I Can't [Complete]

By Panggilsayanunaa

433K 35.2K 3.8K

Ini hanya kisah Kanaka di dunia bersama para bintangnya. More

Prolog
1. Anak Rumahan
2. Sekolah
3. Ganteng Mirip Oppa Korea
4. Efek Ngeyel
5. Mengingat
6. Dijenguk
7. Awal?
8. Jumpa
9. Tugas Matematika
10. Bad Day
11. ???
12. Rasa Ingin Tahu
13. Teman
14. Back To Home
15. Minggu
16. Berangkat Bareng
17. Kekhawatiran Sosok Kakak
18. Ditolak Untuk Kesekian Kalinya
18. Aku Selalu Baik
19. Taman
20. Takut Untuk Mengakui
21. Dia Milik Sahabat
22. Sick
24. Tukar Posisi
25. Kana Baik, Gue Juga
26. Siapa Yang Perlu Dijenguk?
27. Kerapuhannya Yang Terlihat
28. Penyesalan
29. Hari Tanpa Dia
30. Rasa Yang Berkecamuk
31. First Meet?
32. This Is Life
33. Double Kill
34. Keras Kepala
35. Rumah
36. Karet Nasi Uduk
37. Terbongkar
38. Sebuah Janji?
39. Terlalu Takut
40. Keputusan
41. Kanaka Harus Berbagi
42. Ungakapan Perasaan
Mohon dijawab :)
43. Luka Baru
44. Air Mata
45. Dia Kembali
46. Ketakutan
47. Harapan Kanaka
48. Kesaksian Malam
49. Lelah
50. Batas Perjuangan
Epilog
A Memory
Ponakan Ganteng Om Kanaka

23. Tipuan Tio

7.9K 672 155
By Panggilsayanunaa

Huekk huekk

Entah sudah berapa kali Tio keluar-masuk kamar mandi. Ia memang sudah tidak demam, namun sejak subuh tadi perutnya menjadi tidak beres. Mual. Terhitung sudah tiga kali Tio memuntahkan isi perutnya, membuat tubuhnya yang masih lemas menjadi semakin lemas.

"Ini makan lagi dong mas, biar bisa minum obat."

"Percuma bunda, mual banget akunya. Pasti juga muntah lagi." Tio membekap mulutnya tidak mau menerima suapan dari Ayu.

"Gimana mau ada tenaga kalo gitu coba," Ayu hanya bisa menghela nafasnya sambil meletakkan mangkuk yang dipegangnya di atas meja. Ia membuka laci meja Tio dan mengambil botol kecil bewarna hijau dari sana.

"Sinihh perutnya bunda kasih minyak angin biar ga mual lagi." Ayu menaikkan baju yang Tio pakai sampai dada dan membaluri perut Tio dengan minyak angin, berharap dapat mengurangi mual yang anaknya rasakan.

"Masih mual?" Tanya Ayu sembari menurunkan baju Tio. Sedangkan Tio hanya mengangguk sebagai jawaban, ia lalu memutar tubuhnya menjadi tengkurap.

"Kayanya aku masuk angin deh bun, kerikin aja gausah ke dokter. Abis itu juga sembuh." Ujar Tio.

"Kok kamu tau bunda mau ajak kamu ke dokter." Heran Ayu. Pasalnya setelah ini ia memang berniat akan membawa Tio ke rumah sakit.

Tio lebih keras kepala dari Kana jika sudah berurusan dengan rumah sakit. Tio memang sering menginap di rumah sakit sampai berhari-hari karena harus menjaga Kana ketika sakit. Namun Tio tidak pernah mau menginap di rumah sakit dengan status sebagai pasien. Tio terbiasa melihat dokter ketika menyuntik tangan Kana, namun Tio tidak terbiasa untuk disuntik. Jika ada jarum suntik yang akan disuntikkan ke tubuhnya, maka Tio akan kabur dan menghindar. Ya, Tio takut disuntik.

