Perfect Couple [Completed]

By risnnawty

56.7K 1.9K 137

"Masa lalu itu yang buat hati gue ketutup bahkan sudah membeku," Adrew Haris. "Gue yang akan mencairkan es di... More

INFO
.Prolog.
CAST
Terlambat
Bertengkar
Kuah Soto
Ketemuan
Lari Pagi
Nembak
Kedekatan
Siapa Dia?
Kebaikan Kelvin
Pertemuan Tak Terduga
Khawatir
Perhatian Adrew
Sebercak Rasa
Pelik
Labirin Baru
Jadian
Surat Kecil Airin
Tiga Indera
Break
Say Goodbye
Sebuah Dasi
Jalan
Masa Lalu Adrew
INSTAGRAM
Golongan Darah
Hilangnya Alena
Awal Alena Berubah
Broken Heart
Birthday Mantan
Terungkap yang Sebenarnya
Luka & Rahasia (2)
Buku Diary
Berkumpul Kembali
Kepergiannya-end
UCAPAN TERIMA KASIH
Epilog
CERITA BARU

Ruang BK

1.6K 58 6
By risnnawty

Jika mata dapat menyalurkan rasa. Maka tataplah mataku, sebab ada rasa yang belum terucap

***

Bel istirahat berbunyi, banyak para murid yang berada di dalam kelas 11 IPA 1 keluar kelas menuju kantin karena cacing yang ada dalam perut mereka sudah meminta jatah sekarang. Alena masih berada dalam kelas membereskan buku-bukunya dan memasukkan ke dalam tas ranselnya.

"Rin, lu ke kantin ga?" tanya Alena kepada Airin, membuat lawan bicaranya menoleh padanya.

"Emang lo ga ke kantin?" responnya sembari memperbaiki rambut hitamnya.

"Engga, gue mau ke perpus aja, nyari buku IPA Biologi buat besok, emangnya lo udah ada bukunya?" celoteh Alena.

"Udah beli kemarin,"

"Yeh, lu mah engga bilang kalo mau beli kan gue bisa nitip," ujar Alena memasang muka cemberut.

"Gue kan kemaren balik bareng Kak Ferro jadi ya sekalian deh, udah lah gue mau ke kantin, mau nitip apa?" tukas Airin bersiap ingin bergegas keluar.

"Engga usah deh, takut pas gue makan udah bel masuk,"

"Oke gue duluan," Alena hanya mengangguk.

Gadis yang memiliki mata hazel itu juga bergegas keluar kelas, lalu menyusuri koridor yang begitu sepi, sampai di belokan Alena berjalan kearah perpustakaan yang berada di ujung koridor kelas dua belas.

Sampai di perpustakaan Alena mencium harum khas buku yang menyeruak dalam hidungnya, lalu sedikit mengedarkan matanya ke seisi ruangan perpustakaan, beruntung di perpustakaan hanya ada sedikit orang, jadi Alena tidak perlu susah payah untuk berpura-pura tidak mendengar saat sindiran masuk ke indera pendengarannya yang sering dia dapatkan akhir-akhir ini.

Alena memilih buku Biologi yang dicarinya di jejeran rak buku, dan ternyata buku itu ada di atas yang melebihi tingginya, so, Alena kurang tinggi tidak bisa dia mengambil buku yang dicarinya, mau tidak mau Alena meloncat-loncat untuk mengambil buku itu, tapi karena sepatu Alena licin.

"AAAHKKK!!" pekik Alena keras, saat tangannya menyenggol satu buku menyebabkan beberapa buku juga ikut runtuh terkena tubunya, tiba-tiba saja sebuah tangan kekar melindungi tubuh mungil Alena dari runtuhan buku-buku itu. Alena mendongak siapa yang telah melindunginya.

"A-Adrew,"

Gadis itu mengerjapkan matanya, Adrew menyelamatkannya dari runtuhan buku-buku itu, Alena gugup saat posisi mereka yang dapat dilihat, seperti Adrew tengah memeluk Alena dengan wajah yang menyisakan jarak kurang dari 1cm, mereka masih saling tatap menatap hingga tidak sadar sudah ada guru penjaga perpustakaan yang memperhatikannya.

