The Story ↠chara x reader

By NikishimaKumiko

176K 9.2K 1.8K

"A story between you and him."  ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ Hanya berisi kumpulan oneshot, drabble, ataupun songfic u... More

Only Mine
I Hope I Can be Agresif
Jealous
Patient
1 Meter!
Chance
Chance [Asano's Ending]
Chance [Karma's Ending]
Saikou no Present
Glasses
Halusination
Samhian Holiday
Menyatakan Perasaan [KnB]
Regret
Valentine [KnB]
A Game
Restart
Childish Kareshi
Suki desu ka?
Initial Song
Fighting!
Stay Alive
Friend, right?
My Turn'
Hiding
Regret
Haiiro no Palette
Hero
Melody
Soulmate
Black Room
There She is!
Reflection

EXP?

8.8K 607 66
By NikishimaKumiko


EXP?
Karma x Kuudere!Reader

Story © Nikishima_Kumiko

Ansatsu Kyoushitsu © Yuusei Matsui

▪▪▪▪▪▪

Karma melirik [Name] yang sedang mencatat sesuatu. Hal yang tidak ia mengerti. Iris mercury-nya menatap bingung sekaligus penasaran pada gadis pendiam itu.

"[Name]? Apa yang sedang kau catat?" tanyanya.

[Name] menengadahkan kepalanya, menatap datar pemuda yang lebih tinggi darinya itu. "Aku sedang mencatat EXP-ku." Ia berujar dengan datar

"EXP? Yang seperti di game-game itu?"

"Bukan. Kau tidak mengerti hal ini. Ini urusan pembunuh." Masih setia dengan nada datarnya, ia beranjak pergi meninggalkan Karma yang masih kebingungan.

"EXP yah? Mungkin aku harus bertanya pada bitch-sensei," ujar Karma, menyeringai sembari mengacak surainya.

Ia pun pergi ke ruang guru. Mencari sesosok wanita bersurai pirang yang biasa disebut-sebut bitch-sensei oleh mereka, Kelas E.

"Bitch-sensei~" panggilnya, menggeser pintu kemudian mencari ke setiap sudut ruangan, berharap menemukannya.

"Nani o Kusogaki?"

Irina mendelik kesal akan panggilan itu.

"Sensei, EXP itu apa?"

Wanita pirang itu menautkan alisnya heran. Merasa tidak mengerti kenapa Karma menanyakan hal ini. Lagian, darimana dia tau soal ini?

"EXP itu kepanjangan dari Execution Point yang artinya sudah berapa banyak point [Name] membunuh seseorang. Mah... Point itu tergantung dari tingkatan seberapa sulit ia membunuh targetnya." Irina berucap, melipat kedua tangannya di dadanya.

Karma mengangguk mengerti lalu mengulas senyum yang menyebalkan. "Hee~ begitu ya. Arigatou bitch-sensei~" pamitnya sambil melambaikan tangannya.

"Jangan panggil aku seperti itu kusogaki!" bentaknya tidak terima. Tapi sayang, Karma sudah menutup pintunya.

...

"[Name], boleh kutanya sesuatu~?"

[Name] melirik jengah Karma. "Kau sudah bertanya padaku Akabane."

"Hee~ ngomong-ngomong sudah berapa EXP-mu?"

"Mengapa kau tanya hal itu?" [Name] mengernyitkan dahinya tak suka. Ia menatap tajam Karma. Sepertinya Karma salah mengajukan pertanyaan, deh.

"Iie~ Aku hanya penasaran saja, kenapa kau sangat sibuk sekali dengan EXP-mu itu. Apa itu sangat penting bagimu?"

"Tidak usah mengurusku Akabane. Urus saja urusanmu sendiri. Huh, dasar."

[Name] meninggalkan Karma sekali lagi. Karma malah menyeringai lebar melihat sikap [Name]. Ia semakin penasaran kenapa [Name] terus-terusan mencatat EXP itu.

Tiba-tiba, Maehara datang, menyuruhnya untuk menghampiri Irina karena sebuah panggilan.

"Hee~?"

