga manusia. Kalo kamu berprestasi, kamu dapet satu piala. Tambah,,, kalo kamu menyenangkan, kamu bisa dapet dua piala, baik dari pimpinan maupun rekan-rekan kerja. Piala kedua itu bisa jadi adalah pemberian cuma-cuma. Dan piala kedua itu sebetulnya bisa kamu dapetin dari siapapun. Meski,,, kita gak boleh pamrih. Kita hanya pantas mengharapkan upah kita yang sesuai kesepakatan di saat kita mau dan di terima untuk bekerja di suatu perusahaan. Effort ekstra yang kamu keluarkan untuk perusahaan adalah resiko pekerjaan. Di mana-mana sama aja, kok... kamu harus kasih alasan kenapa perusahaan harus mempertahankan kamu... barulah,,, kamu akan dipercayakan hal yang lebih besar..."

Bagi Jerry, setelah sepeninggalan Alvian dan beberapa kepala cabang senior lainnya yang telah begitu berjasa mendidik dan membentuknya hingga sekarang ini,,, bekerja adalah menghasilkan buah. Harapan selalu berada di dalam lingkungan kerja yang kondusif atau mendapat pekerjaan tanpa hambatan dan masalah, atau bahkan mendapatkan pimpinan yang selalu memahaminya... hanyalah sikap kekanak-kanakan. Jerry terus mengasah dirinya untuk bekerja dengan profesional. Bekerja secara sistematis sesuai sistem yang diterapkan perusahaan, baik secara garis struktur kepemimpinan mau pun peraturan. plus... gaya hidup kreatif dalam menyelesaikan semua permasalahannya.

Jerry di kenal dengan nama yang baik dan harum. Meski dengan fakta, lebih banyak yang tidak menyukainya dibandingkan yang menyukainya. Karena lebih banyak orang yang iri ketimbang orang yang selalu punya paradigma positif tentang segala aksi Jerry yang memang hanyalah sebatas manusia biasa. Mungkin masalah attitude. Jerry di kenal dengan warna "garis keras" dan pemberani. Ternyata, keberanian tanpa hikmat bisa jadi musibah...

Sekarang, Jerry lebih berhati-hati... Ia tahu persis caranya menghadapi setiap pribadi anak buahnya yang berbeda-beda. Ada sebagian orang yang tidak perlu di tekan... tipe anak buah semacam ini adalah mereka yang masih memiliki rasa malu untuk menerima gaji buta tanpa mencapai target yang ditentukan perusahaan. Tapi ada juga yang harus di pantau dengan ketat dan di beri sikap keras. Tipe anak buah seperti ini mungkin saja adalah orang-orang pemalas yang punya seribu satu alasan untuk membuat orang di sekelilingnya memaklumi segala kegagalannya adalah karena faktor "no luck", faktor keadaan tidak memungkinkan ataupun karena faktor pihak-pihak tertentu seolah menghambat.

Jerry mengakui, bisa saja ada faktor keberuntungan di dalam pekerjaan, terutama di bidang marketing. Tapi kalau hanya mengandalkan faktor tersebut sebagai satu-satunya usaha yang dilakoni, orang semacam itu hanya akan menjadi benalu di suatu saat nanti. Dan selalu memliki seribu satu alasan yang di buat untuk masuk akal. Dan bila ia di tegur, ia akan mudah tersinggung, sakit hati lalu mulai mengkambinghitamkan pihak lain atau bahkan pimpinannya sendiri sebagai penyebab kegagalannya. Bila tipe orang ini di bongkar atau di telanjangi, ia akan melakukan hal yang lebih jahat lagi. Jerry ingat betul sebaris kalimat yang di pahaminya dalam-dalam...

"Orang yang pemalas... sudah menjadi saudara dari si perusak..."