"Nebak aja."

Ayu mendengus kemudian bangkit mencari uang logam untuk memenuhi permintaan Tio, "Bilang aja takut disuntik."

"Itu bunda tau."

"Buka bajunya."

Tio menurut, melepaskan baju yang ia kenakan dan membiarkan Ayu yang mulai melukis punggungnya. Membuat motif garis berwarna merah di punggungnya.

Sesekali Tio meringis, selembut apapun Ayu saat mengeriknya, koin tetap koin yang terbuat dari logam dan keras, "Pelan bun."

"Bunda?"

Ayu menoleh ke belakang, bukan Tio yang memanggilnya. Melainkan Kana yang berdiri di ambang pintu. Kana sudah menggunakan seragam sekolah lengkap dengan tas yang tersampir di pundak sebelah kanannya.

"Idihh pagi-pagi udah kerokan aja." Ujar Kana sembari berjalan mendekat, melihat lebih dekat punggung putih kakaknya yang kini sudah tidak sepenuhnya putih.

"Berisik," gumam Tio. Matanya terpejam, ia sadar keadaan. Tubuhnya sedang tidak bisa diajak kerja sama untuk berdebat dengan Kana. Karena berdebat dengan Kana juga membutuhkan tenaga yang cukup ekstra.

"Kamu sama ayah kan dek?" Tanya Ayu sambil membaluri seluruh bagian punggung Tio dengan minyak angin setelah selesai mengeriknya.

"Pake lagi bajunya."

Kana mengangguk lantas menyengir pada Tio yang sudah duduk sambil mengenakan kembali bajunya.

"Apa ketawa?!"

"Ciee yang sakit."

Tio hanya mendengus lalu kembali merebahkan tubuhnya dan menarik selimutnya sampai menutupi kepala, "Udah sana sekolah, nanti telat." Ujarnya di balik selimut.

Kana kemudian pamit dan mencium punggung tangan Ayu, "Kana berangkat ya."

Kana memegang kaki Tio, "Mas Tio gue berangkat. Cepet sembuh, siapa tau abis sakit kak Nadiya nerima cinta lo."

Dengan malas Tio menurunkan selimutnya dan menatap Kana tajam, "Gausah banyak cincong, sanah sekolah! Gausah pecicilan, jangan capek-capek!"

"Bawel, urusin tuh badan sendiri." Sahut Kana.

"Kana berangkat, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Ayu hanya menggelengkan kepalanya melihat kedua anaknya. Ayu tahu dibalik celotehan Kana ada rasa khawatir yang tertutupi oleh gengsi.

"Bun mual," eluh Tio. Ayu sudah bersiap ingin mengambil baskom yang tadi ia sediakan untuk Tio jika ingin muntah lagi, namun Tio menahannya.

"Aku ga mau muntah, cuma mual." Mata Tio sudah kembali terpejam. Kernyitan halus terlihat jelas di keningnya. Ayu hanya bisa mengelus kepala Tio lembut. Ia terus merapal doa agar tidak terjadi hal yang buruk dengan Tio. Cukup Kana yang mendapat rasa sakit yang teramat, jangan sampai Tio ikut merasakan juga.

"Cepet sembuh mas, kasian adek kamu." Ujar Ayu sambil mencium kening Tio.

🌙🌙🌙

Kelas sudah sepi. Saat bel pulang berbunyi penghuninya bergegas pulang ke rumah, menyisakan beberapa anak yang memiliki jadwal piket membersihkan kelas.

Hari ini bukan jadwal piket Kana, tapi Kana masih belum beranjak dari tempat duduknya. Ia masih sibuk memasukkan alat tulis dan buku-bukunya ke dalam tas. Angga sudah terlebih dahulu pulang, begitu juga dengan Arif dan Billy.

"Belum pulang ka?"

Kana menoleh dan mendapati Ale yang sedang menyapu di sampingnya. Gadis itu menyapu dengan sesekali bernyanyi. Menyanyikan lagu yang sama sekali Kana tidak tahu artinya.

