Autor POV
Kamis pagi yang sangat cerah, baginya hari Kamis adalah hari istimewa ke 2 baginya setelah hari Jum'at.
Bel masuk berbunyi pertanda bahwa pembelajaran akan segera dimulai.
Seperti hari biasanya sebelum pembelajaran terlebih dahulu mereka membaca do'a (sesuai kepercayaannya).
Setelah membaca do'a, guru yang akan mengajar pada jam pertama adalah Bu Karin selaku wali kelas.
Bu Karin telah diambang pintu, bukan beliau saja ternyata ada 2 orang lagi yang ada dibelakang Bu Karin, bukan guru! penampilan mereka seperti murid biasanya.
"Pasti mereka berdua murid baru deh Ray," bisik Khalisa menerka -nerka bahwa dua orang itu murid baru atau pindahan.
Bu Karin serta kedua murid baru itu sudah ada di depan murid XI IPA 2 itu.
"Oke, assalammualaikum, alhamdulillah kelas ini nambah 2 lagi murid, ayo perkenalkan diri kalian," titah bu Karin kepada kedua murid itu.
"Nama saya Reina maisya Ayunda, saya murid pindahan dari kota Banten, salam kenal semuanya," ucap salah satu siswi baru berjilbab itu, dengan senyum yang sumringah.
"Hai Reina," sapa semuanya.
"Oke satu lagi, silakan perkenalkan diri kamu," titah bu Karin kepada siswa baru .
"Halo, nama gue-- eh saya Dion Fazriel Dayva, saya pindahan dari kota Bandung, salam kenal ya bro bro semua," ucap Siswa baru yang bernama Dion itu.
"Halo juga Dion," serentak semua murid perempuan.
"Eum Dion... Kupluknya bisa dicopot dulu gak?" tanya Bu Karin.
Dion segera mencopot kupluknya, dan membuat rambut tidak teratur membuat murid yang perempuan pada histeris melihat ketampanan Dion.
Dion yang mendengar itu langsung tersenyum tipis, mendadak kelas menjadi heboh.
"Arrrkk Allah hurrabiii.... Kenapa ada cicit nya nabi Yusuf sih, dikelas ini pula," teriak Khalisa dengan pede-nya.
"Huuuuuuu," sorak semuanya.
"Sssttt Lis, jadi tambah heboh tau, lo ini gak punya malu banget sih!" ucap Rayya.
"Hehe... Iya deh, kebawa suasana aja hehe," sahut Khalisa dengan senyum kudanya.
Brak brak brak
Bu Karin memukul meja.
"Semuanya jangan berisik!"
"Dan kalian, silahkan duduk," titah bu Karin.
Reina duduk tepat dibelakang bangku Rayya, Reina duduk bersama Maya salah satu siswi yang lumayan pendiam.
Sedangkan Dion duduk di belakang bangku Reina, Dion duduk bersama Revan (KM) tepatnya di bangku paling belakang.
"Oke, ibu gak langsung ke materi, ibu akan menerangkan struktur organisasi kelas ini dulu kepada Reina dan Dion," jelas Bu Karin.
"Untuk Ketua murid(KM) ada Revan ya, itu yang duduk semeja dengan Dion, coba acungkan tangannya Revan," lanjut Bu Karin.
"Dan untuk sekretaris 1 ada Deviana (mengacungkan tangan), untuk sekretaris 2 ada Khalisa yang tadi teriak," (mengacungkan tangan + nyengir watados)
"Untuk bendahara ada Rayya (mengacungkan tangan), dan bendahara 2 ada Meira," (mengacungkan tangan).
"Untuk struktur organisasi yang lain tinggal tanya kan ke KM, oh iya wakil KM belum ada apa kamu mau Dion?" Tawar bu Karin.
"Eumm gimana ya Bu....nanti saya pikir pikir lagi, toh saya juga belum tahu seluk beluk kelas ini dan siswa/i yang ada dikelas ini," sahut Dion.
"Ya sudah, kita langsung bahas aja ya materinya."
Tak terasa jam istirahat sudah tiba. Semua murid berhamburan keluar kelas menuju kantin.
Hingga menyisakan 6 orang disana, Rayya, Khalisa, Revan, Dion, Reina, dan Arman.
"Hai nama aku Rayya, salam kenal ya Reina," sapa Rayya.
"Hai nama aku Khalisa, salam kenal,"
"Dion, kekantin bareng gua yuk," ajak Arman.
"Man, lu gak sama geng lu?" tanya Rayya.
"Mereka dah duluan," jawab Arman dan kembali menoleh kearah Dion.
"Yuk bareng gua!" ajak Arman lagi.
"Ehh Dion jangan bareng sama dia!" cegah Rayya, yang membuat Arman mengernyit kan alisnya kenapa gak boleh?
"Lah kenapa?" tanya Dion.
"Dia itu... gini," jawab Rayya sambil menggesekkan telunjuk nya miring dikening nya.
"Gila?" terka Dion, Dion segera menjauhi Arman.
"Ihh ko orang gesrek sekolah sih?" ucap Dion, membuat semua yang ada disana tertawa. Kecuali arman, ia melirik Rayya dengan tajam.
"Ehh dia boong! gue gak gesrek! nih kalo gue gesrek gue gak akan sekolah disini," jelas Arman.
"Beneran?" Tanya Dion, membuat Arman kembali melirik Rayya tajam, sedangkan Rayya malah ketawa kayak gak punya beban hidup.
"Iyalah," jawab Arman sambil memutar bola matanya.
"Hehe.. Slow gue juga becanda aelah," Dion menepuk pundak Arman.
Arman dan Dion pun keluar kelas.
Menyisakan ke 4 orang didalam nya.
"Rei, bareng kita yuk kalo bisa kita solat Dhuha dulu!" ajak Rayya, yang langsung disetujui Reina, mereka pergi ke masjid sekolah dulu, setelah itu mereka ke kantin, dimana disana banyak terdapat orang rakus sedang makan.
Setelah selesai melaksanakan sholat Sunnah Dhuha mereka langsung melesat ke kantin.
Tidak ada yang baru dikantin, hanya makan dan jajan itu lagi dan lagi.
"Mau mesen apa? Biar aku pesenin," tawar Rayya.
"Aku soto aja," sahut Reina
"Samain aja semuanya," titah Khalisa.
Rayya pun beranjak menuju tempat penjual soto itu.
Setelah pesanan selesai mereka pun keluar dari area kantin.
"Lis, nanti Anter gue yuk ke kelasnya kak Aydan" ajak Rayya, sudah 2 hari baju seragam aydan menginap di lemarinya.
Dan tanggapan Khalisa "hmm... Tumben lu, biasanya kalo ketemu suka buang muka. Kok ini malah pengen ketemu, hayo ada apa?..."
Rayya memutar bola matanya malas.
"Ray!" panggil seseorang.
Rayya yang merasa terpanggil langsung menoleh kearah suara, ternyata itu Meisya kakak senior nya.
"Apaan kak?"
"Kamu tau Intan kelas XII IPA 2 kan?" tanya Meisya sedikit agak di cemas-cemasin.
"Iya tau, yang waktu itu jadi panitia penyeleksian silat kan?" jawab Rayya.
"Kamu ngeh gak kalo Intan jarang keliatan lagi?" tanya Meisya, membuat Rayya bingung.
"Nggak."
"Dia meninggal mayatnya ditemukan di depan teras rumahnya!" jelas Meisya.
Membuat Khalisa, Rayya, Reina yang mendengar nya kaget.
"Hah? innalilahi, didepan teras rumahnya? Gimana bisa?" tanya mereka serentak.
"Ya... Gue juga gak tau."
"Ya terus?"
"Gak sih gue cuman mau ngasih tau itu aja, hehe."
"Kok ada yang aneh! Sama... raut dan ekspresi wajah nya.."
Rayya berjalan kekantin sendiri dengan melamun masih memikirkan perkataan Kakak kelasnya, yang ia tahu... Kak Intan itu orang baik tapi... Kenapa akhir hayatnya seperti itu?
Bug!
"Astagfirullah! Lo lagi lo lagi!"
"Astagfirullah! Kak Aydan lagi dan lagi!"
"Seneng banget lo nubruk gue!"
"Berisik lu ah!" Rayya meninggalkan Aydan, Aydan yang sudah masuk bualan Deril terus berusaha mencoba agar terus menjatuhkan metal Rayya seperti kata Deril. Padahal tidak ada sama sekali manfaatnya, rasa suka kepada Rayya membuat pria yang selalu memakai jaket hitam itu buta hati. Deril menipu Aydan.
***