Perfect Couple [Completed]

By risnnawty

59.3K 1.9K 138

"Masa lalu itu yang buat hati gue ketutup bahkan sudah membeku," Adrew Haris. "Gue yang akan mencairkan es di... More

INFO
.Prolog.
CAST
Terlambat
Bertengkar
Kuah Soto
Ruang BK
Ketemuan
Lari Pagi
Nembak
Kedekatan
Siapa Dia?
Kebaikan Kelvin
Pertemuan Tak Terduga
Khawatir
Perhatian Adrew
Sebercak Rasa
Pelik
Labirin Baru
Jadian
Surat Kecil Airin
Break
Say Goodbye
Sebuah Dasi
Jalan
Masa Lalu Adrew
INSTAGRAM
Golongan Darah
Hilangnya Alena
Awal Alena Berubah
Broken Heart
Birthday Mantan
Terungkap yang Sebenarnya
Luka & Rahasia (2)
Buku Diary
Berkumpul Kembali
Kepergiannya-end
UCAPAN TERIMA KASIH
Epilog
CERITA BARU

Tiga Indera

1.2K 51 4
By risnnawty

Percayalah, kehadiran kamu mampu menerangkan hidupku yang sedang redup

***

Airin tengah mengucit-ucit Alena di dalam kamar, sambil membawa bantal ke udara untuk menabok manusia itu yang dari tadi tidak kena-kena. Gadis itu meluapkan kekesalannya karna peristiwa yang menimpanya tadi di kantin. Sementara Alena yang diperlakukan seperti itu hanya terbahak.

"HAHAAAHAAA... NGAKAK LIAT MUKA LU TADI!!" tawa Alena meledek Airin, membuat gadis yang tengah mengucitnya semakin geram.

"EMANG OTAK LU UDAH PINDAH KE PANTAT! BIKIN GUA MALU AJA! DASAR SAHABAT LAKNAT!!" Alena semakin terbahak melihat tingkah sahabatnya yang sedang mengejarnya.

"ALENA GILA!"

"ALENA OTAKNYA SENGKLEK!"

"MATI AJA SANA!"

Mendadak aksi mereka terhenti dengan bunyi ponsel Alena yang terdengar nyaring ke seisi kamar. Tangan Alena terulur mengambil ponselnya di kasur, lalu menekan tombol hijau.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam. Bagaimana kabarnya Len?" tanya seseorang dari seberang telfon.

"Baik kok tante. Tante sendiri gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah. Baik juga,"

"Ada apa ya tan?"

"Tante cuma mau kabarin, tante udah transfer uang tahunan,"

"Aduh tante, padahal uang yang tante kasih, masih banyak. Mending buat dipake tante dulu aja, sisa uangnya masih cukup kok buat Alena sama Airin." ujar Alena merasa tak enak pada tantenya-Zafin yang saat ini masih berada di luar negeri.

"Gapapa, ini juga kan udah jadi tanggung jawab tante. Kalo ada apa-apa bilang ya sayang,"

"Terima kasih banyak ya tante. Tante kapan ke Indonesia? Alena pengen banget liat wajah tante kaya gimana?"

"Len, tante tutup dulu ya. Tante lagi ngejar deadline,"

"Ohh, yaudah tante. Sekali lagi terima kasih banyak."

Sambungan pun terputus, membuat wajah Alena tertekuk. Padahal gadis itu ingin berbicara banyak dengan wanita yang mengaku sebagai adik ayahnya, tetapi setiap Alena menanyakan hal Zafin yang akan menjumpainya, wanita itu selalu beralasan untuk menutup sambungan telfonnya, entah alasan itu benar atau tidak.

"Tante Zafin?" Alena mengangguk untuk mengiyakan.

"Apa katanya Len?" tanya Airin lagi.

"Tante Zafin udah transfer uang tahunan,"

"Dia baik banget ya orangnya, semoga rejekinya dia makin lancar. Aaminn."

"Iyaa Aamin. Eh Rin, ada yang aneh deh. Kok akhir-akhir ini gue gak pernah liat Ferro ya?" bingung Alena.

"Kudet lu kebangetan banget sih Len, Kak Ferro itu lagi ke Jakarta ikut nyokap-bokapnya,"

"Kok dia gak bilang gue? Ih emang itu anak, tiba-tiba ngilang, terus muncul. Bener-bener kayak jin ajaib!"

"Dari pada ngomongin tuh anak, mending tidur aja yuk! Ngantuk." ucap Airin dengan menunjukkan mata sayupnya.

Mereka pun langsung merebahkan tubuhnya di kasur dan dua puluh detik kemudian, Airin sudah tertidur pulas. Sementara Alena, gadis itu susah untuk tertidur, kelopak matanya masih ingin terbuka terus.

