s. merelakan

433 116 35
                                    

Bagaikan langit runtuh yang jatuh menimpa manusia, menghilangkan lapisan ozon dan segala keindahan yang di buat oleh langit.

Suzy. Saat ini perempuan itu merasakan hal sakit yang entah kenapa rasanya bertubi-tubi. Dibuat berjalanpun kakinya rasanya nyeri, mengambil oksigenpun rasanya juga sama nyerinya.

Seperti orang yang diambang batas. Antara mati atau tidak. Antara arwah di terima sang kuasa atau malah di buang di lubang neraka.

"Ini kamarnya Seola." ucap Sehun sambil membukakan pintu berplitur dengan beberapa gantungan berwarna-warni yang menghiasi.

Suzy menelan ludahnya. Lalu, dengan perlahan, kepalanya mengangguk pelan.

Suzy tidak tahu apa motif Sehun yang sebenarnya. Kenapa cowok itu mengajaknya pergi kerumah Seola. Padahal Suzy yakin kalau Sehun sendiri tahu bagaimana perasaan Suzy terhadap cowok itu.

Apakah Sehun ingin membuat menjauh? Tapi, caranya tidak perlu seperti ini juga. Cukup dengan Sehun tidak dekat-dekat dengan Suzy saja sudah cukup untuk membuat Suzy tidak memunculkan rasa suka di dalam hatinya lagi.

"Yah, anaknya lagi tidur." ucap Sehun.

Suzy masih diam. Dia hanya memandang terus wajah Sehun. Astaga, hatinya benar-benar teriris saat ini.

"Orang tuanya kemana?" tanya Suzy dengan suara lirihnya.

"Orang tuanya ada di solo. Dia tinggal disini sama gue." ucap Sehun.

Saat ini Suzy benar-benar ingin menjatuhkan tubuhnya. Sehun dan Seola sudah hidup bersama? Mungkin sebentar lagi kedua orang itu akan menikah.

"Oh." suara Suzy terhenti di tenggorokan.

"Yaudah. Lo mau apa, Zy? Sirup? Apa kopi?"

"Gue mau pulang." jawab Suzy dengan suara yang lebih lirih dari pada yang tadi.

"He? Lo mau apa, Zy? Es krim belang?" Sehun mendekat, seolah cowok itu ingin mendengar sekali lagi apa yang barusan di ucapkan oleh Suzy.

Suzy tersenyum kaku. Lalu kedua telapak tangannya ia guanakan untuk mendorong Sehun pelan, agar menjauh dari dirinya.

"Air putih aja."

"Oh, bilang dong. Yang agak keras. Yaudah, lo duduk disana dulu." Sehun menunjuk sofa coklat yang ada di depan televisi. Setelah itu, Sehun berjalan menuju dapur untuk mengambilkan minum untuk Suzy.

Suzy menuruti perintah Sehun. Ketika pantatnya sudah menyentuh permukaan sofa, Suzy langsung merebahkan tubuhnya yang mendadak sakit semua itu. Kepalanya pusing, hatinya sakit, entah kenapa badannya ikutan sakit.

Apakah sakit hati bisa menimbulkan rematik? Sepertinya Suzy harus bertanya ke Mark soal rasa sakit di tubuhnya ini.

Mata Suzy terpejam sebentar, ia memejamkan matanya untuk meringankan rasa penat yang teramat sangat. Namun, matanya terbuka dan tubuhnya kembali tegak ketika ponselnya bergetar.

Dikta is calling...

"Halo?"

"SUZY YA ALLAH MAKASIH YA SAYANG UDAH MAU NGERJAIN TUGASNYA. GUA LUPA ZY, MAAFIN AKUUUUU. Janji deh kalau ada tugas kelompok lagi, gue yang ngerjain." diseberang sana Dikta berkata dengan sangat dramatisnya, kalau di suruh ikut theater, cowok itu pas banget buat meranin tokoh cowok setengah cewek yang super sensi kepada setiap orang.

Suzy memutar bola matanya jengah. Astaga~ tadi seluruh keluarganya, sekarang bertambah dengan Dikta.

"Iya gak apa-apa santai aja, ta."

"Huh~ lo emang bidadari, zy."

"Akhirnya lo sadar juga."

"Eh, lo ada dimana?"

Suzy terdiam untuk sesaat. Tiba-tiba jantungnya berdetak begitu tidak menentu dengan apa yang akan ia ucapkan.

"Dirumahnya Sehun."

Sekarang, gantian Dikta yang terdiam dari ujung sana.

"Yaudah, gue mati'in ya?"

"Jangan!"

"Ada apa?"

"Nanti, kalau gue nelfon lo. Please, jemput gue ya, ta? Gue butuh bantuan lo."

***

Suzy beneran badannya makin lemes. Matanya juga sayu-sayu ingin merapat, padahal kalau di hitung-hitung jam tiburnya pagi sampai siang tadi sudahlah cukup.

"Seola sakit apa?" tanya Suzy ke Sehun.

Dimana cowok itu saat ini sedang duduk disebelah Suzy, setelah melihat Seola.

Sehun malah menghela napas setelah di tanya. Membuat kepala Suzy semakin pusing.

"Seola lumpuh setelah kecelakaan enam bulan yang lalu."

"Astagfirullah." Suzy kaget.

"Saat itu gue sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi gak bisa, dokter bilang Seola gak bisa jalan kayak biasanya." kepala Sehun menunduk. Cowok itu juga memijit pelipisnya, pertanda kalau cowok itu juga pusing setengah mati dengan keadaan Seola.

"Makanya Zy, gue pengen banget lo jangan sakit. Karena lo orang yang gue sayang, jadi jangan sakit. Oke?" lanjut Sehun yang saat ini meletakkan kedua tangannya di pundak Suzy.

Air mata Suzy tidak bisa di bendung lagi. Suzy juga tidak mengerti bagaimana pola pikir Sehun yang sebenarnya. Kenapa cowok itu bodoh sekali?!

"Lebih baik lo khawatirin Seola dari pada gue. Karena dia cewek lo, Hun. Cukuplah, kelakuan busuk lo kesetiap cewek. Inget kalau lo punya Seola yang jelas-jelas butuh lo." ucap Suzy yang berdiri dari posisi duduknya.

"Gue balik." lanjutnya.

Sehun langsung menahan tangan Suzy. "Maksud lo apa? Gue sayang sama lo Zy."

"Lo miliknya Seola, Sehun! Haruskah gue bohong ke diri gue sendiri kalau Lo bukan pacarnya Seola?!"

Sehun terdiam dan tahanan tangannya di lengan Suzy semakin mengendur.

Suzy menangis. Ia menangis tersedu-sedu. Sambil menangis ia menelfon Dikta agar segera menjemputnya. Sungguh, ia sudah tidak kuat.

"Dikta, jemput gueeeeeeee." ucap Suzy dengan terus menangis.

"Suzy lo nangis?!"

"Jemputtttttttt." masih dengan tangisan yang tidak mau berhenti.

"Gue udah di depan rumahnya Sehun."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RecallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang