e. mereka itu lucu

651 157 38
                                    

"Udahan nangisnya?" tanya Sehun yang saat ini duduk berhadapan dengan Suzy di kasur.

Ini posisinya saling hadap hadapan tapi Suzy terus nunduk aja dari tadi. Udah gak nangis lagi. Malah malah jantungnya tiba tiba diskoan.

Terus itu tangannya Sehun elus elus punggung tangannya Suzy. Katanya bisa bikin tenang.

Nyatanya? Woy Suzy sempat lupa caranya bernapas.

"Heh. Jawab dong." tangan kanan Sehun ngangkat dagu Suzy. Biar cewek itu mau berhadapan dengannya.

"Udah gue gapapa. Mending lo pulang aja sekarang."

Sempat Suzy menyesali. Tapi, Sungguh saat ini dirinya ingin sendirian. Menangis dan menutup muka jeleknya dengan bantal. Dan tentu saja melampiaskan segala amarahnya kepada bantalnya itu.

Hari ini hati Suzy sudah lelah, rasanya sudah tidak kuat buat mengartikan segala skinship yang di lakukan Sehun saat ini. Mulai dari menghapus air mata, ngusak kepala, belum lagi Sehun yang elus elus tangan Suzy untuk menenangkan dirinya.

"Nggak. Sebelum lo tenang, gue gak bakalan keluar dari kamar elo."

Suzy menghela napas. Kedua tangannya yang berada dalam rengkuhan jemari Sehun yang besar itu ia lepaskan. Dan beralih menangkup muka tirus Sehun. "Gue baik baik aja hun. Percaya sama gue." Suzy tersenyum. Namun, Senyum lelah yang ditunjukan oleh gadis itu.

Sehun mengambil tangan Suzy yang kanan dan menggenggamnya lebih erat. "Jangan sok kuat. Gue tau lo rapuh di dalem." lalu Sehun menarik Suzy dalam pelukannya untuk yang kedua kalinya.

Dan, benar saja. Kantong air mata Suzy yang kering itu kembali terisi dan mulai menghujani pipi Suzy dan kaos yang di pakai Sehun sekali lagi.

Ah~ Suzy benar benar tidak bisa mengkontrol hatinya.

Jika mengingat Hongseok rasa sakit seperti memenjarakan hatinya. Disiksa tanpa ampun dengan pukulan pukulan mancam petinju kelas dunia. Sakit dan juga perih.

Namun, untuk saat berada di pelukan Sehun. Suzy akan melupakan status untuk sesaat, dan merasakan kenyamanan dan kehangan yang menyelimuti tubuhnya saat ini.




***





Jam sudah menunjukan pukul tujuh petang. Ini Suzy sama Sehun belum keluar kamar. Untung Papanya Suzy belum pulang.

Bayangkan Bapak Wooyoung yang bakalan mengamuk. Nghhh ngeri, mengingat bapak direktur itu memiliki bisep yang sangat atletis.

Sedangkan Kaizel, Panca dan juga Jiyo masih asik didepan telivisi dan bermain ps. Kalau Jiyo sih sudah mandi, entah kedua teman kakaknya itu.

"Anak anak makan dulu yuk?" teriak Mama Irine dari dapur.

Tentu saja kedua teman Suzy itu sangat antusias dan menjeda permainan, berpindah ketempat yang lebih layak -meja makan- yang penuh akan masakan keluarga yang kental akan kehigienisan dan dapat dipastikan uenak.

Apalagi buat Kaizel yang notabene anak rantau, yang kebiasaannya cuma makan nasi sama sayur lodeh di warteg. Seneng guling guling dia.

"Wahhhhh." mata Kaizel dan juga Panca mendadak berbinar binar.

"Baunya enak tante."

"Hmmmm, haduhhh ini lebih menggoda dari pada melonnya mbak hyorin."