Ya, orang yang pemalas...
seringkali mejadi benalu. Saat seorang pemalas di copot paksa dari "inang" yang tidak mau lagi digerogotinya, mulutnya akan mulai banyak bicara untuk menghasut dan memecahbelah orang-orang di sekeliling orang yang bisa saja telah sekian tahun menolongnya itu, agar dijauhi atau dimusuhi oleh semuanya. Hanya karena satu kali saja pertolongan itu berhenti, setelah ribuan pertolongan ia makan secara cuma-cuma, si pemalas akan begitu rajinnya ambil aksi... Pengkhianat. Begitulah Jerry memberi label... Tipe orang itu mudah mengkhianati siapa saja demi kegemarannya menjadi benalu...

Untuk orang yang sensitif dan punya ego tinggi... dan tentu saja... punya "kemaluan" yang besar dalam arti akan merasa sangat malu bila tak mencapai targetnya... Maka Jerry tidak akan serta merta menekannya. Ia akan memanggil dan mengajak anak buah tipe semacam itu untuk berkonsultasi lebih dulu dengannya. Jerry gemar sekali menggali dan mencaritahu minat, impian dan harapan dari setiap anak buahnya. Lalu mengarahkan setiap dari mereka untuk menemukan tujuannya masing-masing... agar bagi setiap mereka yang bekerja, bisa memiliki api effort dan semangat yang bersumber dari impiannya sendiri. Bagi Jerry, itu lebih efektif untuk men"drive" seseorang di dalam melakukan pekerjaannya dengan hasil yang lebih maksimal.

Tapi Jerry anti dengan orang pemalas. Orang bodoh dengan semangat belajar yang tinggi, bukan masalah baginya. Orang kampung tapi bekerjanya rajin, justru merupakan ucapan syukur bagi Jerry. Orang miskin tapi pantang menyerah... apalagi. Jerry sangat menyukai calon-calon anak buah seperti itu. Tapi ia anti dengan orang PEMALAS.

Inilah yang Jerry sering temukan dari seorang pemalas...

Pertama, orang itu selalu beralasan. Padahal ia tidak bersungguh-sungguh dalam mencari prospek, atau suka sekali menunda-nunda pekerjaan. Walhasil, orang pemalas, biasanya juga pembawa masalah. Masalah yang menumpuk. Orang pemalas seringkali menutupi kemalasannya dengan berbagai hal. Akhirnya terlatih juga untuk pintar membohongi setiap orang. Orang pemalas, malas untuk dikoreksi... akhirnya mengeluh dan memecahbelah di belakang. Yang terakhir... seorang pemalas ternyata juga butuh makan dan butuh biaya hidup. Tapi hasil pekerjaannya setimpal dengan kemalasannya... yaitu banyak... banyak yang tidak bisa di pakai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dan orang malas, malas untuk bersikap atau bertindak kreatif di dalam menyelesaikan masalahnya dengan jalur dan jalan yang benar... karena ia terlalu malas untuk menempuh cara yang membutuhkan effort tinggi, perjuangan yang keras, dan proses yang panjang. Ia suka yang instant. Walhasil... orang malas berpotensi besar menjadi calon-calon pelaku penggelapan uang atau penipuan lainnya. Seperti... berhutang dan tidak mau membayar. Telat datang ke kantor dan mengaku-ngaku sakit padahal tidak... dan banyak hal kecil lainnya... Jerry menganggap hal-hal tersebut adalah salah satu bentuk penipuan dan korupsi kecil-kecilan. Karena itu, Jerry akan sangat merasa malu bila 3 menit saja ia telat sampai di kantor. Dirinya sudah sadar dalam kurun waktu 3 tahun merasakan posisi seorang pimpinan. Di jaman ia masih menjadi sales, ia pernah memecahkan rekor sebagai sales yang paling sering datang terlambat. Dan ia sempat luput dari teguran keras pimpinan, karena supervisornya pun jagoan telat. Jerry sadar betul, kalau teladan itu menurun dari orang tua ke anak. Bagaimana attitude dan cara kerja pimpinan pun juga menurun pada anak buahnya.

