Sesuai Titik, Ya?

By Stephn_

7.3M 966K 177K

[PROSES PENERBITAN] "Setahu gue ada banyak banget abang ojek online di Indonesia. Kenapa selalu lo yang muncu... More

Gojack and Me
Kebetulan ?
Ramalan
Pembalasan
Misterius
Gosip
Peka
Jutek
Bingung
Salah siapa?
Bondan is real
Bondan is real (2)
Masa lalu
Misterius (2)
Teman
Ganjil
Gaguna
Pamit
Firasat buruk
Party
Party (2)
Patah
Pelarian
You're fired!
Gara-gara obat
Dia Jumardi
Pencakar langit
Kotak makan
Flashback
Rumit
Ngambek
Till i make you mine
Hai Adel
Lampu hijau
Chat
Kangen (sedikit)
Kondangan Mantan
Kondangan Mantan (2)
Jadi gimana?
Day One
Gara-gara Cecilia
Bekal
Vitamin
Buah jatuh
Tentang Marchellino
Kelam
Fashion Week
Brother Conflict
Berdamai
Seharusnya
Satu cerita di Monas
Usai
Relakan
Sebuah pilihan
Surat
Akhir cerita
Bersambung
Bertatapan
Pecahan kenangan
Sang Penakluk
Rindu
R(euni)apat
Bola-bola ikan
Our Story
She said....
Tahap serius
Coach
Bachelorette Party
Sold Out
Perjalanan JumAdel
TRILOGI

Pertemuan

345K 29.1K 3.8K
By Stephn_

Nb: Prolog kemarin buat cuplikan scene part kedepan. Jadi ini permulaannya wkwk
Makasih yang kemarin sudah komentar
Ditunggu lagi ya komentarnya, hehe
Mohon dukungannya
Thankyou!

INI CHAPTER TERAKHIR YANG BISA AKU POST SEBELUM UJIAN
DUA MINGGU KEDEPAN AKU FULL UJIAN
SABAR MENUNGGU YA
LIBURAN AKU SEGERA KEMBALI!

Kalau kalian punya kejadian unik bersama abang ojek bisa komen disini ya
Siapa tahu terpilih untuk bisa jadi salah sati scene di cerita ini 😍

Happy Reading!

🚴🚴🚴

Semua orang pasti memiliki impian memperoleh kehidupan nikmat selayaknya seorang raja. Berkelimpahan harta, tidak perlu membanting tulang, dapat menghamburkan uang untuk membeli semua barang yang di inginkan. Segalanya terasa mudah jika berada di posisi itu.

Namun kenyataannya, hanya sebagian kecil manusia yang memperoleh kesempatan istimewa untuk dapat menikmati kemudahan itu. Beberapa di antaranya mendapatkan perjalanan hidup yang lebih berliku dan penuh rintangan.

Salah satunya adalah gadis berusia dua puluh empat tahun itu, Adelheid Lanira Devi. Mulanya beberapa orang yang pertama kali mendengar nama Adelheid pasti akan mengira gadis itu berparas sedikit bule dengan mata biru yang indah dan tubuh tinggi semampai. Kenyataannya justru berkebalikan dengan ekspektasi yang dibayangkan. Adel adalah orang jawa asli yang lahir di Yogyakarta meski sejak ia berusia empat tahun, kedua orangtua Adel memutuskan untuk tinggal di Jakarta karena tuntutan pekerjaan.

Warna kulitnya kuning langsat tampak kontras dengan warna rambut panjangnya yang berwarna hitam legam. Tubuhnya terbilang kurus dengan tinggi badan seratus enam puluh lima dan berat badan lima puluh kilogram.

