Glen memarkirkan mobilnya ke dalam bagasi rumahnya. Lalu, ia turun dan membukakan pintu untuk Almyra.
Rumah dengan nuansa alam yang sangat sejuk, dan dinding yang di penuhi dengan warna putih, banyak pepohonan serta terdapat kolam ikan kecil yang sangat indah.
"Rumah kamu asri ya, sejuk." kata Almyra memuji.
Glen tersenyum mendengarnya.
"Ayo masuk." ajak Glen.
Almyra masuk ke dalam rumah Glen. Sepi sekali, seperti tak ada penghuni. Padahal ini rumah lumayan besar dan sangat nyaman sekali untuk di tempat tinggali.
"Ngga ada orang?" kata Almyra sambil duduk di ruang tamu milik Glen.
"Ada kok, si Mbok sama si Mamang. " lalu Glen pun memanggil Mbok yang ternyata adalah pembantu rumah tangga di rumah Glen.
Si Mbok ini, terlihat sekitar umur kepala 4.
"Mbok, bikinin minum ya." pinta Glen.
"Baik, Den."
"Kalo si Mamang?" tanya Almyra.
"Dia kayaknya lagi keluar deh, si Mbok sama si Mamang suami istri." jawab Glen.
Almyra pun bertanya lagi. "Orang tua kamu?"
"Mereka tinggal di Bandung." jawab Glen.
"Oh."
Almyra melihat sudut bibir Glen yang berdarah. Ia yakin, itu pasti akibat perkelahian tadi bersama Rayhan.
"Glen..." Almyra menunjuk sudut bibirnya.
Mengerti isyarat Almyra, Glen mengusap sedikit darah yang ada di sudut bibirnya, dan sedikit ia merintih.
Almyra pun berdiri dan mencari si Mbok di dapur.
"Mbok, maaf. Apa ada obat merah dan kapas?" pinta Almyra.
"Oh, ada Non. Sebentar." ujar Mbok.
Mbok pun mengambilkan kotak kesehatan milik Glen dan memberikannya ke Almyra.
"Ini, Non."
Almyra pun menerimanya dan kembali menghampiri Glen.
"Sini." Almyra pun meminta Glen untuk mendekat.
Tak mengerti maksud Almyra, akhirnya Almyra yang mendekat dan ia memberanikan diri untuk memegang wajah Glen.
"Ini harus diobatin." ucapnya.
Almyra mengeluarkan obat merah dan kapas yang berada di dalam kotak, kemudian ia menuangkan obat merah tersebut ke kapas lalu menempelkannya pelan ke sudut bibir Glen.
Glen sedikit merintih.
"Aw."
"Aduh... sakit ya. Maaf Glen."
Glen pun memegang tangan Almyra untuk tidak melanjutkan aksinya mengobati dirinya.
Tiba-tiba, jantung Glen berdetak dan berjalan tak normal. Ia memandang Almyra dan menatap Almyra.
Gila.
Almyra sangat cantik.
Tidak.
Apa ini?
Glen pun menggelengkan kepalanya. Ia tak boleh menyukai gadis yang ada di hadapannya saat ini.
Ingat Glen, dia adalah kekasih sahabatmu.
Almyra benar-benar cantik, bahkan Almyra sangat perhatian akan hal kecil.
Bagaimana mungkin Raffa tak mencintai gadis ini?
Glen melamun memandang Almyra, ia tak bisa berkedip melihat kecantikan Almyra.
"Glen?"
"Glen?"
Mendengar namanya, Glen pun tersadar dari lamunannya.
"Eh.. ya.. eh." kata Glen bingung.
Bingung untuk bertingkah seperti apa dihadapan gadis ini. Ia merasa, menjadi salah tingkah, dan tak tau mesti bagaimana.
"Sudah Almyra, kamu ngga perlu mengobati aku." kata Glen dan kemudian dia pergi beranjak ke kamarnya.
Almyra diam mematung dan tak mengerti mengapa Glen tiba-tiba seperti itu.