"Shimmie shimmie ko ko bop I think I like it."

"Nyanyi apaan si lu?"

"Yang pasti bukan lagu Nissa Sabyan."

Kana mendengus pelan. Ia juga tahu lagu Nisa Sabyan seperti apa. Kakaknya di rumah suka menyanyikan intronya saat sedang mandi. Hanya intronya, selebihnya Tio tidak hafal.

Ayah:
Adek minta jemput mang Didi ya
Ayah gabisa jemput, ada urusan.

Me:
Y

Setelah membalas pesan dari ayahnya, Kana bergegas mengambil topi dari dalam tasnya dan memakainya. Dia juga mengambil masker berwarna putih yang memang selalu ia bawa kemana pun.

"Mau pulang?"

"Hmm."

"Gue juga udah selesai piket, abis ini pulang." Ujar Ale.

"Ga nanya." Kana melenggang pergi begitu saja meninggalkan Ale yang sudah mengerucutkan bibirnya.

Ale mengelus dadanya sambil mengatur nafasnya, "Sabar le sabar. Anggap aja Kana itu Sehun, dingin-dingin bangsat."

Di tempat lain Kana sudah duduk di halte bus dekat sekolahnya. Mengenakan topi dan masker. Pandangan para siswi yang kebetulan lewat tidak bisa terlepaskan dari Kana. Kana memang jarang naik bus, bukan karena sok ataupun gengsi jika harus menaiki kendaraan umum. Tapi Ayu memang melarangnya dengan alasan kondisi kesehatan Kana.

Saat bus yang ditunggu-tunggu datang tanpa fikir panjang Kana langsung menlambaikan tangannya untuk menghentikan busnya.

"Abang tunggu! Cewek cantik belom naik!" Saat Kana naik, dengan jelas Kana mendengar seseorang berteriak. Tepat di belakang Kana, Ale berdiri dengan sisi tubuhnya nenempel pada punggung Kana.

Penumpang bus terbilang ramai, bahkan hampir semua kursi sudah terisi. Ada satu kursi yang masih kosong, namun bukannya Kana langsung mendudukinya, ia malah menoleh ke arah Ale yang juga sedang mencari kursi.

"Duduk sanah," Kana menggedikkan dagunya.

"Hah? Lo siapa?" Ale mendongak menjadikan wajahnya dengan wajah Kana sangat berdekatan. Dia masih belum menyadari bahwa sedari tadi ia berdiri di balik punggung Kana.

Kana membuka maskernya tanpa mengatakan apapun dan langsung menutupnya kembali. Bus dengan banyak penumpang terlalu buruk untuk kondisinya yang memang sudah buruk.

"Loh Kana? Kenapa naik bus? Gak dijemput emang? Kenapa ga bareng Angga aja tadi." Ujar Ale ketika tahu siapa yang ada di depannya.

"Duduk sana, ga baik perempuan desek-desekan." Titah Kana.

"Tapi lo?"

"Berdiri."

"Ta-

"Duduk, nanti keburu didudukin orang." Ujar Kana sambil merogoh tasnya, ia mengeluarkan satu masker yang sama dengan yang ia pakai.

"Pake, samping lo lagi ngerokok."

Ale tidak bisa menyembunyikan rona merah di pipinya. Ia tidak meyangka Kana bisa semanis itu, sama sekali tidak meyangka. Ale langsung memakai masker pemberian Kana, sekaligus untuk menutupi pipinya. Jangan sampai Kana ilfeel kepadanya karena sikap salah tingkahnya.

"Makasih Kanaka."

Di balik maskernya Kana tersenyum tipis yang tentu saja tidak disadari oleh siapapun. Jujur ia sedikit tidak nyaman jika harus berdiri dan desak-desakan dengan orang lain, tubuhnya yang memang tidak terbiasa dan nafasnya yang akan menjadi sesak jika berdesakan banyak orang.