"Kalian kalo mau pacaran jangan disini!" bentak guru yang kerap dipanggil Ibu Weni, guru killer milik SMA Merah Putih. Kedua insan itu pun terkejut, Adrew langsung melepaskan tangannya dari punggung Alena, yang tadi digunakan untuk melindungi gadis itu.

"Engga, Bu saya ga pacaran!" sahut Alena cepat, untuk membela diri.

"Bohong! Tadi jelas-jelas saya melihat Adrew lagi meluk kamu," ujar guru itu berniat untuk memaki Alena.

"I-itu tadi.."

"Sudah! Saya tidak mau mendengar penjelasan kamu, kalo mau pacaran di luar sekolah dong!" sahut guru itu memotong penjelasan Alena.

Sedari tadi Alena tidak henti-hentinya berusaha untuk membela dirinya, namun tidak untuk pria yang tengah menonton tanpa mau bicara untuk membela. Rupanya pria itu malas berbicara dengan Bu Weni yang sudah mengerti sifat egois guru itu, setiap ada permasalahan di sekolahnya, wanita paruh baya itu tidak akan pernah mau mendengar penjelasan dari para muridnya, karena pada dasarnya guru itu lebih percaya apa yang ia lihat menggunakan matanya daripada apa yang didapat dari indera pendengarannya, toh, akan percuma juga. Sifat guru itu membuat Adrew hanya memsang wajah datarnya seakan-akan tidak ada kejadian yang menimpanya, membuat Alena berdecak sebal pada pria di hadapannya ini.

"Ibu, saya itu tadi lagi milih buku, terus Adrew-"

"Kamu juga Adrew, mana kemeja kamu?! Apa kalian.." kata Bu Weni memotong penjelasan Alena dengan memperhatikan Adrew yang tidak mengenakan kemeja sekolahnya.

"Ketumpahan kuah soto," sahut Adrew tahu Bu Weni tengah salah faham.

"Ibu kami bisa jelasin, kalo kita tuh.." ujar Alena dengan menunjukkan tatapan memohon.

"Tidak bisa! Tetap saya akan membawa kalian ke ruang BK, karna kalian sudah melanggar peraturan di sekolah ini," ujar Bu Weni sambil menarik tangan Alena dan Adrew bersamaan, lalu membawanya keluar.

Saat di koridor banyak murid yang melihat dengan tatapan bertanya-tanya juga ada yang menatapnya sinis pada Alena, karna Adrew adalah cowok the most wanted sekolah bisa bersama dengan Alena yang kini tengah menjadi bahan pembicaraan untuk para si biang gosip.

"Itu si cabe ngapain lagi dih? Dasar kuper!" cibir Zenap, ketua ekstrakulikuler childleaders dengan memperhatikan Alena tajam.
Seusainya di ruangan Bimbingan Konseling, Bu Weni menyerahkan Alena dan Adrew kepada Bu Retno, kemudian menjelaskan masalah yang dilihatnya tadi di ruang perpustakan, sedangkan Alena dan Adrew dipersilahkan duduk di bangku yang tersedia di ruang BK, hingga dapat berhadapan langsung dengan Bu Retno. Setelah Bu Weni keluar serta menutup pintu ruangan tersebut keadaan kini semakin mencekam.

"Kenapa kalian pacaran di sekolah?!" tanya Bu Retno sedikit keras, Alena maupun Adrew hanya diam tak bergeming.

Alena merundukkan kepalanya, takut dengan suasana seperti ini, sebelumnya Alena belum pernah merasakannya, wajar saja ia merasa takut dan juga panik. Sedangkan Adrew, pria itu tetap memasang wajah tak berempatinya, tidak ada perasaan takut sedikitpun dalam benaknya.

"JAWAB!" Alena terkejut dan semakin kehilangan nyali untuk menjawabnya.

