Perfect Couple [Completed]

By risnnawty

56.7K 1.9K 137

"Masa lalu itu yang buat hati gue ketutup bahkan sudah membeku," Adrew Haris. "Gue yang akan mencairkan es di... More

INFO
.Prolog.
CAST
Terlambat
Bertengkar
Kuah Soto
Ruang BK
Ketemuan
Lari Pagi
Nembak
Kedekatan
Siapa Dia?
Kebaikan Kelvin
Pertemuan Tak Terduga
Khawatir
Perhatian Adrew
Sebercak Rasa
Pelik
Labirin Baru
Jadian
Surat Kecil Airin
Tiga Indera
Break
Say Goodbye
Sebuah Dasi
Jalan
Masa Lalu Adrew
INSTAGRAM
Hilangnya Alena
Awal Alena Berubah
Broken Heart
Birthday Mantan
Terungkap yang Sebenarnya
Luka & Rahasia (2)
Buku Diary
Berkumpul Kembali
Kepergiannya-end
UCAPAN TERIMA KASIH
Epilog
CERITA BARU

Golongan Darah

1.1K 37 0
By risnnawty

Harapan ku, ingin melihat kamu tersenyum, karna aku

***

Langit masih terlihat gelap, matahari masih enggan untuk memunculkan wujudnya. Alena mengucak-ucak matanya serta menguap, layaknya orang bangun tidur. Setelahnya ia bangkit dari kasurnya menuju kamar mandi.

Beberapa saat gadis itu kembali dari kamar mandi dan berlanjut memakai seragam sekolahnya. Tapi Alena melihat sahabatnya, Airin masih memejamkan matanya. Heran Alena, mengapa gadis itu wajahnya pucat.

"Rin bangun sekolah!" sekali tidak ada jawaban.

"Rin," Alena mulai menyentuh tangan Airin yang terasa begitu dingin.

"Rin kok badan lu dingin? Rin bangun Rin! Airin! AIRIN!" Alena menepuk-nepuk wajah Airin yang tampak pucat pasi. Perasaan gusar menghampirinya, tidak ada pilihan Alena langsung menelfon Ferro, Alena harus meminta bantuan padanya.

Telfon dimatikan secara sepihak oleh Ferro. Alena berdecak, dalam keadaan genting seperti ini Ferro malah mematikan telfon darinya. Alena merasa panik, lalu memutuskan untuk meminta bantuan pada Adrew.

Tidak perlu menunggu lama, sambungan telfon tersambung. "Adrew tolong aku, kamu bisa gak?"

"Apa?"

"Kamu bisa ke rumah aku sekarang? Airin sakit dia enggak bangun-bangun. Adrew tolongin aku," ucap Alena terdengar panik.

"Ya."

Hati Alena sedikit melega, karena sudah ada orang yang mau menolongnya dengan keadaan subuh seperti ini. Dia pun kembali ke kamarnya untuk melihat Airin kembali. Selang beberapa menit yang di tunggu-tunggu akhirnya datang. Adrew langsung menggotong Airin dan membawanya ke rumah sakit menggunakan mobil pria itu.

Di rumah sakit, Alena tidak berhenti untuk mondar-mandir di depan pintu ruang UGD, yang di dalamnya terdapat Airin tengah ditangani dokter. Sementara Adrew hanya duduk diam, sambil memperhatikan Alena yang cemas akan keadaan sahabatnya.

Tak lama dokter keluar dari ruangan UGD.

"Gimana Dok? Airin sakit apa? Kenapa dia gak bangun-bangun?" serbu Alena pada dokter itu.

"Apa ada keluarga pasien?"

"Saya saudara jauh Airin Dok," jawab Alena berbohong.

"Mari ikut saya." Alena pun mengangguk.

Sampai di ruangan dokter, Alena dipersilahkan duduk. Sejenak dokter itu menyatukan kedua jemari tangannya, merasa berat untuk menuturkan pernyataan pada gadis di depannya.

"Jadi gimana Dok?"

"Berdasarkan hasil labolatorium yang kami lakukan, pasien mengidap penyakit leukimia kronis,"

Dada Alena bagai dihantam ribuan beton saat ini. Alena membuka mulutnya terkejut, kenyataan pahit apalagi yang harus Alena terima?

"Bisa saja itu disebabkan oleh faktor genetik, yang biasa sering disebut faktor keturunan," kata pria paruh baya berjas putih itu lagi.

"Untuk sekarang pasien membutuhkan donor darah yang cocok, karena kami akan melakukan operasi setelah ini."

"Tapi apa setelah dioperasi sahabat, ehkmm.. Maksud saya saudara saya akan sembuh?"

"Saya tidak menjamin akan sembuh total, mungkin akan kambuh kembali seperti sekarang," ujarnya terdengar serius.

"Terimakasih Dok, saya pamit."

