Perfect Couple [Completed]

By risnnawty

59.3K 1.9K 138

"Masa lalu itu yang buat hati gue ketutup bahkan sudah membeku," Adrew Haris. "Gue yang akan mencairkan es di... More

INFO
.Prolog.
CAST
Terlambat
Bertengkar
Kuah Soto
Ruang BK
Ketemuan
Lari Pagi
Nembak
Kedekatan
Siapa Dia?
Kebaikan Kelvin
Pertemuan Tak Terduga
Khawatir
Perhatian Adrew
Sebercak Rasa
Pelik
Labirin Baru
Jadian
Surat Kecil Airin
Tiga Indera
Break
Say Goodbye
Sebuah Dasi
Jalan
Masa Lalu Adrew
INSTAGRAM
Golongan Darah
Hilangnya Alena
Awal Alena Berubah
Broken Heart
Birthday Mantan
Terungkap yang Sebenarnya
Luka & Rahasia (2)
Buku Diary
Berkumpul Kembali
UCAPAN TERIMA KASIH
Epilog
CERITA BARU

Kepergiannya-end

1.6K 46 11
By risnnawty

Jika ada kata pertemuan di situ juga pasti akan ada kata perpisahan

***

Rumput-rumput hijau telah menjulang tinggi di atas gundukan tanah yang ditancapkan oleh batu nisan berwarna putih. Setelah memanjatkan doa kepada Tuhan, Adrew menaburi bunga di atas gundukan itu, lalu mengusap batu nisan secara lembut, tatapan pedih di mata pria itu tak kunjung hilang sejak masuk ke pemakaman yang tengah dikunjunginya.

Sebuah tangan mengusap pundak Adrew, bertujuan menguatkan pria itu. "Ikhlasin," katanya sambil menyunggingkan senyum.

Adrew berdiri mensejajari gadis di sebelahnya. "Makasih," balas Adrew diangguki gadis itu.

"Pasti Nenek kamu lagi tersenyum di sana liat kamu ke sini. Apalagi tahu Airin udah nemuin keluarganya," Adrew mengambil kedua tangan Alena dan digenggamnya erat kedua tangan mungil itu.

"Itu semua karna lo. Kalo waktu itu gue gak ke kelas lo, pasti sampai sekarang gue gak tau di mana adik gue," ujar Adrew tersenyum hangat, senyuman yang jarang dilihat oleh orang-orang dari seorang Adrew Haris.

Pagi di hari libur ini, Adrew meminta Alena untuk menunjukkan di mana kuburan neneknya, tanpa mau mengajak yang lainnya. Alhasil, di sinilah sekarang mereka berada, pemakaman umum yang letaknya tidak jauh dari rumah Alena.

"Bukan karna aku, tapi itu semua karna takdir." jawab Alena karna merasa tidak pernah melakukan apapun untuk Adrew.

"Pulang," titah pria itu, dengan menarik tangan Alena keluar dari pemakaman.

Karna faktor jarak rumah Alena dengan pemakaman tidak terlalu jauh, jadi tidak perlu memakan waktu yang lama, akhirnya kini mereka sampai di rumah minimalis bercat biru milik Alena.

"Mau minum apa?" tawar Alena pada Adrew yang duduk di teras rumah gadis itu.

"Air putih aja," Alena mengangguk, kemudian masuk ke dalam rumahnya.

Sembari menunggu, Adrew beranjak dari kursi beralih pada bunga-bunga mawar yang tampak ingin layu. Tanpa berfikir panjang, pria itu mengambil selang yang tersedia di halaman rumah Alena, lalu tersiramlah bunga-bunga mawar itu dengan air segar.

Selesai Adrew menyirami, pria itu kembali duduk pada kursi dibarengi dengan Alena yang keluar dengan membawa dua piring nasi goreng dan air dingin yang gadis itu letakan di atas nampan.

"Makan dulu ya. Ini aku buatin nasi goreng. Aku tahu pasti kamu tadi belum sarapan," ujar Alena seraya menaruh nasi goreng dan airnya ke meja.

"Tahu darimana?"

"Soalnya kamu ke sini tuh pagi banget, jadi mana sempet nungguin mama kamu masak," jawab Alena membuat Adrew tersenyum, namun senyumnya seketika memudar setelah matanya menangkap ada luka goresan yang ada di dahi Alena.

"Dahi lo kenapa?" tanya Adrew dengan seksama.