Sekelebat angin lewat hingga meniup-niup hordeng kamar Alena, membuat gadis itu merasa kedinginan. Tidak lama ponsel Alena bergetar, lalu ia kembali mengambil ponselnya di atas kasur dan membuka notif yang baru saja masuk di benda pipih itu. Alis Alena menyuram tajam, ia kira notif itu ialah dari tantenya lagi, tapi nyatanya notif itu berasal dari Adrew. Seseorang yang kini sudah menyandang sebagai pacarnya.

Adrew Haris : Keluar sebentar.

Sontak Alena langsung bangkit dari tidurnya menjadi duduk, lalu terbirit-birit mencari sandal dan juga tidak lupa mengambil jaket. Karena ia tau pasti di luar sana sangat dingin, melebihi dingin yang ada di kamarnya sekarang.

Sampai di depan pintu, Alena langsung mengedarkan matanya dan benar saja, sudah ada Adrew yang sedang berdiri di dekat motornya, dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya. Alena pun menghampiri pria itu.

"Kamu ngapain ke sini? Udah malem tau," ucap Alena lembut.

"Pengen ketemu pacar,"

"Emang orang jutek kaya kamu punya pacar?" sahutnya meledek Adrew.

"Punya, tapi bawel orangnya," ujar pria itu membalas Alena.

"Yaudah kalo orangnya bawel, kenapa gak diputusin?" decak Alena dengan menatap Adrew garang.

"Mau tau kenapa?"

Alena mengangguk cepat, kemudian pria itu mendekatkan tubuhnya dengan Alena dan berbisik. "Orangnya cantik,"

***

Kini mereka sudah berada di rumah sakit. Alena sendiri bingung mengapa pria itu membawanya ke sini. Dari parkiran sampai mereka menyusuri koridor rumah sakit, tangan besar Adrew tak mau lepas dari tangan mungil Alena, pria itu terus menggandeng Alena sedari tadi, seakan-akan tidak rela gadis itu pergi darinya.

"Ngapain ngajak ke sini?" ucap Alena dengan melangkahkan kakinya agak cepat, sambil mengikuti arah jalan pria itu. Kemudian selang beberapa menit, pria itu memberhentikan langkahnya tepat di depan ruang rawat seseorang.

"Perempuan di dalam siapa?" kata Alena lagi sambil memandang seorang wanita yang tengah terbaring lemah.

Merasa tidak ada sahutan, Alena terdiam dan tak berani membuka suara lagi. Gadis itu semakin dibuat bingung dengan perubahan di wajah Adrew yang kembali dingin, seperti awal mereka bertemu dulu.

"Mama gue," lirih Adrew pelan.

Perasaan pedih terlihat sangat kentara di wajah pria itu. Alena tidak tega melihatnya, gadis itu mendekat lalu mengusap pundak Adrew lembut, membuat pria itu menoleh padanya.

"Jaga terus mama kamu selagi ada." titah Alena sambil menahan air yang berlinang di matanya.

Adrew terkesiap dengan perkataan yang dilontarkan Alena. Kemudian pria itu teringat, gadis di depannya ini sudah tak lagi memiliki orangtua. Sontak Adrew langsung mendekap tubuh Alena erat, menyalurkan kasih sayangnya pada Alena yang tak lagi gadis itu dapatkan dari orangtuanya.

Alena pun ikut membalas pelukkan Adrew, lalu membenamkan kepalanya di dada bidang Adrew. Rasa sayangnya kepada pria itu semakin besar, ia merasa nyaman dekat pria ini, tak pernah merasa seperti ini sebelumnya dengan pria selain Adrew.

"Terus ada di samping gue Len," ujar Adrew semakin mengeratkan pelukkannya.

***

"Adrew! Tempatnya bagus banget!! Kok kamu tau sih tempat-tempat yang buat Aku suka?!" pekik Alena kagum.

Seusai Adrew menemani mamanya di ruang rawat, pria itu mengajak Alena keluar dari sana. Alena terkesima dengan pemandangan at night yang sedang dilihatnya, gadis itu tidak henti mengoceh untuk terus memuji keindahan yang ada di depannya ini. Di sinilah kedua remaja itu berada. Atap rumah sakit dengan menyajikan pemandangan Kota Bandung yang ramai.

"Iishh! Sejuk banget kalo malem, apalagi ada lampu-lampu begitu. Indah banget!!" oceh Alena tak mau diam, sementara pria di sampingnya hanya memperhatikan sembari tersenyum melihat tingkah pacarnya.

"Norak," celetuk Adrew memberhentikan ocehan juga aksi gadis itu.