Karma pun pergi menuju ruang guru. Maehara dan yang lainnya terheran-heran. Tidak biasanya guru itu memanggil Karma. Biasanya kan...


Semuanya melirik ke Nagisa.

"E-eh...? Minna? K-kenapa kalian menatapku seperti itu?" tanya Nagisa, ia merasa aneh ketika teman-temannya melirik ke arahnya.

"Iia..." Semuanya menjawab serempak lalu mengalihkan lagi pandangannya.

Sepertinya mereka memikirkan hal yang aneh-aneh lagi deh tentangku, batin Nagisa miris.



Brak!

"Bitch-sensei, kenapa kau memanggilku?" tanya karma yang menggeser pintu dengan keras. Yang dipanggil mendelik ke arah Karma. Merasa kalau murid yang satu ini sangat tidak sopan.

"Oi! Gaki! Kau habis bertanya tentang EXP pada [Name] bukan? Kau lihat―gara-gara kau, [Name] tidak berhenti menyerang Si tako itu." Irina memarahi Karma sambil berkacak pinggang. Karasuma-sensei hanya diam melihat tingkah mereka berdua.

"Hee~? Bukannya bagus? Koro-sensei kan memang harus dibunuh." Karma berujar santai, mengendikkan kedua bahunya.

"Bukan itu masalahnya... Kalau EXP [Name] meningkat maka ia akan bertemu dengan Niisan-nya. Itu perjanjian di organisasinya. Tapi, ia tidak tahu kenyataannya, bahwa Nii-sannya telah... meninggal."

Karma menatapnya heran. Organisasi? Perjanjian? Apa maksudnya?

"Tunggu, sensei! Maksudnya Organisasi? Perjanjian apa?"

"Tidak biasanya kau lamban ya, Gaki. Begini, EXP itu hanya akan dilakukan kalau para pembunuh tengah melalukan perjanjian. Mereka mencatat EXP yang sesuai dengan perjanjian untuk mendapatkan sesuatu. Di perjanjian [Name], Mereka menyandra kakaknya, membuat [Name] harus membunuh dan mencatat EXP yang diinginkan penyandra. Tapi, mereka hanya memanfaatkan [Name] saja untuk membunuh si tako itu agar mendapat hadiahnya."

Karma menatap tajam kedua guru dihadapannya. "Lalu kenapa Sensei tidak memberitahu yang sebenarnya pada [Name]?"

"I-itu..."

"Itu hanya akan membuatnya shock saja. Yah... kita tidak boleh mencampuri urusan mereka. Kau tau sendiri bukan? Kalau [Name] tidak suka seseorang ikut campur dalam urusannya." Dalam kegagapan Irina, Karasuma menyahut―tanpa sadar membantu guru pirang itu.

Karma mengepalkan tangannya marah lalu meninggalkan ruang guru tanpa membalas perkataan Karasuma dan menghiraukan panggilan dari Irina.

Hanya satu yang ia pikirkan saat ini, yaitu [Name].

...


"Nurufufufu~ Kau tidak akan bisa mengenaiku [Last name]-san," ledek Koro-sensei dengan wajah bergaris-garis hijau. Pertanda meremehkan [Name].

"Jangan sombong dulu Koro-sensei," balas [Name] dingin masih dengan mengayunkan pisau plastik anti Koro-sensei tersebut.

"NurufufufuEh...?"

Crash!

"Nuyaa! A-apa ini?! Kenapa bisa ada peluru bb disini?!"

Koro-sensei berteriak panik. Ia bergerak kesana kemari dengan kecepatan 20 mach-nya. 3 tentakelnya telah hancur karena peluru bb yang diinjaknya.

"15 point kah..." [Name] mencatat di note kecilnya.


"[Name]! Ada yang ingin kubicarakan denganmu" Karma memanggil, sedikit berlari ke arahnya. [Name] menoleh lalu menatap datar Karma.

"Apa, huh?"

Tiba-tiba Koro-sensei yang tadinya panik seketika berubah senang, Aura bersinar sangat jelas terlihat darinya. "Nurufufufu~ OTP harapan sensei~ Kalau begitu sensei akan pergi dulu~"

Mengabaikan guru tersebut, "jadi, apa yang ingin kau bicarakan Akabane?" tanya [Name] tanpa menatap Karma dan masih sibuk dengan catatannya.