Tiba-tiba saja logat Alena berubah, gadis itu menurunkan beberapa helai rambutnya untuk menutupi luka di dahinya. Alena tersenyum berusaha menunjukan saat ini ia tengah baik-baik saja.

"Maaf ya, kita makannya di luar, soalnya rumah aku kosong," ujar Alena menyanggah pertanyaan Adrew mengenai lukanya. Tapi tangan Adrew bergerak menyampirkan rambut Alena, hingga terlihat jelas dahi Alena, benar ada bercak luka di sana.

"Siapa yang ngelakuin ini?" tanya pria itu terdengar serius tidak main-main.

"I-ini...ini tadi aku...aku kejedot aja," jawabnya terdengar bohong, Adrew tahu itu.

"Gak usah diperpanjang. Ayok di makan nasinya!" mereka pun sama-sama mengambil nasi goreng itu, lalu menyantapnya.

"Gimana rasanya?" tanya Alena ketika melihat Adrew memakan masakannya dengan lahap.

"Lumayan," sahut pria itu, kemudian kembali menyendokkan nasi goreng ke mulutnya.

"Iya, lumayannya gimana?"

"Lumayan buat dijadiin istri,"

"Uhuukkkk....uhukkkk." Alena tersedak, kemudian gadis itu langsung menyambar segelas air, dan menegaknya.

"Kenapa?" tanya Adrew tidak menyadari dirinya telah membuat gadis di depannya terbang.

"Ngaco!"

Adrew senantiasa mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa ngaco?"

"Kamu aja senin nanti masih mau ujian, belom juga lulus. Ngomongya istri-istrian!" cibir Alena kemudian menegak kembali minumnya.

Adrew terkekeh mendengar itu, beberapa detik sesudahnya spontan pria itu menaruh piringnya di atas meja, lalu mencondongkan tubuhnya ke Alena, sontak tubuh Alena menjadi kaku melihat Adrew tepat depan wajahnya.

"Coba bilang kaya tadi?" ujar Adrew menyeringai kecil membuat Alena menahan nafas secara kuat-kuat.

"K-kamu....mu-mundur dulu." bata Alena gugup. Tidak mundur, Adrew malah semakin tertarik, pria itu semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Alena, membuat Alena tidak bisa berkutik sebab gadis itu membelakangi tembok.

"Lo aja yang mundur." Alena tidak dapat menjawab. Adrew tertawa gemas, kemudian mengacak-acak rambut Alena.

"Gitu aja gugup," ucapnya sembari memundurkan tubuhnya dan berjalan ke arah motor yang terparkir di halaman.

Sembari berjalan, Adrew melirik bunga mawar yang sempat tadi ia siram. "Kalo punya tanaman, dirawat yang bener." Alena tersindir, selanjutnya menoleh pada bunga mawar yang ada di pekarangan rumahnya terlihat basah.

"Kamu yang nyiram itu?" tanpa menyahut, pria itu lebih memilih naik ke atas motor dan menstaternya.

"Empat hari ke depan gue sibuk ujian. Jangan ganggu!" selesai mengucapkan itu, Adrew langsung menarik pedal gasnya, meninggalkan rumah Alena.

***

"Penghianat!" desis Rava kesal.

Kini pria itu berada pada lapangan basket dekat rumahnya, suasana hatinya sedang hancur. Tiba-tiba saja ponselnya berdering dan tertera nama Airin di sana, tapi dengan sengaja Rava langsung menekan tombol merah.

Sebetulnya kemarin ia tidak tega melihat Airin yang mengejar-ngejarnya sampai ke tengah jalan, namun hatinya sudah terlanjur patah melihat sahabatnya dan Airin seperti memiliki hubungan khusus. Mata Rava mendelik, melihat ponselnya kembali berdering.

"Ngapain sih lo pake nelpon, bikin gua tambah kesel aja!" ujarnya pada ponsel di tangannya.

Merasa greget, lantas pria itu menekan tombol hijau. "Apa?!"

"Masih marah ya?"

Udah tahu pake nanya lagi. umpat Rava dalam hati.

"Rava...jangan marah lagi, gue berani sumpah, gue gak pernah hianatin lo, beneran gak bohong." kata Airin tak mau menghilangkan kesempatan.

"Hmm," balas Rava hanya bergumam.

"Jangan gitu dong nyahutnya. Nih gue kasih tahu, gue sama Adrew itu-"

"Gak penting." tukas Rava termakan egonya, padahal gadis itu hendak menyatakan sesuatu, tetapi keburu Rava mematikan sambungan telponnya.

Baru saja Rava berdiri, pria itu langsung terdorong ke belakang sebab ada lontaran bola berwarna orange yang menubruk dadanya. Mata Rava menelisik orang yang melempar bola tadi tengah berjalan menghampirinya.

"Apansi anjing?!" decak Rava sambil memegangi dadanya.

"Lo udah nyakitin adik gue!" Rava mengernyit pada orang di depannya.

"Lo sama Adrew punya adek?" orang itu mengangguk.

"Airin adalah adik gue sama Adrew." mata Rava seketika melebar mendapat pernyatan dari Niko, lalu tanpa berfikir lagi, Rava berlari mengambil motornya dan pergi dari sana untuk menemui Airin.

***

Seminggu sudah anak kelas dua belas selesai melaksanakan ujian. Kini mereka tengah dikumpulkan di lapangan untuk diberikan pengumuman kelulusan. Karna tidak lama lagi, mereka sudah benar-benar akan meninggalkan sekolah, dan tidak lagi berstatus sebagai pelajar. Melainkan mereka akan memasuki dunia kerja atau perkuliahan.

Maka dari itu Pak Wawan tengah berkoar di depan lapangan untuk memberikan arahan tentang etos kerja atau perkuliahan yang akan diambil para muridnya nanti. Serta memberi pengumuman mengenai jadwal pembagian raport, ijazah, dan lain sebagainya.

"Saya selaku guru di SMA Merah Putih, di sini saya akan menyampaikan pengumuman kelulusan,"

"Pertama-tama saya banyak mengucapkan terima kasih kepada kalian. Angkatan kalian telah berhasil melewati empat hari melaksanakan Ujian Nasional, itu adalah final dari kalian untuk menentukan lulus atau tidak setelah belajar tiga tahun di sekolah ini." kata Pak Wawan diiringi senyum yang merekah.

"Dan mulai dari sini, ayok kalian jangan patah semangat, perjalanan hidup kalian masih panjang. Kalian ini adalah generasi penerus bangsa." sambung pria tua itu diiringi antusiasnya.

"Baiklah, dengan berat hati saya akan menyebutkan nama-nama yang tidak lulus ujian di tahun ini." mendengar itu para murid menjadi sedikit resah sekaligus sedih, sebab ada yang tidak lulus di angkatan tahun ini.

Pak Wawan mulai membuka kertas yang di tangannya, untuk membacakan nama-nama anak yang tidak lulus. Jantung para murid di depannya benar-benar berdegub kencang, mereka takut bahwa namanyalah nanti yang kesebut.

"Lah kok kosong?" Pak Wawan membolak-balikkan kertasnya dan benar-benar kosong.

"Karna kertas ini kosong, saya menyatakan bahwa..."

"KALIAN LULUS 100%"

"Dan....Hasil ujian terbaik di SMA Merah Putih Tahun 2019 diraih oleh....KELVIN BRAMASTYO!!!" tepukan riuh pun terdengar seantero sekolah, tidak salah Kelvin adalah siswa berprestasi di SMA Merah Putih, pria itu selalu memenangkan berbagai olimpiade dimana-mana.

"Selamat atas kelulusan kalian dan terima kasih kalian telah mengharumkan nama SMA Merah Putih. Sekali lagi saya ucapkan selamat untuk kalian semua!"

"TETAP SEMANGAT! KALIAN HEBAT! SAYA BANGGA DENGAN KALIAN!" koar Pak Wawan sungguh menggelegar, membuat para murid gaduh sekaligus riuh, serta bersorak sangat gembira.

Semua kelas dua belas bersiap untuk melempar topi. Masing-masing dari mereka memegang topinya tinggi-tinggi, lalu setelah mendengar intruksi dengan bebas topi berwarna putih abu itu terlempar ke atas bersamaan dengan teriakan sekencang-kencangnya menyebutkan 'Good bye putih abu-abu' disitulah mereka tertawa, menangis, dan berpeluk-pelukan, serta mengucapkan selamat tinggal pada kawan seperjuangan di masa SMAnya.

Berakhir sudah masa mereka sebagai pelajar. Susah, senang, pahit, manisnya sudah mereka jalani selama dua belas tahun. Dan kini mereka sudah tidak bisa bernakal-nakal lagi seperti waktu di sekolah, sekarang adalah waktunya fokus menata hidup untuk ke depannya dengan pola pikir dewasa. Memang lucu jika mengingat kita sekolah dulu, kenangan yang kita inginkan akan terulang lagi, namun sudah tidak mungkin bisa terputar kembali.