Saat di kamar, Glen menutup pintu kamarnya lalu menguncinya.
Ia mengetuk-ngetuk kepalanya dan berdiri di hadapan cermin.
"Gila! Lo ngga boleh suka sama dia Glen." ucap Glen pada dirinya sendiri.
"Lo ngga boleh mengulang kesalahan yang sama!" tegasnya lagi.
Ia pun bercermin sambil menasehati dirinya sendiri.
"Aduh... tapi bagaimana? Almyra sangat..... Arggghhhh."
Glen semakin menggila jika ia mengingat wajah Almyra. Ia mengacak-acak rambutnya dan mengusap wajahnya.
"Engga boleh Glen!" tegasnya sekali lagi.
Tiba-tiba pintu kamarnya pun terketuk.
"Glen." panggil Almyra.
Glen membelalakan matanya, ia langsung merapihkan rambutnya. Sebelumnya, ia telah mengatur napasnya, lalu membukakan pintu kamarnya itu.
"Eh, ada apa Almyra?" tanya Glen.
"Aku..." belum sempat Almyra menjawab, matanya tertuju pada sebuah foto besar yang terpampang di dinding kamar milik Glen.
Itu adalah foto Glen bersama kekasihnya, Raffa.
Melihat Almyra menatap foto itu, kemudian Glen pun bercerita tentang persahabatannya dengan Raffa.
"Ya, semua kacau karena Kia." katanya.
Almyra diam dan mendengarkan kelanjutan cerita Glen.
"Aku menyesal, kenapa pernah berbuat hal konyol seperti itu terhadap Raffa." katanya lagi.
"Hanya demi cewek seperti Kia." lanjutnya.
Almyra masih diam. Dan Glen melirik sedikit ke arah gadis itu.
Gila.
Melirik sedikit ke Almyra, membuat dirinya kacau.
Ia tak bisa menahan perasaannya ini.
"Almyra." kata Glen.
"Ya?"
"Kamu sangat mencintai Raffa?"
Almyra mengangguk.
"Seberapa besar?"
"Aku ngga tahu, yang pasti Raffa segalanya bagiku." kata Almyra, dan gadis itu pun menunduk, bahkan meneteskan air matanya.
"Aku sangat mencintai Raffa, memikirkannya saja membuat aku sakit." lanjutnya.
Mendengar ucapan Almyra, membuat Glen sadar, ia tak boleh mempunyai perasaan lebih kepada gadis itu. Ia harus membuangnya jauh-jauh.
Glen pun bertanya lagi kepada Almyra.
"Kalo... Laki-laki itu siapa?" tanya Glen yang ingin tahu.
"Siapa?" tanya Almyra bingung.
"Yang tadi."
"Oh. Dia seniorku, namanya Rayhan."
Almyra pun kemudian menceritakan semua kejadian yang menimpanya, terlebih ulahnya Rayhan dan ia juga bercerita sampai pada akhirnya ia bisa berpacaran dengan Raffa.
Mendengar cerita itu, membuat Glen mengepalkan tangannya dan ingin sekali menghabisi orang bernama Rayhan itu.
Glen berjanji pada dirinya, bahwa ia akan menjaga Almyra semasa Raffa sakit, terlebih lagi menjaga Almyra dari laki-laki yang mengganggu gadis itu.
"Aku janji, akan menjaga kamu." ucap Glen.
Mendengar itu, Almyra kaget dan tak mengerti maksudnya.
"Biarkan aku menjaga kamu semasa Raffa sakit, aku ngga mau kamu kenapa-kenapa." lanjutnya.
Almyra hanya diam.
Glen pun memegang punggung tangan Almyra.
"Demi Raffa, biarkan aku menjaga kekasihnya ini." janji Glen dengan tegas.
Huhuhu
Bagimana iniiii kelanjutannya?
Penasaran ga?
Apa biasa aja?
Dikomen ya hehe
Biar tau kesalahannya dimana, kasih kritikan dan masukan juga..
plis Vote juga!!
Terimakasih telah membaca,, semoga suka!!!!
Saranghaeyo