Adel bukan perempuan yang memiliki paras sangat cantik dan dipuja oleh banyak orang. Memang tidak sedikit yang memujinya cantik, tetapi beberapa di antaranya adalah sanak saudaranya sendiri. Namun tidak sedikit pula masyarakat luar berpendapat wajah Adel sedikit mirip dengan artis Indonesia bernama Tatjana Saphira. Untuk ukuran perempuan sederhana yang tidak pernah menghabiskan waktunya di salon hanya untuk merawat jari kuku, Adel termasuk gadis cantik yang menjadi incaran beberapa kaum adam saat masih duduk dibangku kuliah dulu, bahkan hingga sekarang.

Sejak dua tahun yang lalu setelah lulus dari kuliah, Adel telah bekerja sebagai manager keuangan di sebuah perusahaan di Jakarta. Dengan berbekal lulusan S1, Adel sangat bersyukur dapat memperoleh pekerjaan itu.

Adel bukan seorang bangsawan, bukan juga seorang ahli waris dengan harta melimpah. Ia hanyalah gadis dari keluarga yang bisa dibilang 'pas-pasan'. Rudy ayah Adel bekerja sebagai pegawai bengkel, sedangkan Santi ibu kandung Adel bekerja sebagai penjahit.
Dapat dibayangkan seberapa besar beban pikiran Adel saat Rudy memintanya melanjutkan study setelah lulus SMA dulu.

Tentu saja Adel ingin seperti teman-temannya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus SMA. Namun, melihat orangtuanya membanting tulang membuat Adel tidak sampai hati dan ingin mencari pekerjaaan saja dari pada harus membuang banyak biaya untuk kuliah. Tetapi karena paksaan dari ayahnya, alhasil Adel mendaftar di sebuah Universitas negeri dan mengambil jurusan akutansi.

Karena tidak ingin mengecewakan sang ayah, Adel belajar sangat giat dan berusaha memberikan yang terbaik. Saat kuliah dulu, Adel juga bekerja sambilan sebagai kasir di supermarket dekat kampus. Saat teman-temannya sibuk bermain snapgram dan memamerkan kehidupan mewah, Adel justru menghabiskan waktunya untuk bekerja sambilan. Hasil kerjanya dapat ia gunakan untuk membeli buku pelajaran dan keperluan lainnya.

Karena sejak muda terbiasa mengatur waktu dengan baik, Adel menjadi seorang gadis muda yang sangat disiplin dan dapat dipercaya oleh rekan kerjanya.

Seperti pada hari-hari biasanya, Adel akan bangun lebih awal dibandingkan ayah dan ibunya untuk memasak sarapan untuk kedua orangtuanya. Adel sendiri lebih suka sarapan dengan roti daripada nasi, jadi ia hanya memasak dua porsi saja untuk ayah dan ibunya. Setelah sarapan siap, barulah Adel membersihkan tubuh dan bersiap untuk kerja.

"Laporan keuangan, dompet.." kening Adel berkerut dalam. "Ah, handphone.."

Adel berlari kecil menuju ke ranjangnya, lalu dengan cepat menyambar ponsel yang sejak kemarin malam tanpa sadar tergeletak di sana. Tidak biasanya Adel bertindak seceroboh itu dengan meletakkan ponsel disembarang tempat, hanya saja kemarin malam ia terlalu sibuk begadang mengerjakan laporan keuangan yang harus ia serahkan pagi ini. Karena kelelahan tanpa sadar Adel tertidur pulas dengan keadaan laptop masih menyala dan ponsel di samping tubuhnya.

Setelah memastikan barang-barang penting yang harus dibawa lengkap, Adel menyempatkan diri bercermin untuk mengamati penampilannya. Barulah Adel bergabung bersama kedua orangtuanya untuk menikmati sarapan.

"Kemarin begadang lagi, Del? Papa lihat lampu kamar kamu masih nyala sampai jam setengah tiga pagi."

Adel yang sedang mengoleskan selai strawberry di roti tawar sontak menoleh dan tersenyum pada Rudy. "Iya, Pa."

"Kamu enggak capek, Del?" tanya Santi ibunya.