Lagu berjudul 'Sampai Jumpa' by Endank Soekamti terputar indah menghanyutkan suasana haru ini. Semua ikut melantunkan nyanyian diiringi alunan musik, setelah itu mereka bersalam-salaman dengan guru-guru, serta bermaaf-maafan.

Alena manyaksikan itu dari lantai atas, sambil menyender pada balkon. Peristiwa di lapangan kini benar-benar membuatnya sedih, sekaligus senang. Sedih, karna nantinya tidak akan ada lagi kenangan di SMAnya bersama Adrew seperti dulu. Senang, melihat kakak kelasnya yang telah lulus dan akan terganti dengan angkatan dirinya yang menjadi kelas dua belas nanti.

"Enak ya Len udah lulus kaya mereka," celetuk Airin yang lagi di samping Alena.

"Tahun besok kan gantian angkatan kita," balasnya tanpa mengalihkan pandangannya dari perkumpulan anak kelas dua belas yang ada di lapangan. Dan akhirnya perkumpulan itu pun dibubarkan setelah semuanya selesai.

Kini jam istirahat, jadi kelas sebelas dan sepuluh diperbolehkan keluar kelas, sementara kelas dua belas dibolehkan mau kemanapun, dan mau pulang pun dipersilahkan, karna sudah tidak melakukan KBM lagi.

"Yuk ke kantin, ntar keburu masuk."

Sesampainya di kantin, mereka duduk di meja yang ditempati oleh Adrew dan Rava. Meja yang pernah diperebutkan Alena, Adrew dan Rava, waktu awal mereka bertemu dulu. Yah, Alena mengingat itu. Beberapa saat itu juga, Kelvin dan Ferro menghampiri meja itu juga berserta Rayna ikut bergabung, setelah melihat Alena berada diperkumpulan itu.

"Congrats ya yang udah pada lulus!" ucap Airin lalu duduk di antara Rava dan Adrew.

"AKHIRNYAAA MASA SMA GUA BERAKHIR!!" heboh Rava senang telah melewati masa SMAnya yang dipenuhi banyak keluhan.

"By the way, kalian mau lanjut gimana, kuliah atau mau langsung kerja?" tanya Rayna mencoba akrab pada orang-orang yang ada di meja itu, terkecuali Adrew dan Rava karna ia telah mengenal kedua pria itu, jauh dari sebelum ia masuk SMA.

"Kuliah," jawab Adrew dan membuat Alena menoleh.

"Lo?" Rayna sedikit mendongak ke Kelvin, bermaksud untuk bertanya pada pria itu.

"Yaelah, si Kelvin mah ngapain ditanya. Udah jelas dia langsung otw kuliah di Jerman, orang dapet beasiswa dia," sahut Ferro mendadak iri atas keberhasilan yang Kelvin dapat.

"Iri kan lo!" cibir Alena bergurau.

"Berisik aja yang belom lulus. Untung gue dah lulus," balas pria itu berlagak sombong.

"Najis sok mantep banget hidupnya!" kini berganti Airin yang menyahut Ferro.

"Bacot."

Alena bergidik, lalu bergeser sedikit agak menjauh dari Ferro. "Kerjaannya toxic mulu gue kalo deket lo. Pergi lo jauh jauh!"

Tanpa merasa segan Ferro memiting kepala Alena sedikit kencang, lalu menjintaki kepala gadis itu pelan. "Udah tengil lo ya sekarang, gak inget kecilnya siapa yang gendong waktu lo jatoh." Alena terkekeh dalam pitingan Ferro, lalu setelahnya pria itu melepaskan Alena.

Alena masih tertawa akibat perlakuan Ferro, dan aksi tersebut tidak luput dari tatapan Adrew yang tak dapat diartikan.

"Awas hati-hati yang punya mukanya udah gaenak," ceplos Kelvin yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Adrew tengah memandangi Alena dan Ferro.

"Lah iya gaswat, dah lah gue cabut."

"Mana lo?" sahut Rava.

"Nongkrong ama anak IPS," Ferro segera mengambil tasnya lalu ia sampirkan disalah satu bahunya, dan berjalan keluar kantin.

Bersamaan itu bel masuk berkumandang, membuat para murid yang masih berada di kantin satu persatu mulai berkeluaran dari tempat ternyaman itu. Begitupun Alena, Airin, serta Rayna yang mulai berdiri untuk segera beranjak dari sana dan kembali masuk ke kelas.