"Bukannya norak, kan emang bagus pemandangannya. Kamu aja hidupnya terlalu kaku, makanya pemandangan indah dibilang biasa!" sahut Alena namun tak digubris pria itu.

Adrew duduk pada pembatas atap, lalu melipat kaki kanannya dan menaruhnya di paha kirinya. Tetapi jika saja pria itu duduk tidak berhati-hati, dipastikan pria itu akan jatuh ke bawah melewati dua belas lantai rumah sakit. Alena pun mengikuti aksi pria itu yang duduk di pembatas atap.

"Gausah duduk,"

"Kenapa?"

"Entar lo jatoh. Nyusahin!"

"Jahatnya," ringis Alena kemudian menurut, tidak jadi duduk di pembatas atap yang berbahaya itu.

Hembusan angin lewat membelai rambut panjang Alena. Membuat Adrew menatap takjub pada gadis di depan matanya ini. Wajah natural yang tidak terpoles alat kecantikkan apapun di sana, mata hazel yang berbinar, serta badan mungil menggemaskan. Hingga Adrew merasa beruntung telah berhasil memiliki gadis ini.

"Adrew, kalo boleh tau. Mama kamu sakit apa?" tanya Alena berhati-hati, takut menyinggung pria di depannya.

Pria itu berdehem, menghilangkan suara beratnya. "Leukimia."

"Waktu itu ada masa lalu buruk yang nimpa keluarga gue. Maka itu gue menutup diri gue dari orang-orang. Papa ninggalin mama, oma bawa kabur adik gue, tapi gue nggak pernah tau kenapa alesannya. Habis itu gak lama, mama gue sering sakit kaya gini dan akhirnya terkena leukimia seperti sekarang," ujar Adrew menceritakan kejadian masa lalu keluarganya pada Alena. Gambaran frustasi tercetak jelas di raut wajah Adrew sekarang, mungkin karna pria itu sedang mengingat kembali peristiwa keluarganya dulu.

"Sampai sekarang, gue lagi nyari adik gue yang dibawa pergi sama oma. Mungkin sekarang dia udah seusia lu. Karna yang gue tau, gue cuma beda setahun sama dia." kata pria itu lagi.

"Kamu harus kuat ya. Aku juga bisa rasain kok, apa yang kamu rasain sekarang. Tentang kehilangan sebuah keluarga,"

Pria itu tersenyum menanggapinya. "Kamu tuh orangnya nyebelin tau, orangnya kasar lagi. Tapi kenapa ya, aku kok bisa sayang banget sama kamu," ucap Alena mencoba mengalihkan perasaan sedih pria itu.

"Gak nanya,"

"Ishh! Udah ah, malesin!" seru Alena sembari menekuk wajahnya sebal.

"Mau tau fungsi tiga indera gue gak?" ucap Adrew membuat gadis itu menoleh dan tidak jadi marah.

"Bukannya setiap indera manusia fungsinya sama? Emang kamu ada indera tambahan?" sahut Alena dengan mata yang menyorot bingung.

"Enggak ada,"

"Lah, terus?"

Adrew turun dari pembatas, lalu berdiri mensejajari tubuhnya dengan Alena. Tangannya terulur memegang kedua sisi pipi Alena, serta menatap manik mata gadis itu dalam-dalam.

"Satu. Mata gue diciptakan untuk melihat wajah cantik lo,"

"Dua. Hidung gue, diciptakan untuk mencium kehadiran lo,"

"Tiga. Bibir gue... Untuk.." ucap pria itu terhenti membuat alis Alena mengerut penasaran sekaligus bingung dengan pria di hadapannya yang sedang terlihat ragu.

"Untuk apa?"

Cup

"Untuk itu."

Seketika langit gelap menjadi saksi bisu bahwa Adrew telah mencium pipi kanan Alena malam ini.

***

VOTE AND COMMEND

ThankYou:)

Continue Reading

You'll Also Like

17.1M 744K 56
by inggitindari Urutan #16 "Teen Fiction" 25 Desember 2016 Natasha Dea Ika Trilova. Siapa yang tidak tahu nama itu, semua orang pasti tahu seorang...
42.9K 3.4K 10
Lavanya sejujurnya tak percaya akan kehidupan kedua, namun jika Tuhan sudah berkehendak maka hal itu tidak akan sulit untuk terjadi. Sama seperti di...
408K 26.4K 35
"Lo beneran udah nggak mau ngejar gue?" tanya Devon dengan memandangi mata gadis cantik di depannya itu. "Ngapain juga gue ngejar orang yang nggak ci...
711K 44.8K 71
[Follow dulu untuk kenyamanan bersama🙏] Kehilangan seseorang yang pernah ada sebagai bagian dari hidupnya merupakan pukulan terbesar bagi Emily. Sej...