"Kita engga pacaran bu," titah gadis itu pelan, namun dapat didengar oleh wanita paruh baya yang menyandang sebagai guru BK itu.

Adrew merasakan semuanya jengah. "Saya bisa jelasin Bu," celetuk Adrew mulai angkat bicara, membuat rasa takut di benak Alena sedikit berkurang.

"Silahkan Adrew,"

"Dia terkena runtuhan buku," katanya sambil melirik Alena sekilas. "Saya hanya menolong dia dari itu, tapi saya akui posisi saya salah saat menolong dia dan karna itu, Bu Weni salah faham saat melihat kami dengan posisi yang seharusnya tidak dilihat Bu," jelas Adrew sedikit panjang dan membuat Alena speechless seketika.

"Jadi benar kalian berdua tidak pacaran?" tanya wanita paruh baya itu lagi. Adrew menggeleng sebagai jawaban.

"Tapi, semua pelanggaran tetap ada pointnya disengaja maupun tidak disengaja. Nama Kalian tetap akan Ibu catat dengan mendapat point 50!" kata Bu Retno lagi dengan memberikan kertas selembar, bukti bahwa pada hari ini mereka mendapat point lima puluh, dan jika sudah mendapat seratus point itu artinya mustahil untuk tetap bertahan di SMA Merah Putih. Beruntung guru itu tidak mempermasalahkan Adrew yang tidak mengenakan seragam sekolahnya, jadi pria itu tidak perlu mendapat point kembali. Ntah wanita itu tidak menyadari atau tidak perduli.

"Baik bu, saya permisi dulu," ujar Adrew sambil beranjak dari ruangan itu, Alena yang ada di dalam pun ikut keluar.

Sampai di luar ruangan yang terkutuk itu, Alena berlari berniat untuk mengejar Adrew yang punggung tegap pria itu masih terlihat tengah berjalan di depannya. "Adrew," panggil Alena, namun Adrew tetap berjalan menghiraukannya.

Bukan Alena namannya kalau segitu saja sudah menyerah, gadis itu berlari berusaha untuk menyamakan langkah lebar Adrew, walaupun dirinya harus sedikit kelelahan.

"Berhenti dong, gue cuma mau bilang sesuatu sama lo," jelas Alena saat berhasil menyamakan langkah Adrew, namun tetap dihiraukan pria itu yang masih tetap berjalan tegap dengan mata lurus ke depan tanpa mau memperdulikan Alena yang tengah mengoceh padanya.

"Makasih lo udah mau nolongin gue," kata Alena yang mampu memberhentikan langkah Adrew, setelahnya pria itu menoleh pada Alena sambil menatap gadis itu intens.

"Cuma kebetulan, gausah geer!" ketus Adrew ringan kemudian melanjutkan langkahnya, menyisakan Alena yang diam tak berkutik di tempatnya.

***

Airin sedang berada di kantin menikmati seblak yang dipesannya tadi, namun baru beberapa suap gadis itu mulai merasa kepedasan, gadis itu merutuki dirinya karena lupa membeli minum untuk menemaninya menyantap seblak favorit dia.

Sebuah uluran tangan kekar tengah menyodorkan air mineral kehadapannya, tanpa ragu Airin menerima air mineral tersebut dengan acuh mendongak siapa si pemberi. Gadis itu meneguknya sampai setengah botol, si pemberi air itu pun tersenyum simpul selanjutnya duduk yang berhadapan langsung dengan Airin.

"Ehh, jadi yang ngasih ini lo?" seru Airin setelah mendongak melihat wajah si pemberi. Rava.

"Kenapa?" tanyanya dengan mengulum senyum khasnya.

"Kalo tau yang ngasih itu lo ogah gue minumnya," kata Airin sambil memutar bola matanya malas, Airin segera bergegas hendak meninggalkan
pria itu, tapi sebelum itu Rava mencekal lengan Airin menyuruhnya duduk kembali.

"Lu kenapa sih?" tanya Rava padanya.

