"Oh jadi Tante Ina sekarang jadi anak SMA ya?!"
Dengan langkah besar besar Suzy mendekat ke tempat Gio berdiri. Matanya sudah berkaca kaca.
Sungguh, Gio yang ia eluh eluhkan karena sudah bisa membuat Suzy melupakan hampir seluruh mantannya, kecuali Sehun. Hampir satu tahun juga hubungan tanpa status yang di lakoni Suzy dan Gio itu berlangsung.
Dan sekarang Gio tengah menggandeng seorang gadis SMA yang cantik jelita. Oh oke Suzy cemburu. Tapi dia sadar dia tidak punya hak.
Miris memang.
"Hai tante ina???" Suzy mengulurkan tangannya ke arah gadis bername tag Carial itu.
Carial mengerutkan keningnya. Pertanda dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang di lakukan oleh cewek didepannya itu.
Bukannya mengulurkan tangannya ke arah Suzy. Carial malah mengeratkan tautan tangannya ke Gio.
"Kamu siapa?"
Jangan tanyakan Gio. Pria itu terlalu kaget akan kedatangan Suzy di depannya saat ini.
"Tante lupa?" duh Suzy kelihatan banget bodohnya.
"Zy, mending kita bicara sebentar." tiba tiba Gio bersuara dan hendak menggandeng lengan Suzy, sebelum gadis itu kibaskan dengan hebat.
Panca dan Kaizel hanya bertepuk tangan.
"Apa'an sih?!"
"Yang kamu kenal dia?"
Suzy langsung menoleh ke arah Carial. Sungguh, ingin rasanya ia menggunduli Gio saat ini. Ah, lebih baik di potong petal. Biar malu. Biar gak keganjenan. Biar gak genit. Biar gak bikin baper anak cewek orang. Duh, Suzy sebelnya udah sampai ke krakatau.
"Lo tunggu disini! Jangan pergi! Awas sampe lo pergi, gue jadiin buronan lo!!!" ketus Suzy.
Gadis itu berjalan lurus kearah deretan frezeer yang berisi ratusan es krim dari berbagai merek. Dan mengambil sekitar 20an biji es krim cornetto berbagai rasa.
"Yuk!" ajak Suzy ke Gio yang tengah melongo dengan kelakuan Suzy. Tapi Gionya juga nurut.
"Nih buat lo semua! Makan tuh es krim!!" Suzy melemparkan kresek putih bercapkan logo supermarket itu tepat ke muka Gio.
Tentu saja, secuil dari amarah Suzy terlampiaskan ke lemparannya yang mendarat dengan kuat dan juga manis ke muka Gio. Ya, meskipun dirinya masih godok setengah mampus. Jika saja dia tidak punya malu. Mungkin ia akan mencabuti satu persatu bulu di betis pria itu dan juga rambutnya yang ala ala korea itu.
"Dan selamat bersenang-senang!" lalu berlalu meninggalkan Gio yang tengah menahan malu akibat kejadian barusan, yang membuatnya menjadi pusat perhatian.
Suzy nangis? Pastilah. Dia di php setelah hampir satu tahun menjalin hubungan layaknya pacaran tapi tidak ada acara tembah menembak.
Ya gimana sih perasaan cewek itu? Suka baper sama suka di php-in. Dan satu satunya pelarian selain bunuh diri akibat sakit hati adalah nangis nangis bombai, sampai mata bengkak dan kantung yang berisi air mata itu kering kerontang.
"Udah gak usah nangis nanti gue cariin cowok lain." Kaizel merangkul pundak Suzy dari belakang. "Lo mau siapa? Sehun apa Wonu?"
"Sehun ajaaa!!! Balikan lagi gih sama dia!" sahut Panca yang ikut ikutan merangkul pundak Suzy.
"PANCA!!! APAAN SIH LO?!" teriak Suzy begitu nyaring.
Oke panca kali ini cuma nyengar nyengir.