Dan Pemalas,,, menginginkan banyak hal... tapi ingin mendapatkannya dengan mudah. Dan saat orang malas terbongkar kejahatannya, tidak ada peluang lagi baginya untuk melaksanakan aksi tipu dayanya, ia pun akan memiliki semangat sakit hati yang besar... Dan orang yang malas, biasanya punya banyak waktu luang untuk rajin melakukan hal yang tidak penting seperti... bergunjing. Maka ia akan mulai membuat kekacauan... ia akan menghasut. Lalu memecahbelah... Itu adalah aksi terakhir dari si pemalas sebelum ia benar-benar ditelanjangi di muka umum sehingga tidak ada lagi celah baginya sedikitpun, untuk bisa menebar segala yang negatif karena orang banyak sudah mengetahui siapa dirinya...

Jerry sering mendengar istrinya memprotes, "Hey, gak smua orang males itu, jahat..."

Jerry selalu berprinsip, seorang atasan haruslah melakukan tindakan dengan pertimbangan "benar" atau "salah". Bukan demi disukai atau di sanjung oleh setiap anak buahnya demi memperkuat posisinya dan mengharumkan namanya secara semu. Tapi seorang atasan, haruslah bertindak dengan acuan sesuai peraturan perusahaan. Dan patuh pada atasannya yang lebih tinggi... untuk memberi contoh pada setiap anak buahnya, untuk setia melakukan yang benar. Salah satunya adalah mematuhi atasan. Meski terkadang ada saja dilemanya... bila Jerry di minta seorang atasannya untuk melakukan hal yang salah secara peraturan perusahaan maupun secara moral terhadap anak buahnya. Namun sekian tahun bergelut di dunia penuh semak belukar itu, Jerry pun berprinsip untuk jelas menunjukkan warna dirinya. Sehingga bila ada seorang atasannya hendak mengajaknya berbuat lalim, atasannya akan menjadi segan karena sikap dan attitude Jerry yang selalu menunjukkan integritas. Itu adalah salah satu cara membuat seorang atasan yang lalim menjadi malu sendiri, bila masih punya malu. Jerry tidak lagi berkoar-koar seperti masa mudanya yang labil, menyerukan dan menuding kesalahan seorang atasan... meski didasari dengan niat baik untuk membela rekan-rekan kerjanya yang di perlakukan tidak sepatutnya. Jerry mulai belajar bercermin dan membenahi dirinya sendiri terlebih dahulu. Mengijinkan segala yang tidak enak, tidak nyaman, untuk membentuknya dan memolesnya hingga ia tampil layak untuk menyatakan "warna" apa yang ia punya. Bagi Jerry, prinsipnya sederhana... Sudah garis hirarki yang jauh lebih tua dari usia manusia... bahwa atasan bisa memilih bawahan dan mengatur cara kerja bawahannya bila cara kerja bawahannya itu di nilai tidak menghasilkan dengan maksimal. Tapi bawahan... tidak bisa memilih atasan ataupun cara memimpin yang sesuai dengan keinginannya. Atau bahkan mengatur bagaimana peraturan perusahaan harusnya di buat untuk menjadi cocok dengan cara kerjanya. Jerry sering menasehati anak buahnya seperti ini, "Pada dasarnya sederhana saja... tidak suka? Tidak merasa sesuai? Merasa kemampuan lebih tapi hasil tak setimpal? Silahkan mengundurkan diri dan cari perusahaan yang sesuai. Bila teman-teman berhasil, mungkin di tempat itulah bagian bagi teman-teman untuk di proses. Dan saya akan turut mengucap syukur bersama teman-teman sekalian. Hanya orang iri yang tidak turut bersyukur akan keberhasilan seseorang yang memang pantas mendapatkannya." 

