LUKA (COMPLETE)

De beliawritingmarathon

637K 49.9K 3.4K

Luka "Rela, demi dapetin hati kamu!" A story by Kusni Esti. Kata orang, saat kita jatuh cinta, kita akan mera... Mai multe

1. Ruang BK
2. Pinta Bu Ana
3. Chatting
4. (a) Ekstra Sabar
5. Flashback
6. Pendekatan 1
7. Belajar Lagi
8. Jalan
9. Ngalah itu Penting
10. Pendekatan 2
11. Pernyataan
12. Enggak Peka
13. Copot
14. Puisi
15. Sembilan Puisi Keren
16. Pria Baru?
17. Mulai Berubah
18. Tantangan
Meet The Cast : Dava Abiyoga 👏
19. Kali Kedua
20. Butuh Piknik
21. Dilema
22. Lapang Dada
23. Putus Cinta mah Bebas
24. Bertemu Kembali
25. Tajhu
26. Kebahagiaan Baru
27. Sebuah Perhatian Kecil
28. Jual Mahal 1
Meet The Cast : Tasya Amara 👏
29. Jual Mahal 2
30. Risih
31. Rindu
32. Weekend
33. Menjelang Ujian
34. Kembali dan ... Kecewa (The End)
Ucapan Terima Kasih

4. (b) Ekstra Sabar

22.6K 2K 189
De beliawritingmarathon

Dalam hati Dava menggerutu, lulus SD enggak sih, Sya? Gemes deh.

Sabar, Dav. Ingat, dia itu ... ah sudahlah! batin Dava kembali mengusap dadanya pelan.

Lagi-lagi Tasya mengangguk. "Iya ya?" gumam Tasya setelah berpikir lama. "Terus gimana lagi?"

"Sudah tahu diameternya 'kan? Nah, di sini juga ditulis F2-nya 1.600 N. Kita disuruh cari gaya minimum atau F1. Paham?"

"Oh, gaya minimum itu F1? Bilang dong dari tadi!" seru Tasya sambil menunjukkan wajah malasnya.

Dava kembali menepuk dahinya, kali ini lebih keras. Yang salah situ, yang marah situ! Bisa enggak teori: perempuan selalu benar, itu dihapus?! teriak Dava dalam hati. Dia memaksakan senyumnya dan dibalas Tasya dengan kibasan tangan.

Dava menarik napas panjang dan berkata pelan-pelan, "Di gambar 'kan ada, Sya. Pas aku nerangin tadi sambil nunjuk gambarnya loh."

"Cuma nunjuk aja, enggak bilang kalau F1 itu minimum!" bantah Tasya seakan tidak mau kalah.

"Gambarnya 'kan sudah menunjukkan seperti itu, Sya."

"Tapi kamu enggak bilang! Jadinya aku enggak tahu! Pokoknya salah kamu!"

Lagi-lagi Dava menghela napas panjang. Dia memilih mengalah saja daripada nanti tambah rumit masalahnya. Karena bagaimana pun juga, melawan orang keras kepala itu susah! Percayalah!

"Iya, iya, aku yang salah, lain kali aku jelaskan yang detail ya? Tapi sekarang sudah tahu 'kan?"

"Tahu apa?" tanya Tasya.

Dava berdeham pelan. "Tahu kalau yang kecil alias minimum itu F1."

Dengan santainya Tasya menjawab, "Oh, tahu kok tahu."

"Bagus. Sekarang kita pakai rumus tadi, terus tinggal dimasukan aja angkanya. F1 = d1²/d2² x F2. Jadi—"

"Eh, kok itu rumusnya beda?"

Dava mendongak saat kalimatnya dipotong oleh Tasya.

"Beda apa lagi sih, Sya?" tanya Dava heran.

"Tadi 'kan F1/F2 = d1²/d2². Kok sekarang seperti itu?" Tasya mengerutkan dahinya lagi. Menatap Dava dengan pandangan penuh tanyannya.

"Yang dicari 'kan F1, Sya."

"Memangnya bisa F2-nya dipindah gitu?" tanya Tasya dengan polosnya.

"Ya bisa dong. Nih, buktinya," ujar Dava sambil melingkari rumus tadi.

"Yang bisa-in siapa?" tanya Tasya.

"Ya dari sananyalah, Sya!" jawab Dava. Dia mengacak rambutnya kesal.

Dia sudah frustrasi dari tadi tidak selesai-selesai hanya menjelaskan satu materi saja. Dava lebih memilih mengerjakan 200 soal olimpiade daripada menjelaskan materi kepada orang keras kepala yang tidak paham dengan penjelasannya. Ditambah sifat polosnya yang ... ah sudahlah! Tapi masalahnya, ini Tasya! Mana mungkin dia berani mengungkapkan apa yang dia pikirkan tadi. Bisa-bisa Tasya membencinya nanti! Dan Dava tidak menginginkan hal itu terjadi. Sungguh!

Wajah Tasya berubah cemberut. "Iya, ya ampun, Dav, gitu banget. 'Kan aku enggak tahu."

"Iya, Tasya ...," sahut Dava, "lanjut ya. Sekarang masukin angkanya, gini." Dava mencontohkan dengan menulis di buku tulis.

"Jadi, hasilnya itu 100 N. Jangan sampai lupa sama satuannya ya! Gaya itu Newton," peringatan Dava pada Tasya yang hanya mengangguk; seolah paham.

"Sudah paham 'kan, Sya?" tanya Dava memastikan.

"Sudah dong! Kecil itu mah! Sambil merem juga bisa!" ujar Tasya dengan bangganya. Senyum meremehkan terpatri di wajahnya. Dava hanya memutar bola matanya malas dan mengangguk mengiakan saja. Malas berdebat lama-lama.

"Kalau sudah bisa, sekarang coba kerjain soal yang ini." Dava menunjuk soal yang ada di bawah soal yang tadi.

Senyum di wajah Tasya perlahan memudar seiring dia yang mulai membaca soalnya. Dalam hati Tasya berkata, ini soal apa ujian hidup? Susah banget! 

Tasya menatap Dava dengan cengengesan. "Sudah dong, Dav. Sudah sore. Adek lelah, Bang!" kata Tasya sambil merebahkan kepalanya di atas meja dan memejamkan matanya.

Dava mengecek jam dan ternyata sudah menunjukkan pukul 17.04. Berarti sudah dua setengah jam dia belajar bersama Tasya, dan mereka hanya dapat satu materi! Itu saja entah Tasya masih ingat atau tidak. Bisa saja dia kembali seperti anak SMA yang tidak lulus SD! Tidak bisa perkalian! Untung saja Dava tadi sudah sholat Asar, jadi tidak waswas hatinya di jalan nanti.

Dava melirik Tasya yang masih dalam posisi yang sama. Dia mengulurkan tangannya, menyentuh dahi Tasya yang masih saja berkerut padahal mereka sudah selesai belajar, lalu mengelus kerudung Tasya pelan.

"Jangan dipikir terlalu dalam. Takutnya kamu jadi stres," bisik Dava.

Tubuh Tasya menegang akibat sentuhan tangan Dava. Dia kembali menegakkan duduknya dan menatap Dava horor.

"Apaan itu pegang-pegang?! Bukan mahram!" seru Tasya. Tangannya terangkat untuk mengusap-usap kerudungnya.

"Belum," timpal Dava.

"Bukan!" sangkal Tasya.

"Belum, Sya."

Tasya melotot tajam, "Bukan, ih."

Dava menghela napas lelah. Tahu bahwa jika dilanjutkan akan membuat Tasya tambah kesal, Dava memilih mengakhiri saja perdebatannya.

"Sudahlah. Aku mau pulang, Sya," pamit Dava.