Ya, yang terakhir ngomong itu adalah Kaizel. Dimana hanya Panca yang ngerti. Jiyo sama Mamanya cuma cengar cengir, soalnya gak ngerti.

"Mama kok masak sih?!"

Nah kalau ini Jiyo yang ngomong.

"Tenang. Tadi Mama masaknya gak pedes pedes kok." Mama tersenyum menatap putra bungsunya yang sepertinya sedikit mengantisipasi dengan masakannya.

Ya diantisipasi, karena Mama Irine itu tipe ibu ibu yang doyan makan cabe mentah. Intinya, Mama Irine suka makan makanan yang pedes.

Kalau Jiyo itu kebalikannya, anak itu lebih suka makanan yang gurih dengan kepedasan level satu atau dua. Karena, sekali makan pedas Jiyo bisa nginep di wc untuk jangka waktu yang lama, sebab perut mulasnya.

Bukannya Jiyo tidak suka dengan masakan Mamanya. Hanya rasa pedas itu yang membuat Jiyo menghindari masakan Mamanya. Padahal, menurut pendapat Jiyo sendiri, masakan mamanya itu jauh lebih enak daripada masakannya bibi yang selalu kurang garam.

"Oooh yes good." jawab Jiyo langsung duduk di kursinya.

"Kakak dimana?" tanya Mama.

"Belum turun ma.","belum turun tante." jawab Panca, Kaizel, dan Jiyo barengan.

"Mama panggil mereka dulu."

Mama Irine melepas celemeknya, dan merapikan anak rambutnya yang sedikit berantakan.

Lalu, langkah ibu dua anak itu berjalan menuju kamar putrinya.

Tok tok tok

"Kak? Sehun diajak makan malam gih." kata Mama Irine dari luar pintu.

Tapi tidak ada jawaban. Akhirnya sang mama memutar kenop pintu kamar.

"Mama masuk."

Astaga. Mama Irine dibuat kaget untuk sesaat.

Ini semua Mama yang ada di dunia pasti kaget melihat pemandangan seperti ini. Namun secepat itu juga, pandangannya berubah meluluh.







Sehun dan Suzy tengah terlelap. Dengan paha Sehun sebagai bantal terkeras yang pernah Suzy rasakan, dan Sehun yang juga tidak kalah pulasnya menyenderkan kepalanya di sandaran kasur.

Bahkan tangan Sehun berada di kepala Suzy. Mama Irine yakin kalau sedari tadi Sehun terus mengelus puncak kepala Suzy itu.







Ah manis sekali, kata Mama Irine dalam hati.

Mama Irine berjalan mendekat kearah dua anak adam dan hawa tersebut. Dan menepuk pelan pipi Suzy.

"Kak, bangun." ucap Mama pelan.

Lalu berkedip kediplah mata Suzy yang masih tertutup ketika mendengar suara merdu mamanya, yang menembus gendang telinganya.

Suzy bangkit, dan meregangkan ototnya.

"Waktunya makan malem. Itu nak Sehun diajak juga." lanjut Mama.

Suzy langsung menepuk paha Sehun sedikit keras sebanyak tiga kali mungkin. "Hun, bangun. Makan." ucapnya sedikit bergumam.

Lalu, Sehun sedikit sedikit membuka matanya. "Oh? Makan? Oke oke." jawabnya yang saat ini seperti sedang mengumpulkan nyawa, setelah raga dan pikirannya dibuat berkelana di dunia mimpi.

Mama Irine terkikik lirih melihat kelakuan Sehun dan Suzy yang menurutnya lucu itu.







"Kalian lucu banget sih?! Mama nikahin mau??"





"Kalian lucu banget sih?! Mama nikahin mau??"

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Ehehehehwhehe, ini gue nulis apa ya allah.

Ini gak sweet sama sekali, karena jujur aja gue gak pandai buat adegan yang manis manis macem gue gituuuu.

Sulittttt karena kadar kemanisan terbesar ada di senyumku :) eaaaaaaa

RecallNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