Jerry lebih memilih menggunakan kata "teman-teman" sebagai kata ganti nama dari setiap anak buahnya. Ia ingin menanamkan rasa pada anak buahnya, bahwa Jerry sebagai pimpinan, dan semua pekerja sales yang dipercayakan manajemen untuk di asuh olehnya, adalah sama-sama pekerja. Sama-sama bisa naik atau turun. Dan butuh kerja sama yang baik untuk saling memajukan satu sama lain. Dan sudah cukup asam garam yang Jerry makan selama hampir 7 tahun bergelut di bidang itu... ego dan sikap merajuk... hanyalah sikap seorang pekerja yang tidak dewasa. Dan walhasil, tampuk kepemimpinan tidak akan pernah mampir pada orang yang mudah tersinggung. Karena hanya orang dewasalah, yang dipercayakan untuk memimpin.

Semua yang dilakoni Jerry sedang berjalan dengan baik. Kalaupun ada masalah, ia cukup berpengalaman untuk mengatasinya secara "win win solution". Kalaupun anak buahnya ada yang bermasalah, ia tahu kapan bersikap merangkul, kapan harus keras atau bahkan ekstrimnya... "membuang" orang yang tidak mau bekerja selaras dengan cara kepemimpinannya. Ia tidak bermaksud untuk otoriter. Ia adalah seorang pemimpin yang cukup berbesar hati untuk menerima kritik dan masukan. Tapi ia sudah jeli membedakan, mana masukan positif, mana akal-akalan untuk melancarkan aksi sebuah kemalasan saja.


Dan tepat di bulan January di tahun ini... pertama kalinya ia harus memicing dan berkerenyit dahi. Mengingat, istrinya bersorak gembira di hadapannya beberapa malam yang lalu,,, karena direferensikan untuk masuk kerja secara "praktis", oleh salah satu teman masa SMU si istri, yang kebetulan sekarang menjabat sebagai kepala cabang Jerry yang baru setelah Alvian Brahmana mengundurkan diri.

Delapan tahun adalah waktu yang cukup bagi Jerry untuk mengenal siapa istrinya. Dan tak pernah ada di bayangannya, istrinya bergabung dengannya di bidang marketing. Di perusahaan yang sama. Di cabang yang sama. Bahkan di bawah kepemimpinannya. Sungguh mustahil ada perusahaan yang mengijinkan hal tersebut terjadi. Pasangan suami-istri, saudara, bapa dengan anak... biasanya tidak akan diijinkan bekerja di satu cabang yang sama. Demi menghindari konspirasi yang bisa merugikan perusahaan di suatu hari nanti. Kecuali, jika kepala cabang yang menerima istrinya itu tidak tahu bahwa Jerry adalah suaminya. Dan istrinya pun mengaku tidak mengenal siapapun di tempat itu. Istrinya dengan sengaja berbohong. Istrinya sedang merencanakan sesuatu yang di luar akan pikiran Jerry...

Jerry sangat tertutup dengan kehidupan pribadinya. Dan selama hampir tujuh tahun bekerja, ia tidak pernah mengijinkan istrinya terlibat langsung ataupun bertemu muka dengan rekan-rekan kerjanya. Demi melindungi rumah tangganya agar tetap terpisah dari kehidupan pekerjaannya. Tapi berbeda dengan apa yang di pikirkan istrinya... Istrinya seringkali memicing nanar padanya bila ia pulang terlalu larut malam atau bahkan menjelang pagi, sambil berkata mendesis seperti ini pada Jerry, "Kamu punya istri muda atau selingkuhan di kantor kamu. Tujuh tahun,,, aku berdiam diri. Tujuh tahun,,, aku gak usil. Tujuh tahun,,, aku percaya begitu aja. Dan sekarang,,, aku akan cari tahu."

Terakhir Jerry mendengar kalimat istrinya yang bernada mengancam itu, ia hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum kecil. Semuanya hanya karena berawal dari kesibukan Jerry yang menjadi-jadi semenjak naik jadi supervisor.

Tak pernah di duganya... istrinya bisa senekad ini setelah tujuh tahun tidak berminat dengan bidang pekerjaannya ataupun seluk beluk pekerjaannya itu... sama sekali...

Jerry sangat mencintai istrinya. Berikut segala kekurangannya... Meski istrinya itu selalu saja protes dengan kesibukan Jerry di pekerjaan. Jerry tetap memaklumi segala kemarahan dan ambek istrinya itu. Tapi... bekerja bersama istrinya di satu cabang... membuat Jerry di landa gundah gulana selama tiga hari-tiga malam... Dan Jerry mencatat lekat-lekat di benaknya, Besok hari senin...

Hari senin adalah hari pertama untuk istrinya bekerja di kantor yang sama dengannya...

Istrinya pernah bertanya padanya, "Apa yang harus dilakukan terhadap pekerja yang males dan bawa masalah, dan gak mau berubah?"

Jerry menjawab, "Babat atau potes... lalu bersihkan jejak-jejak virusnya agar tak menyebar ke yang lain."

Dan sekarang, Jerry hanya bisa melenguh... membayangkan pengenalan baiknya secara utuh tentang istrinya...

Menurut Jerry,,, Istrinya termasuk kategori orang pemalas, manja, sulit di atur, sensitif, egois, mau menang sendiri, boros, ceroboh dan... Jerry masih bisa menyebutkan banyak karakter lain dari istrinya yang benar-benar akan sangat riskan bila masuk ke dunia kerja yang biasa Jerry jalani...

Dan istrinya pernah bertanya padanya, "Apa yang akan kamu lakukan terhadap istri pemalas yang adatnya jelek nomor satu sedunia? Pecat?"

Sampai detik ini,,, dan mungkin sampai ke detik-detik kebersamaannya dengan si istri di pekerjaannya nanti,,, Jerry tidak tahu harus menjawab apa...

Yang Jerry tahu, ia selalu bilang, "I luv u, yank..." setiap kali istrinya merajuk, ngambek atau bertingkah macam-macam seperti anak kecil... Jerry selalu bilang, "I luv u..."