"KAKAK!!!"
***
Jiyo sudah berkali kali menghembuskan napas saat dirinya dan sang kakak sudah berada di dalam mobil yang masih terparkir rapi di pelataran supermarket.
Sebagai adik yang kadang tidak berbakti kepada sang kakak. Jiyo hanya diam dan menyodorkan beberapa ciki kesukaannya ke Suzy agar cewek itu diem dan nyetir mobil agar cepetan pulang.
"Kak!! Nih ambil ciki aku nih. Biar gak nangis!"
Namun tidak ada respon. Hanya suara huehue dari mulut Suzy yang terdengar begitu jelas di telinga Jiyo.
Jiyo jadi menyesal karena memanggil kakaknya yang nangis dan di tenangin sama Panca dan Kaizel tadi. Seharusnya dia membiarkan Suzy bersama kedua sahabatnya itu, agar tidak terjebak dalam keadaan seperti ini bersama kakaknya.
"Kak diem dong! Cowok gak suka sama cewek cengeng!"
"Ya biarin!!! Lo sih yo! Gak ngerasaiin jadi gue itu gimana?! Masa setiap hari dibikin baper sama mantan, terus jadi korban phpan sama playboy kampungan?! Seharusnya lo jadi cowok tuh ngelindungi kakak kek! Bukannya ngeluh aja!" ceramah Suzy panjang lebar di sela sela tangisnya yang kian meledak ledak, bagai gunung yang meletus.
Jiyo terdiam. Memang benar apa yang di katakan kakaknya. Tapi, dia bukan tipe tipe macam cowok yang sering deketin kakaknya atau mantan pacarnya Suzy. Jadi beda. Jiyo gak bisa bayangin.
"Makanya Ona gak mau sama lo! Lo terlalu kaku!" lanjut Suzy.
Ketika nama Ona tersebut, Jiyo jadi membayangkan rupa gadis pujaan hatinya yang saat ini tengah memadu kasih dengan kakak kelasnya yang bernama Rocky itu. Rasanya sesak.
Jiyo emang kaku ya? Menurut Jiyo sendiri sih, dirinya gak kaku. Cuma kurang pandai dalam mengungkapkan perasaan aja.
Kring kring
Ponsel yang ada di tas selempang Suzy berbunyi.
"Angkat!" Suzy menyuruh Jiyo mengangkatnya. Karena sling bag milik Suzy sendiri berada di jok belakang bersama tumpukan ciki milik Jiyo.
Jiyo menatap layar ponsel milik kakaknya itu. "Gak ada namanya kak."
"Angkat aja."
Jiyo menghela napas.
"Halo? Ini siapa?"
...
"Oh ada. Ada apa?"
...
"Bentar ya bang. Ini Jiyo, adeknya kak Suzy."
Lalu Jiyo memberikan Ponsel bercase hitam itu kepada sang pemilik.
"Siapa?"
"Temen kampus kakak katanya."
Sebelum menjawab, Suzy mengambil beberapa tisu yang ada di dasboard mobilnya untuk membersihkan ingus dan juga air mata yang berwarna hitam, efek lunturnya eyeliner yang diapakai Suzy karena tergesek gesek oleh tangannya.
"Halo?" ini suaranya Suzy sedikit serak. Kan habis nangis.
"Lo habis nangis?!"
"Ini siapa?"
"Oke, gue bakalan ambil penerbangan pulang saat ini juga."
"Lo siapa sih?!"
"Jangan nangis sampai gue balik dan ada di depan lo! Karena gue gak mau ada orang lain yang bakalan pinjemin pundaknya buat lo bersandar ataupun mengusap air mata lo."
"Gak jelas banget sih! Siapa sih lo?!"
"Seh-
Tuutttt tuuuutttt
Dek jiyo debut gaes :') huhuhu terharu~ tapi national leadernya gak debut huhuhuhu sedih akutuh