***

Sepulang sekolah Alena ada janji dengan Adrew untuk pulang bersama. Adrew, pria itu menunggu Alena di ruang perpustakaan sembari membaca buku terjemahan. Setelah memakan waktu lama untuk duduk di perpustakaan, akhirnya bel pulang sekolah tiba. Ponsel pria itu bergetar, ada pesan singkat masuk dan tertera nama Alena di sana.

Alena Friska Grivana : Aku udah di depan gerbang

Tanpa membalas, pria itu langsung menggerakan kaki panjangnya ke parkiran mengambil motor, dan berlanjut ke depan gerbang. Benar saja Alena tengah menunggunya sembari mendengarkan lagu lewat earphone putih yang dia bawa.

"Udah lama nunggu?" Alena langsung melepas earphonenya, dan menggeleng. Kemudian dengan segera gadis itu naik ke atas jok motor Adrew.

Butuh waktu tujuh menit untuk mereka sampai di tempat tujuan. Alena turun dari motor, lalu diikuti pria itu. Kini Adrew membawa Alena ke sebuah danau, tanpa mau memberi tahu tujuannya membawa gadis itu ke sini.

"Kok kita ke sini?" tidak menjawab Adrew malah berjalan mendekati danau.

Mata gelap Adrew tidak lepas dari gemercik air yang menyatakan suasana di sekitaran sana sedang sunyi. Adrew mendudukkan tubuhnya di tepi danau tersebut, diikuti Alena yang duduk samping pria itu.

"Drew,"

"Hm?"

"Masa kemarin ada yang nelfon aku berkali-kali, ampe aku kesel banget ih!" Adrew menoleh ke Alena, kemudian mengerutkan keningnya.

"Siapa kok buat lo kesel?"

"Gak kenal, tiba-tiba gitu ngajak kenalan. Berkali-kali coba, kan nyebelin!" ujar Alena sambil mendesis.

"Cewek atau cowok?"

"Cowok,"

"Lo angkat gak?"

"Angkat sekali, abis penasaran juga." Adrew langsung menatap marah ke Alena.

"Jangan sering-sering penasaran ke cowok."

"Kenapa emangnya?"

"Ntar bisa jadi suka,"

"Lah kok?"

"Buktinya lo dulu penasaran sama sifat gue. Dan sekarang lo suka gue." ucap Adrew berbentuk penyataan.

Sehabis itu Alena tidak menyahut kembali. Selalu dirinya lah yang kalah jika berbicara dengan manusia di sampingnya ini.

"Tadi di kantin, katanya kamu kamu mau kuliah. Emang kamu mau fakultas apa?"

"Kedokteran,"

"Terus mau di mana?" seketika wajah Adrew menyuram, dan itu membuat Alena bingung. Apa ada yang salah dengan pertanyaannya?

"Univ Airlangga," mata Alena terbelalak, dalam satu waktu nafas gadis itu tercekat.

"Itu artinya kamu bakal kuliah di Surabaya?" tanya Alena lantas diangguki pria itu.

"Kenapa gak kuliah di Bandung aja?"

Pria itu berdehem sejenak. "Dua hari lalu, mama papa gue resmi bercerai. Papa gue berhasil ngambil hak asuh gue, dan sekarang papa nyuruh gue ke Surabaya buat tinggal di sana," ujar Adrew memperlihatkan raut wajahnya yang terlihat sedih.

"Terus Airin sama Niko?" tidak dapat dipungkiri, Alena tidak rela jika harus berpisah dengan pria ini.

"Kemarin keluarga gue kumpul dan bicararin hal ini. Niko tetep tinggal sama ayah tirinya, Airin ikut mama. Dan gue..."

Adrew menarik nafasnya yang terasa berat. "Gue ke Surabaya, ikut papa."

"Terus kapan berangkat?"

"Sore ini."

"Adrew!" Alena langsung berhambur memeluk Adrew, dibarengi tangisnya yang pecah. Dia tidak mau kehilangan orang yang ia sayang untuk kesekian kalinya. Orangtuanya, Airin, lalu ini Adrew. Alena tidak sanggup.

"Kenapa cepet banget," Adrew juga mendekap Alena erat. Pria itu juga tidak kalah sedih, sejujurnya Adrew juga tidak mau berpisah. Sudah banyak rintangan yang dilewatinya bersama Alena.