 _____________________________________________________________________________

PENULIS

Saya membuat cerita baru yang berlatar marketing lagi. Kalau ada yang berasumsi saya bergerak di bidang yang sama atau bekerja di perusahaan otomotif tertentu,,, oops,,, gak gitu kenyataannya. Saya hanya banyak di kelilingi orang-orang di bidang itu dan banyak mendengar sepak terjangnya seperti apa. Baik positif ataupun negatifnya. Sebelum membuat cerita "NURANI", sebetulnya, kisah yang mau saya angkat adalah tentang hal-hal menarik yang terjadi atau dilakukan para pekerja marketing di dalam menghadapi setiap kasus per kasus di pekerjaannya. Sungguh menarik bagaimana bidang ini memberikan peluang bagi seseorang untuk dewasa sebagai calon pemimpin. Dan bidang ini berurusan dengan begitu banyak orang, pihak dan bidang lainnya. Kemampuan bersosialisasi, berkomunikasi, membaca situasi, menganalisa masalah, menghadapi kegagalan, berurusan dengan diri sendiri, pembentukan karakter dan sebagainya, begitu banyak terkupas di bidang ini. Dan semakin diselami, rasanya seperti mengupas bawang... lapisannya begitu majemuk dan bertingkat, di kupas tapi tak habis-habis...Tentunya, banyak yang gugur di tengah jalan karena tidak bertahan di dalam prosesnya... mungkin saja bukan minat, bidang dan bakatnya. Jadi yang memang gak berhasil di situ, gak perlu berkecil hati. Mungkin bagiannya berbeda. Dan saya,,, yang hanya mendengar... sebagian kisah-kisah para pekerja di bidang ini dan segenap dilema yang mereka punya, langsung saja tenggelam di dalamnya seakan berada di situasi yang sama. Saya cuma bilang,,, ternyata pekerja marketing kawakan, baru bercerita saja sudah bisa memberi pengaruh pada yang mendengarnya. Hebat, ya.... wkwkwkwk... kebayang, deh... gimana kalau mereka sedang follow up pelanggan... "Cas cis cus...SPK ngucur...." wkwkkwk... weitttz, bukan berarti hanya modal lidah sama pede aja cukup... yang banyak saya dengar, dan sampai terngiang-ngiang... adalah INTEGRITAS... delapan puluh persen orang yang sukses bukan karena sekedar memiliki skill atau koneksi. Tapi INTEGRITAS. Beberapa hal tentang integritas adalah kejujuran, tanggung jawab... dan kesetiaan. Mohon dimaklumi apabila bila saya jadi berpendapat,,, untuk tetap tinggal di dalam sebuah kesuksesan, baik di dalam karir maupun berumah tangga... seseorang terlebih dulu menikahi integritas sampai maut memisahkan. Dan saya tetap berpendapat, tidak ada manusia biasa yang sanggup memegang kebenaran sampai akhir hidupnya kalau ia tidak hidup di dalam Tuhan. Namanya juga manusia... gak ada yang bener-bener setia. Baik terhadap integritas itu sendiri, apalagi terhadap sesama manusia lainnya ataupun terhadap lembaga tertentu. Ada yang setia karena keadaan terpaksa. Alias terpaksa setia karena gak berdaya. ada yang setia karena sudah lelah pindah-pindah seperti kutu loncat. Ada yang setia karena masih berminat. Banyaklah bentuk-bentuk setia atau jujur karena sekedar keadaan. Dan seringkali yang di sebut dilema... adalah keadaan di mana kita harus memilih satu pilihan dari dua atau beberapa pilihan yang sulit. Dan semua pilihan itu gak ada yang enak. Apakah kita akan memilih berdasarkan prinsip integritas? Atau yang aman buat kepentingan kita sendiri? Nah, kalau pilihan itu melibatkan orang terdekat dan tersayang... masih kuatkah tetap di garis lurus??? itu aja, sih, dilema yang saya mau tampilkan dalam cerita ini. Tapi detil-detilnya, saya mau sekaligus mengangkat bagaimana sepak terjang di kehidupan para pekerja marketing atau sales,,, tepatnya di otomotif. Bagi pembaca yang kebetulan bekerja atau bergelut di bidang itu dan merasa kisahnya beda, moga-moga ini bisa jadi pelengkap yang berguna. Karena tujuan saya menulis bukannya untuk menyinggung siapapun, kalau ada yang "terserempet" karena ada karakter yang di anggap negatif di dalam cerita ini terasa mirip dengan karakternya,,, mohon maaf ya ^_^,,, anggap aja sambel sekaligus hiburan... karena tujuannya selain menghibur, saya punya prinsip, tulisan itu harus berguna dengan membawa pesan-pesan moral di dalamnya. Bukan berarti jalan ceritanya akan melulu seputar moral atau menggurui orang lain tentang moral. Di ambilnya baiknya aja,,, oks ^^. Dan keseluruhan cerita ini saya kemas dalam genre romance.

Cerita ini bakal panjang. Saya gak seneng ma yang pendek-pendek... wkwkwkkwk... jadi kalo lagi gak sempet bacanya, bisa click "reading list" di kanan atas. supaya bisa lanjut bacanya.... (ngarep). kalo suka dengan cerita ini, jangan lupa "vote" ^_^. setidaknya, itu jadi upah yang berharga untuk jerih lelah jari-jari saya yang kaku-kaku kalau ngetik kelamaan... pissss LOL

Selamat menikmati hidangan di awal Oktober 2012 ini, frens...

Vorella Ve

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 31.2K 46
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
8.7K 882 32
Olive. Seorang jurnalis wanita berusia 25 tahun. Energik, jago tekwondo dan selalu tampil cuek. Dia diberi tugas oleh Pimrednya untuk memata-matai P...
4.3M 260K 40
From that first moment.. We made a connection Highest Rank: #1 in Humor P.S : cerita ini merupakan spin off dari cerita Will You Be Mother For My D...
27.7K 1.7K 38
"Tolong, jangan buat aku bingung. Jangan buat rasa ini jadi rumit." (21 Juni 2019)