Gadis itu pun kembali ke ruang UGD dan sudah ada Ferro, Rava, dan juga Adrew. Mereka datang setelah mendapat kabar dari Adrew. Keempat remaja itu memutuskan untuk membolos sekolah hari ini. Alena sudah tidak kuat untuk menahan air mata yang akan mengalir deras melewati pipinya.

"Len, kenapa sama Airin?" ucap Ferro sambil mendekat ke Alena.

"Kenapa lu nangis Len?" tanya Rava khawatir, karna tabiat pria itu ialah pacar dari gadis yang tengah terbaring lemah di ruang UGD.

Alena diam, lidahnya terasa kelu untuk menjawab semua pertanyaan mereka. Membuat Rava geram serta tersulut emosi melihat kediaman Alena yang sambil menangis.

"JAWAB! AIRIN KENAPA?!" bentak Rava pada Alena.

"Gausah bentak dia bisa?" ucap Adrew tidak terima.

"A-Airin... Airin... Dia.."

"Mengidap penyakit leukimia."

Brak

Rava menendang kursi yang ada di dekatnya dan mengacak rambutnya frustasi.

***

Waktu sudah menunjukan siang hari, dokter kembali masuk ke ruangan UGD di sana pun masih terdapat Alena, Adrew, Ferro, dan juga Rava yang setia menunggu Airin yang belum sadarkan diri sejak subuh tadi.

"Permisi, kami akan segera melakukan operasi, akan tetapi stok darah yang sejenis dengan pasien sedang habis di rumah sakit ini. Apakah dari kalian ada yang mau mendonorkan darah untuk pasien?" ujar suster yang baru keluar ruang UGD.

"Apa golongan darahnya Sus?" tanya Rava.

"Golongan darah pasien B, apakah ada yang cocok?"

Semua serempak terdiam, karna merasa golongan darah mereka tidak sama dengan Airin, Alena menoleh ke arah Adrew dan memandang pria itu dalam, sembari mengingat kembali figura yang Airin tunjukan kepadanya kemarin.

Apa mungkin Airin sama Adrew adik kakak? Ucap Alena dalam hati.

"Adrew, golongan darah kamu sama kan?" celetuk Alena tiba-tiba membuat semua menoleh kepadanya.

"Tau dari mana?" sahut Adrew.

"Nebak aja. Adrew tolong ya, donorin darah untuk Airin... Please banget, Airin gak akan dioperasi kalo belum dapet donor darah," ujar Alena sangat memohon kepada Adrew. Setelah berfikir lama, kemudian pria itu mengangguk.

"Baiklah mari ikut saya, kami akan segera melakukan tindakan operasi sekarang."

Adrew langsung beranjak mengikuti suster yang hendak menuju ruangan operasi. Semua pun menunggu dan tidak lupa memanjatkan do'a. Rava sedari tadi cemas dengan kondisi Airin saat ini, ia juga merasa bersalah, tidak dapat membantu Airin mendonorkan darah.

Dua jam berlalu ...

Pintu ruangan terbuka, menampilkan dokter dan suster yang baru saja mengoperasi Airin, keduanya keluar dari ruangan tersebut. Pria berjas putih itu membuka masker yang ia pakai saat operasi berlangsung.

"Bagaimana Dok?" cemas Rava.

"Semua lancar sesuai dengan keinginan kita. Untuk sekarang kita tinggal menunggu pasien siuman," mereka pun bernafas lega, setelah mendengar kata dokter barusan.

"Kira-kira kapan Airin bisa siuman, Dok?"

"Kemungkinan pasien akan siuman, jika bius yang ada dalam tubuhnya habis. Terus berdo'a saja semoga pasien lekas siuman. Baiklah saya permisi dulu." dokter itu pun segera kembali ke ruangannya.

Melihat Airin yang sedang dipindahkan ke ruang inapnya, mereka pun mengikutinya. Sampai depan ruangan, keempat remaja itu tidak diperbolehkan masuk oleh suster yang berjaga di dalam ruangan itu, alhasil mereka hanya bisa tunggu di luar dengan melihat Airin dari kaca.

"Fer, boleh gak nanti sore anter gue ke rumah? Mau ambil barang-barang Airin soalnya," ujar Alena, setelahnya mendapat tatapan tidak suka dari Adrew.

"Lo nyuruh gue buat anterin lo ke neraka, gue jabanin Len. Pastilah gue mau." gurau Ferro membuat Alena melebarkan matanya, lalu tertawa.

"Anjir! Nggak ada akhlak lu ngomong kaya gitu!"

"Lu lah yang gak punya adab, nyuruh-nyuruh orang sembarangan," balas Ferro tak mau kalah. Rava begitupun Adrew hanya menyaksikan keduanya yang tengah adu mulut.

"Halah bilang aja lu pelit! Lu aja bagi oleh-oleh ke Airin doang," cibir Alena semakin jadi.

"Enak aja! Itu oleh-oleh bagi dua lah,"

"Pelit mah pelit aja. Dasar anak Om Wawan pelit!" skak Alena pada Ferro.

"Jangan nyebut merk lo nyet!" Ferro menarik lengan Alena kemudian memiting leher gadis itu, hingga Alena merasakan sesak. Alena terbahak dalam pitingan Ferro, kemudian meminta dilepaskan.

Adrew melihat Alena sekilas yang tengah tertawa hingga mengeluarkan air mata, lalu menarik tangan gadis itu dan membawanya.

"Suka banget narik-narik tangan orang. Kamu mau bawa aku ke mana?" pria itu tidak menjawab.

Sampai di kantin rumah sakit Adrew duduk, diikuti Alena yang juga duduk di hadapan Adrew. Mereka memesan makanan yang mereka suka. Setelah makanan mereka sampai, keduanya pun mulai menyantapnya.

"Kamu kenapa?"

"Yakin masih nanya?" jawab Adrew ketus.

Alena menggaruk tekuknya yang tidak gatal, bingung dengan perubahan sifat Adrew. "Adrew, gimana aku bisa tahu. Kalo kamu gak mau ngomong,"

"Gak suka,"

"Hah? Gak suka apa? Atau sama siapa?"

"Ferro."

"HAHAAHHAAHAAA...." Alena tertawa geli mendengarnya.

"Cemburu sama Ferro? HAHAAAAHAAA... NGAKAKK! HAHAHAAAA!" gadis itu terpingkal di tempat duduknya. Alena mengaduh sambil memegang perutnya yang terasa sakit akibat tertawa.

"Gak lucu."

"Lucu lahh! Kamu cemburu sama spesies macam Ferro, aneh-aneh aja kamu," Alena memberhentikan tawanya, lalu menatap manik mata Adrew dalam.

"Dengerin deh, aku sama Ferro itu sahabatan udah dari kecil. Dia itu temen adu mulut aku dari jamannya belom sekolah, gak pernah akur lah pokoknya sama dia. Aku aja nyebut dia manusia teraneh sedunia." ujar Alena menjelaskan.

Alena mengaitkan jemarinya dengan jemari Adrew, setelahnya tersenyum. "Jangan cemburu lagi ya?" pria itu memang tidak menyahut, namun Alena yakin rasa cemburu Adrew kini sudah mulai mereda.

"Oh iya, gimana tadi kamu abis donorin darah ke Airin?"

"Ya gitu," balasnya singkat, selang dua detik keduanya kembali menyendok makanan mereka masing-masing.

Golongan darah Airin sama Adrew sama. Berati foto yang gue liat di rumah Adrew itu benar-benar foto Airin waktu kecil. Penyakit yang di derita Airin, juga udah jadi bukti kalo Adrew sama Airin itu adik kakak. Ucap Alena dalam hati sambil menunduk memperhatikan makanannya tanpa dia makan.

"Adrew," panggil Alena membuat pria yang tengah menyantap makanannya, menoleh padanya.

"Waktu itu kan aku pernah janji sama kamu mau nyari adik kamu dan sekarang aku udah nemuin adik kamu,"

"Di mana?"

"Di sini, di rumah sakit ini. Adik kamu itu Airin, iya aku yakin banget, kalo Airin itu sebenarnya adik kamu." ucap Alena dengan cepat, serta berharap Adrew bisa mempercayai perkataannya.

Adrew memberhentikan makannya. "Lu ngomong apaan, lu udah gila atau gak waras?"

"Enggak Adrew. Aku masih waras kok, Airin tuh beneran adik kamu, aku nggak bohong." Alena mencoba meyakinkan Adrew, kalo Airin itu benar adiknya, tetapi pria itu malah melanjutkan makannya tanpa memperdulikan perkataan Alena.

"Lu ngomong gitu karena golongan darah gue sama Airin sama?"

"Iya tapi..."

"Inget, yang punya golongan darah B itu bukan gue sama Airin doang. Gak masuk akal!" pria itu langsung beranjak dari kursinya dan bergegas keluar dari kantin itu meninggalkan Alena.

"Huft." Alena tau bicara saja dengan pria es itu tidak cukup, karena dirinya tahu ia akan selalu kalah jika berbicara dengan Adrew. Mulai sekarang ia harus bisa membuktikan ke Adrew, kalo Airin itu benar-benar adik Adrew.

***

Maaf guys baru bisa update sekarang, karena author nya sibuk wkwkwk

(SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA BAGI UMAT ISLAM 🙏🙏)


VOTE AND COMMEND

ThankYou:)

Continue Reading

You'll Also Like

5.1K 171 9
[on going] BEL♡VED di ambil dari nama tokoh (ABEL ♡ VEDY).. Hello.. ini kisah romantis, yang konfliknya ringan.. banyak candaan.. dan sudut pandang d...
1.4M 123K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.6M 41K 18
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
6.8M 287K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...