"Menurut lo? Gausah pura-pura lupa deh lo!" sinis Airin sebal dengan makhluk di depannya ini.

"Iya gue minta maaf, lagian kemaren lu bikin gue emosi sama tingkah lo," ujarnya tulus.
"Lu kelas berapa sih?" kata Rava lagi berupaya untuk pdkt pada Airin.

"Cihh, kemaren bentak-bentak gue, sekarang lu deketin gue?"

"Siapa yang deketin lu geer banget lu! ngasal!" sahutnya cepat.

"Yaudah kalo gitu sekarang lu pergi!" ujar Airin mengusirnya.

"Oke!"

"Jangan sok jutek kena batunya baru tahu rasa!" kata Rava lagi.

"Ga jelas!" ketus Airin sambil menggerutu dalam hatinya.

***

Sehabis dari kantin Rava berkunjung menemui Adrew berada di atas rooftop sekolah, Rava berjalan kearah dimana Adrew sedang duduk dan mendengarkan musik dengan earphone.

"Ehh bro lu napa?" tanya Rava.

"Gue abis masuk BK," ujarnya santai dan melepaskan earphone yang digunakan.

"Lah! kok bisa? Lu buat ulah apan padahalkan lu ketos?" ucap Rava sambil menaikan sebelah alisnya.

"Gue kepergok sama Bu Jeni, dia nuduh gue pacaran sama Alena di perpus," jelas Adrew.

"Terus kenapa lu ga pake baju seragam? Mana kemeja lu?" tanya Rava dengan memperhatikan Adrew yang hanya mengenakan kaus putih polosnya.

"Kotor,"

"Terus kenapa bisa kotor?" tukas Rava heran, membuat Adrew menoleh padanya.

"Ketumpahan kuah soto,"

"Lah, kok bisa?"

"Ditabrak Alena," jawab Adrew sambil menatap lurus pemandangan.

"Alena, Alena, Alena. Setiap ada orang itu tuhh pasti bakal ada masalah," ucap Rava sambil mengusap rambutnya kebelakang.

"Gatau,"

"Yaudah lah emang nasib lu harus ketemu sama Alena terus," gurau Rava yang dihiraukan pria berhati dingin itu.

Adrew berdiri membuat Rava menatap ke arahnya, bola matanya mengikuti pergerakan pria di sampingnya, hingga akhirnya melihat Adrew yang sudah menghilang dari hadapan pintu rooftop.

"Woyy, lo mau kemana?! Anjing gue ditinggal!"

Rava dan Adrew berjalan di koridor kelas dua belas dengan gaya cool-nya membuat kaum hawa yang ada di koridor itu terpesona dengan mereka, padahal mereka hanya berjalan tidak melakukan apapun, namun teriakan histeris dari para kaum hawa yang berada di koridor itu membuat Adrew menatapnya malas dan memasang wajah cueknya kepada semua orang.

"Adrew, gue boleh foto ga sama lo?" ujar salah satu cewek yang ada di koridor itu sambil menunjukkan tatapan memohon.

"Engga!" jawab seorang perempuan dengan cepat.

***

VOTE AND COMMEND

ThankYou:)

Continue Reading

You'll Also Like

2.2K 327 15
"Aku ga akan pernah berusaha untuk jadi dia. Aku mau, kamu cinta aku murni karena itu aku, bukan karena aku mirip dia. Ini aku, dan tetap akan sepert...
She is Love By //

Teen Fiction

149K 11.4K 34
Ini cerita tentang dua orang yang bertolak belakang. Dhirgantara Mahendra Winata. Anak terakhir dari tiga bersaudara keluarga Winata yang terkenal...
1.4K 66 45
Seorang gadis remaja yang ingin lepas dari jeratan masalalu ya, dimana hal itu seperti rantai yang membelenggu hingga ia harus pergi sejauh mungkin a...
24.8K 723 32
Pink angelica gadis yang selalu menyukai kakak kelas nya mulai dari smp hingga memasuki sma, yaitu vilio fandika tetapi hanya bisa menyukai dalam dia...