"Maafin gue," tangis Alena semakin menjadi, membuat Adrew semakin merasa bersalah telah membuat gadis ini nangis kembali gara-garanya.

"Kenapa harus kamu?" Adrew kembali mencoba menenangkan Alena.

"Len, Len...dengerin gue!" pria itu menangkup wajah Alena dengan kedua tangannya.

"Kita bisa jaga komitmen. Airin, Rava, juga Niko gue udah minta mereka buat terus jaga lo. Jangan sedih." tangan Adrew menghapus air mata gadis itu.

"Gue janji akan ke sini lagi buat lo."

"Ini tujuan kamu ngajak aku ke sini?!"

"Maaf g-gue," lagi-lagi Adrew itu menarik nafasnya berat, sebagai pria ia juga bisa merasakan keterpurukan, bahkan bisa lebih berat dari perempuan. Namun Adrew tidak mau menjatuhkan air matanya depan Alena. Walaupun begitu, mata pria itu juga sudah memanas.

Adrew mengeluarkan sebuah kertas dari saku celananya. Beberapa saat kemudian Adrew menyodorkan kertas itu pada Alena.

"Jangan lupa dibaca."

"Gue sayang lo dan gue akan kembali buat lo."

Alena kembali mendekap Adrew erat, dan kembali menumpahkan air matanya yang tersisa. Mulai besok sudah tidak ada lagi cinta di sekolah bersama Adrew. Tidak ada lagi api kecemburuan dari Adrew untuk Alena. Tidak ada lagi manusia dingin dan ketus di sampingnya. Mulai besok semua akan terasa berbeda. Hari-harinya yang biasa ditemani Airin dan juga Adrew, telah pupus secara serentak. Hari ini, siang ini adalah yang terakhir untuk mereka.

***

Hari menjelang sore, sangat dipastikan Adrew sudah berangkat ke Surabaya. Kini Alena terduduk di kamarnya sendiri dengan menikmati suasana sepi. Lalu terlintas dipikirannya tentang surat yang diberikan Adrew tadi di danau.

Dengan perlahan Alena membuka surat itu, dan berusaha menguatkan hati ketika matanya telah melihat tulisan yang sangat rapih di atas kertas tersebut. Air mata gadis itu kembali terbendung, lalu perlahan keluar mengenai pipinya.

Dear my princess,

Tadi gue suruh baca, bukan suruh lo nangis!

Jangan kangenin gue, gue aja yang boleh kangenin lo. Makasih ya udah pernah masuk ke kehidupan gue yang lagi hancur.

Makasih juga karna lo, gue jadi bisa ngerasain arti cinta.
Tapi maaf mungkin, kisah kita cukup sampai sini aja, dan biar aja waktu yang jawab semua.

Asal lo tau, kisah kita memang baru sebentar, tapi sangat berkesan dan berarti banget buat gue.

Maaf ya waktu gue lagi di deket lo, gue malah nyuekin lo. Dan sekarang gue nyesel banget... udah gak bisa jagain lo, jadi jaga diri baik-baik my princess..

Yahh.. udah gak ada yang cemburuin lo lagi nanti, udah gada manusia nyebelin lagi di deket lo. Dan kalo waktu upacara jangan lupa bawa dasi, soalnya udah gada gue yang bisa menjemin dasi ke lo.

Cukup sampai sini aja ya, terimakasih buat waktu-waktu lo yang selalu ada buat gue.

I love you.

-End-

***

VOTE AND COMMEND

ThankYou:)

Continue Reading

You'll Also Like

23.9K 2.7K 8
✎... 2nd [Event Project] Spesial ❝HalloweenπŸŽƒβž β†· ⁞ Part 1: Start & end: 31 Oktober 2019 Part 2: Start & end: 31 Oktober 2020 Let's check this out✨
76.9K 2.4K 42
[17+] Nayra itu penyabar, untuk Putra yang gak sabaran. Tapi nyatanya kesabaran Nayra dalam menjalin hubungan dengan Putra seolah tidak menghasilkan...
2.1M 127K 85
[PRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA] __ BELUM DIREVISI Highest Rank πŸ₯‡ #1 teenfiction (09/04/22) #1 garis takdir (17/04/22) #1 romance (17/06/22) #...
ELANGIN By C.C

Teen Fiction

18.5K 1K 26
"Lo itu seperti api. Jangankan untuk gue peluk, buat nyentuh aja gue harus ngerasain sakit yang luar biasa. Dan apa karena nama gue Angin, jadi lo an...