Santi memang selalu tidak tega jika melihat Adel bekerja terlalu keras. Terlebih gaji yang putrinya peroleh tidak sebanding dengan pekerjaaan yang selalu gadis itu kerjakan.

"Udah biasa, Ma. Lagian waktu kuliah dulu juga sering kok begadang ngerjain tugas," Adel memperlebar senyumannya untuk menenangkan Santi.

Adel nemilih untuk fokus pada sarapannya dan mengabaikan tatapan dalam dari kedua orangtuanya. Adel tidak ingin keletihan di wajahnya terlihat oleh mereka. Jika dibandingkan dengan kelelahan yang kedua orangtuanya alami selama ini, Adel merasa tidak pantas jika mengeluh hanya karena waktu tidurnya banyak tersita.

Selagi menghabiskan rotinya, Adel meraih ponselnya kemudian membuka aplikasi ojek online.  Setelah menuliskan alamat rumahnya dan tempat tujuan, Adel meletakannya kembali ke atas meja. Menunggu hingga aplikasi itu memunculkan nama driver yang akan mengantarnya ke tujuan.

(*Nama telah disamarkan)

-------------

"Pa,Ma. Adel berangkat sekarang ya," Adel mencium punggung tangan kedua orangtuanya bergantian.

"Driver-nya udah sampai?" tanya Rudy dijawab anggukan oleh Adel.

"Sebentar lagi sampai, Adel tunggu di depan aja. Papa Mama juga hati-hati ke tempat kerjanya."

"Nanti Mama pulang awal, malam ini mama aja yang masak," ucap Santi sebelum putrinya pergi.

Adel mengacungkan ibu jarinya sebagai jawaban. Hati Adel terasa ringan hanya karena melihat senyuman kedua orangtuanya sebelum ia berangkat kerja. Rasa lelah yang sempat membebani pundaknya seolah terangkat begitu saja. Tanpa sadar bibir Adel kembali membentuk seulas senyum. Bahagianya sesederhana itu.

Selagi menunggu driver-nya sampai, Adel memilih duduk di sebuah kursi kayu tua yang terletak di depan rumahnya sembari meneliti kembali laporan keuangan yang telah ia susun kemarin malam.

Menit demi menit berlalu, driver itu tak kunjung menghampirinya. Adel beberapa kali mengirim pesan menanyakan posisi driver itu sekarang, namun ia tidak mendapat balasan sama sekali. Adel hendak membatalkan driver-nya dan mencari driver lain, tapi ada perasaan tidak tega jika ternyata driver itu sudah berada di dekat rumahnya.

Dengan hati tidak tenang, Adel memutuskan untuk menunggu lagi tetapi sepuluh menit berlalu masih saja belum ada tanda-tanda keberadaan driver-nya. Bahkan pesan yang ia kirimkan juga belum mendapat balasan.

Saat Adel memutuskan untuk membatalkan pemesanan, tiba-tiba ponselnya bergetar.

---------
Ojek Online

--------

"Kenapa enggak hubungi dari tadi, sih?" Adel menghentakkan kaki kesal. Jika tidak ingat rambutnya telah disisir rapi, mungkin Adel sudsh mengacak rambutnya dengan kesal seperti kebiasaan yang ia lakukan.

Tanpa membalas pesan driver tidak bertanggung jawab itu, Adel meraih tas selempangnya dan berjalan cepat menyusuri jalan. Jam sudah menunjukan pukul tujuh lebih dua puluh menit, itu berarti ia hanya memiliki waktu sepuluh menit jika tidak ingin terlambat bekerja. Padahal perjalanan dari rumah menuju kantor memerlukan waktu kurang lebih lima belas menit. Itu berarti, mau tidak mau Adel pasti terlambat hari ini.

Dengan hati kesal dan panik, Adel terus berjalan menusuri trotoar. Harap-harap cemas dapat menemukan gojek yang kebetulan ada di sekitarnya. Namun, cukup jauh Adel berjalan kaki, ia tidak melihat tanda-tanda keberadaan ojek atau angkutan umum padahal jam semakin mendekati pukul setengah delapan.

Adel menggigit cukup keras bibir bagian bawahnya, menahan tangis. Pagi ini ada rapat di kantornya, dan salah satu laporan penting yang seharusnya diserahkan sebelum rapat tersebut ada di tangan Adel. Ia tidak bisa membayangkan kemarahan atasannya karena kelalaiannya ini. Sebenarnya kejadian ini bukan sepenuhnya kesalahan Adel, tetapi tidak mungkin bos Adel mau mengerti tentang drama ojek yang harus ia alami pagi ini.

Saat Adel nyaris putus asa tiba-tiba pandangannya menangkap seluet hijau berada tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.  Tanpa banyak berpikir lagi, Adel menghampiri pria berjaket hijau dengan helem full face  sedang bersandar santai di motor vespa berwarna biru metalic itu.

"Permisi, ada penumpang enggak, Mas?" tanya Adel tanpa basa-basi.

Selama beberapa saat tidak ada jawaban dari driver itu. Pria berjaket hijau dengan haris hitam disamping lengannya justru terpaku diam. Mulanya pria itu menatap lekat penampilan Adel dari ujung kepala hingga ujung kaki hingga membuat Adel risih dan tidak nyaman dengan tatapannya.

"Pak, bisa enggak? Saya keburu telat!" ucap Adel sedikit berteriak karena kesal tidak segera mendapat jawaban padahal waktu yang ia miliki untuk pergi ke kantor semakin menipis.

Teriakan Adel membuat pria itu tersentak kaget, tanpa banyak bicara ia memberikan sebuah helm pada Adel sebelum mulai menyalakan mesin motornya.

Usai memastikan Adel duduk nyaman boncengannya, driver itu mulai menjalankan motornya menuju ke alamat yang Adel beritahu padanya. Beruntung bagi Adel, jalanan pagi ini tidak terlalu ramai seperti biasanya sehingga tepat pada pukul setengah delapan lebih dua menit, motor vespa yang ia tumpangi telah sampai di depan parkiran kantornya. Setidaknya waktu keterlambatannya tidak lebih dari lima menit sehingga masih dapat ditolerir.

Adel melepaskan helm dan memberikan beberapa lembar uang kepada driver. "Makasih, Pak."

Baru saja Adel hendak melangkah pergi, tiba-tiba saja ia merasakan sebelah tangannya ditahan. Refleks Adel menoleh dan mendapati pria berjaket hijau itu sedang menatapnya lekat.

"Enggak perlu bayar, saya ikhlas kok. " Meski tidak dapat melihat jelas, Adel tahu pria dihadapannya sedang tersenyum lebar saat mengucapkan itu. "Cukup inget nama saya aja."

Tanpa mempedulikan kerutan dalam dikening Adel, pria itu melanjutkan ucapannya.

"Jumardi Kariman , biasa dipanggil Jack, Mardi, Riman, apapun boleh terserah mbaknya. Tapi plis jangan sayang, nanti saya baper. Kecuali mbaknya mau tanggung jawab, jadi saya enggak baper sendirian, hehe.."

Pada momen inilah Adel menyadari, kemarahan bosnya jauh terdengar lebih menyenangkan.

🚴🚴🚴

Continue Reading

You'll Also Like

17.3K 2.4K 26
Terdampar di kawasan apartemen mahal demi menghindari pertanyaan soal menikah dari kedua orang tuanyaㅡsetelah gagal menjadi designer, bukanlah bagian...
1.1M 51.4K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
247K 11.7K 76
Masih tentang hujan dan ia yang tak kunjung datang. I T 'S J U S T D R E A M 🎖️#1 Bogor 🎖️#1 Disappointed 🎖️#1 Relationshit 🎖️#1 Friendshit 🎖️#3...
1.3M 19K 38
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...