"Kurasa kau tidak perlu lagi mengurus EXP itu [Name]. Aku tau ka―"

"Kenapa kau mengatakan hal itu padaku? Kau tidak tau apa-apa Akabane."

Sekilas, wajah [Name] berubah menjadi sendu. Ia menunduk dan tangannya sudah berhenti mencatat.

"Justru karena aku tau kenyataannya makanya aku melarangmu."

[Name] menengadahkan kepalanya tersentak kaget, walau masih setia dengan ekspresi datar. Karma mengusap surainya dengan pelan lalu tersenyum.

"Kenyataan? Maksudmu apa Akabane?" Karma menghela nafas lalu menurunkan tangannya. [Name] menatap bingung kelakuan Karma.

"Niisan-mu―"

"Apa yang terjadi dengan Onii-san?!"

[Name] menatap Karma panik. Ia memotong perkataan Karma dan menggenggam tangannya dengan kuat. Wajahnya seperti menahan tangis.

"Hah... kudengar dari bitch-sensei kalau, Ia meninggal."

Deg!

[Name] menunduk, menyembunyikan air matanya yang sebentar lagi akan mengalir. Ia berjalan pelan meninggalkan Karma.

"[Name]! H-hei [Name]!"

Ia tidak memperdulikan panggilan Karma. Yang ia pikirkan saat ini, mereka melanggar perjanjiannya. Ia berjalan menuju ruang guru dan menemui bitch-sensei.

"Irina-senpai..."

"[Name]?!"

Bitch-sensei menghampiri [Name] yang menangis. Ia mengajak masuk [Name] lalu menutup pintunya. Karasuma-sensei dan bitch-sensei berpikir pasti ini ulah Karma.

"Karasuma-san... Irina-senpai... boleh aku meminta bantuan kalian?"

"Tentu saja boleh [Name]."

"Tolong bantu aku keluar dari organisasi itu dan menghukum mereka karena sudah melanggar perjanjian."

Bitch-sensei dan Karasuma-sensei bertukar pandang satu sama lain. Bingung ingin menjelaskan apa. Namun, tak berlangsung lama karena Irina memutuskan untuk membuka mulutnya, menjelaskan semuanya.

"[Name]... sebenarnya, Niisan-mu meninggal karena bunuh diri. Kurasa ia tidak ingin kalau kau menjadi pembunuh sama sepertinya."

"Sou ka... Tapi, mereka tetap melanggar perjanjian. Mereka tidak bisa melindungi Niisan! Mereka memanfaatkanku! Tolong bantulah aku."

Irina mengangguk. Bagaimanapun juga Niisan [Name] pernah menjadi partnernya. Jadi, ia harus menjaga [Name].

▪▪▪▪▪▪

Sudah seminggu lebih [Name] dan guru pirang itu tidak datang ke sekolah. Baik Irina yang mengajar dan [Name] yang belajar. Yah... tentunya pelajaran bahasa inggris digantikan oleh Koro-sensei.

Karma merasa bersalah karena memberitahu hal itu, dan ia merasa kesepian karena sudah tidak ada lagi orang disampingnya yang bisa dijahili. Tapi, ia juga tidak ingin kalau [Name] merasa lebih kecewa nanti.

"Woah~! Itu bitch-sensei dan [Name]!" seru Okajima.

Seluruh murid kelas E langsung berhamburan dan berkumpul melihat dua orang itu.

"[Name]! Kenapa kau tidak datang ke sekolah?" tanya Kurahashi.

"Ah... Itu, aku harus keluar dari organisasiku dulu."

Karma menajamkan pendengarannya, ia memang berada di kerumunan, tapi ia hanya diam tak menegur. Berbanding terbalik dengan kemarin-kemarin. Semua orang saling bertukar pandang, bingung dengan hal yang dibicarakan [Name].

[Name] melirik ke arah Karma dan tersenyum tipis.

Blush~

Beberapa anak laki-laki, terutama Karma hanya bisa merona karena belum pernah melihat [Name] yang tersenyum. Sedangkan yang perempuan hanya bisa mengerjapkan matanya terkejut.