Tapi Kana juga tidak mungkin membiarkan perempuan yang harus berdesak-desakan dan berdempet-dempetan dengan para penumpang laki-laki. Kejahatan bisa terjadi di mana saja, Kana tidak ingin Ale menjadi korban karena membiarkannya tetap berdiri sedangkan diri nya duduk dengan nyaman.

🌙🌙🌙

"Lhoh mas Kana kok jalan? Kenapa ga ngabarin mang Didi tadi." Didi begitu terkejut ketika mendapati anak majikannya yang sudah pulang dengan berjalan kaki.

Tadi majikannya sudah berpesan kepadanya untuk segera menjemput Kana jika anak itu sudah mengabarinya. Tapi karena Kana tidak kunjung memberi kabar padanya, ia berfikir Kana memang belum pulang karena masih ada kegiatan di sekolah.

"Kana naik bus mang," ujar Kana sambil menyalami Didi. Ia sudah melepas maskernya sejak turun dari bus.

"Aduhh kenapa gak telvon mamang aja tadi."

"Lagi pengin naik bus," Kana melangkahkan kakinya ingin memasuki rumah, namun ia membalikkan badannya lagi menatap Didi.

"Bunda di kamar mas Tio kan ya mang?"

Didi menghentikan langkahnya, mimik mukanya berubah setelah mendengar pertanyaan Kana, "Bunda di."

"Di kamar mas Tio kan?"

"Mas Tio pasti manja kalo lagi sakit." Kana sudah ingin melanjutkan langkahnya.

"Bunda di rumah sakit mas, tadi mas Tio dibawa ke rumah sakit." Didi langsung merangkul Kana yang masih mematung.

"Kenapa?" Suara Kana sedikit bergetar.

"Gak papa. Tadi mamas kamu pingsan pas mau ke kamar mandi, tapi tadi bunda kamu udah ngabarin katanya gak papa. Katanya kamu ga usah khawatir."

"Anterin aku ke rumah sakit."

"Iya nanti, mas Kana ganti baju sama makan dulu." Ujar Didi sambil menuntun Kana masuk.

"Sekarang mang."

"Nanti kamu ikut sakit ka."

"Sekarang!" Kana sedikit meninggikan suaranya. Bagaimana tidak, tadi pagi bahkan kakaknya terlihat baik-baik saja. Lantas kenapa sekarang harus berada di rumah sakit? Tio hanya pura-pura baik di hadapan Kana.

Dada Kana naik turun seiring ia menahan emosi dan tangis yang menyatu. Bahkan tidak ada satu orang pun yang memberutahunya. Ayahnya tidak menjemputnya karena ada urusan. Kana sekarang tahu apa urusan itu.

Kana tidak perduli dengan perutnya yang belum terisi makanan. Tidak perduli dengan obat yang belum ia minum. Yang terpenting sekarang adalah Tio, kakaknya. Ia harus segera bertemu dengan Tio. Melihat keadaan kakak satu-satunya itu. Memastikan perkataan orang-orang yang mengatakan Tio baik-baik saja.

Jika keadaan justru sebaliknya, maka Kana benar-benar tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri karena itu.

-TBC-







Ini tuh gak gantung!

Tuh kan baikk. Saya update. Tau ga ini saya nulis pas jam kosong sama jam istirahat sekolah. Kalo di rumah justru ga sempet nulis.

Percaya deh besok ada 2 ulangan sekaligus. Ditambah presentasi. Ulangan pun lisan dan tertulis. Mantapsssss!

Adanya begini tolong diterima. Dari pada ga update kan? :v

Udah-udah pegel jari.

Cuma mau ngingetin, jangan lupa votment nya!!!!💗

Siders Pas Makan Gigit Lidah Sendiri



Continue Reading

You'll Also Like

5.3M 366K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
1.7M 120K 81
[Brothership] [Not bl] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Erva...
3.7M 295K 49
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
6.2M 107K 25
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...