Tasya mendengkus kesal. "Ya sudah, pulang sana. Kenapa harus kasih tahu aku? Enggak penting!"

Kini gantian Dava yang mendengkus kesal. Sudah diajari dan ini balasannya? Bagus!

"Ya maksudnya, Bunda kamu mana, aku mau pamitan. Siapa juga yang kasih tahu kamu? Percaya dirimu terlalu tinggi, Nona!" ejek Dava sambil menjulurkan lidahnya.

Tasya mendelikkan matanya. "Dih, ya sudah sana pulang! Sudah tahu Bunda pergi, kenapa juga masih tanya? Basa-basi doang!"

"Oh iya, Bunda pergi. Terus kamu sendirian? Aku temenin dulu ya? Daripada sendiri?" tawar Dava serius.

"Enggak. Sebentar lagi Bunda pulang kok. Sana ih, pulang!" usir Tasya. Dia berjalan ke arah pintu keluar dengan wajah cemberutnya. Dibukanya pintu depan sambil menghentakkan kakinya seolah sedang menunjukkan kekesalannya.

"Ya ampun jahat banget, Sya. Bilang terimakasih atau apa gitu sudah diajari. Ini malah ngusir!" sindir Dava saat dirinya sudah dekat dengan Tasya.

"Iya, iya. Terimakasih, Dava," sahut Tasya. Wajahnya menunjukkan senyum yang terlihat sekali jika dipaksakan. "Sudah, hus!" Tasya mengibaskan tangannya seolah mengusir seekor kucing.

"Ck! Salam untuk Bunda ya! Aku pulang dulu," pamit Dava yang dibalas anggukan malas oleh Tasya.

"Bye!"

Pintu ditutup dengan agak kencang, menimbulkan suara debam yang cukup nyaring. Dava sampai mengelus dadanya kaget. Kalimat istigfar secara spontan keluar dari mulutnya.

"Pelajaran untuk hari ini adalah harus ekstra sabar! Isi penuh stok kesabaran sebelum bertemu dengan Tasya!" gerutu Dava sepanjang jalan menuju motornya.

"Untung sayang!"
         
        
      
 

****
TBC 

Hai! 😁

Gimana pendapat kalian tentang bab ini?

Oh iya, maafkan aku di bab kemarin banyak banget typonya. 😢🙏
Nggak kuedit memang.😢

Dan kalau di sini ada typo lagi, tolong kasih tau aku ya.🙏
Dan, makasih buat masukan kalian.
Maaf aku nggak bisa bales komen kali beberapa hari terakhir kemarin.🙏🙏

Insya Allah sekarang kubalas.😊

Oke deh, jangan lupa vote, komen, dan share teman! Akan ada paket buku selama setahun bagi kalian yang paling aktif vote dan komen! Jangan sampai enggak dapat!😉😉😚

Sampai jumpa di bab selanjutnya....

Continuă lectura

O să-ți placă și

Titik Terendah De Erlita Scorpio

Ficțiune adolescenți

81.2K 10.4K 90
Ketika Genoa memaksa Dira memasuki sebuah orbit. Dira menikmati keadaan dirinya yang terperangkap. Sementara ketika Dira merasa bahwa dirinya berada...
920K 91.8K 43
[SEGERA TERBIT] Jika kamu dan seorang yang baru saja kamu kenal memenangkan undian seratus juta, apa yang akan kamu lakukan? Well... ngga tau sih de...
23.8K 2.8K 43
"Kau bukan merindukannya, kau hanya merindukan kenangan kalian." (-Kenzio) "Ketika hujanmu menghapus badai di langitku." (-Rachel) Rachel Kalyca Darl...
170K 18.1K 35
DILARANG PLAGIARISME. "Apa lagi?" "Jangan pernah deketin cewek di SMK 58, pawangnya ngeri" "Hm? Si Jeno kan"