"Oi! oi! Barusan [Name] tersenyum?" tanya Maehara heboh.

"Tidak."

"Bohong! Barusan aku melihatmu tersenyum!" seru Rio tak kalah hebohnya.

[Name] mengerjapkan matanya lalu memiringkan wajahnya. Dengan datar ia bertanya. "Benarkah?"

Pasrah dengan [Name]. Mereka pun mengalihkan topik yang tadinya tentang '[Name] tersenyum' dan mereka pun berbincang-bincang dengan [Name]. Ia juga menyapa beberapa murid lainnya.

Merasa kesal karena [Name] tidak menegurnya, juga merasa sedikit cemburu karena banyak kaum Adam yang mulai bertanya-tanya pada [Name]. Akhirnya, Karma menarik [Name] dari sana dan membawanya pergi.

Murid laki-laki hanya bisa bersiul-siul ria termasuk Rio. Koro-sensei, sekali lagi dengan wajah berwarna pink dan berbunga-bunga menatap mereka berdua. Murid perempuan hanya bisa geleng-geleng kepala termasuk Nagisa dan Isogai. Karasuma-sensei masih setia dengan wajah datarnya.

...

Karma menarik [Name] ke hutan, menjauhi kerumunan tadi. "Akabane? Kenapa kau menarikku?" tanya [Name] heran, masih dengan poker facenya.

"Sudah ikuti saja." Karma mendelik kearahnya. Tak lama kemudian, mereka pun berhenti.

"Oh ya, Akabane. Aku berterima kasih karena sudah memberitahuku soal Niisan. Kalau kau tidak memberitahuku, mungkin aku masih sibuk dengan EXP yang tidak berguna itu." [Name] berujar seraya mengulas senyum tipis.

Karma membulatkan matanya terkejut. Lalu memalingkan wajahnya malu. Ia menutupi wajahnya dengan tangannya.

"Akabane?"

Setelah merasa kalau wajahnya sudah tidak merah lagi, ia menurunkan tangannya dan menyeringai jahil seperti biasanya.

"Hee~ Ternyata kau bisa tersenyum juga ya~"

"Ah, benarkah?"

"Hei, kau tidak sadar ya? Coba kau tersenyum lagi."

[Name] pun berusaha tersenyum. Tapi, Karma malah takut melihatnya. Senyumannya lebih terlihat seperti senyuman horror.

"Sudah hentikan! Karena kau sudah keluar dari organisasimu, apakah kau akan keluar dari kelas ini... juga...?"

"Iie... Aku akan membantu kalian dari balik layar. Aku akan mempersiapkan hal-hal yang kalian butuhkan. Sama seperti sebelum Niisan disandra dan aku akan membantumu, Akabane."

"Hee~ kalau begitu~ Apa kau mau jadi pacarku~?" tanya Karma dengan seringai jahilnya dan juga tanduk imaginer di kepalanya.

"Baiklah," jawab [Name] datar.







"E-eh?! Langsung diterima? A-aku hanya bercanda lho~"

"Kalau itu bisa membantumu, maka akan kulakukan."

"Tunggu, kau tidak mengerti sama sekali hal ini kan?"

[Name] mengangguk polos dengan wajah datarnya. Karma memijit pelipisnya pasrah dengan sikap gadis di hadapannya ini.

"Sebenarnya ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan kelas, [Name]. Tapi, aku akan membuatmu menyukaiku lho~"

[Name] mengernyitkan dahinya tak mengerti dengan perkataan Karma. Karma terkekeh pelan lalu mengacak surai [Name].

"Sebelumnya, kau berusaha meningkatkan EXP-mu kan? Sekarang, gantian aku yang akan meningkatkan rasa sukamu padaku~"

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 18.5K 40
Sebelum membaca, alangkah baiknya kalian untuk follow akun wp gw ya. WARNING 🔞!!! Yg penasaran baca aja Ini Oneshoot atau Twoshoot ya INI HASIL PEMI...
95.5K 9.2K 26
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
199K 9.8K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
504K 5.4K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...