i. astaga

541 131 34
                                    

"Wah, udah dapet gebetan baru aja lo."

Reflek. Suzy langsung menolehkan kepalanya kearah jalanan. Yang di seberang sana ada seorang cowok tinggi dengan celana hitam dan kaus putihnya menatap tajam kearah Suzy.

Suzy menelan ludahnya susah payah. Astaga, ia tidak tahu kalau melihat Sehun yang ada di sana bisa membuatnya segugup ini.

Panggilan langsung dimatikan, dan Suzy dapat melihat Sehun yang berjalan ke tempatnya berada saat ini.

Panik. Suzy mendadak panik, seperti seseorang yang baru kepergok selingkuh dari pacar. Padahal ia tidak memiliki komitmen tertentu dengan Sehun. Hubungan Suzy dan Sehun hanya sebatas mantanan.

"Zy? Lo kenapa?" Dikta mengikuti tingkah Suzy yang menunduk-nundukkan kepalanya.

Suzy menatap Dikta dengan bingung. Gue emangnya kenapa ya? Tanyanya dalam hati. Lalu ia bersikap seperti sedia kala lagi ketika sadar dengan tingkah lakunya yang kelewat aneh.

"Ah? Gue?" sebelum menjelaskan, Suzy menyelipkan poni panjangnya ke telinga. "Lagi cari sesuatu." jawabnya sambil tersenyum kaku.

Tidak disangka pula, Dikta langsung merosot dan jongkok di lantai, mencari sesuatu yang dimaksud Suzy tadi.

"Dikta, lo ngapain???" tanya Suzy setengah bingung dengan kelakuan Dikta.

"Lagi cari sesuatu milik lo." jawab Dikta polos layaknya wajah-wajah anak bayi yang belum mengenal apa itu yang namanya dosa.

"Astaga!!"

"Ehem."

Deheman itu mengalihkan fokus Dikta dan juga Suzy. Kedua insan itu langsung menatap seseorang yang tengah berdiri di samping mereka mereka.

"Astaga?! Sehun!" Suzy kaget untuk yang kedua kalinya.

Berbeda dengan Suzy, Dikta malah memajang wajah seriusnya dengan mata sipit milik cowok itu yang lebih menyimpit ketika melihat Sehun.

Sama halnya dengan Dikta, Sehun balik menatap cowok itu tak kalah serius. Kalau dalam anime anime jepang, pasti keadaan saat ini sudah tergambar dengan adanya kilatan kilatan yang keluar dari kedua bola mata Sehun dan juga Dikta.

"Ngapain lo kesini?!" tanya Suzy ketika melihat keadaan yang mendadak aneh plus tidak biasa itu.

Merasa sadar ditanya oleh Suzy, Sehun memalingkan wajahnya untuk menatap Suzy. "Dimana ada lo, disitu ada gue." jawab cowok itu dengan nada suara yang sedikit berbeda. Terkesan lebih tegas dari pada yang biasanya.

Lagi-lagi Suzy menelan ludahnya dengan susah payah, akibat kerongkongannnya yang mendadak tersumbat dengan kata-kata Sehun.

"Pacar baru lo, Zy?" tanya Sehun setelah duduk di kursi yang ada di sebelahnya.

"Bukan."




Itu bukan Suzy yang menjawab, melainkan pita suara Dikta yang berkata.

Entah mengapa, Suzy merasa sedikit lega dengan jawaban Dikta. Aneh? Pasti. Suzy sendiri juga merasa aneh dengan dirinya sendiri.

"Terus dia siapa?" tanya Sehun ke Suzy.

"Temen kelompok."

Itu juga yang menjawab bukan Suzy, melainkan Dikta yang dengan cepat menjawab pertanyaan dari Sehun ketimbang Suzy. Dan tentu saja, hal itu membuat Sehun gondok.

"Zy, pulang yuk." Ajak Sehun yang langsung meraih jari-jemari Suzy tanpa memperdulikan Dikta.

"Dia pulang sama gue." Dikta menyela lagi. Cowok itu terlihat lebih serius sekarang, dengan mimik wajah yang sedari tadi tidak berubah dan menunjukkan ekspresi yang masih sama.

Suzy hanya diam. Seolah mulutnya habis di jahit dan tidak bisa di buka untuk ngomong. Dia hanya mengamati bagaimana sebalnya Sehun terhadap Dikta. Tapi, Suzy juga merasa sedikit penasaran dengan Dikta yang tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat.

Menurut Suzy, Dikta adalah cowok yang memiliki sisi misterius yang jarang di ketahui oleh orang banyak.

"Lo siapa sih?!" tanya Sehun dengan nada sebalnya. Cowok itu sudah tidak bisa menahan amarahnya yang sudah memucuk ketika melihat Suzy sedang asik-asik makan es krim dengan kunyuk di depannya itu.

Cemburu? Tidak. Hanya saja, Sehun tidak suka melihat Suzy bersama cowok ini.

"Lo Sehun-kan?" Dikta malah balik bertanya. Memang, Dikta itu menyebalkan. Ditanya malah dia gantian yang nanya.

Sehun diem. Suzy malah diem, cewek itu hanya sibuk dengan oksigen dan karbon dioksida yang keluar masuk paru-parunya.

"Diem. Berarti bener." lanjut Dikta yang tidak mendapatkan jawaban.

Alis Sehun menyatu, ia mengernyit mendengar penuturan Dikta yang tidak ia mengerti.

"Lo siapa?" tanya Sehun lagi.

Sebelum menjawab, Dikta tersenyum. Cowok itu hanya tersenyum tanpa menunjukan sederetan gigi putihnya ataupun mata sipitnya yang semakin sipit. "Dikta." jawab singkat Dikta. Lalu, cowok itu berdiri dan mengenakan kembali jaketnya yang ia lepas saat nongkrong.

"Dia berangkat bareng gue. Jadi balik juga harus sama gue." lanjut Dikta yang langsung meraih tangan Suzy di genggaman Sehun.

Suzy? Jangan ditanya. Cewek itu hanya pasrah dengan keadaan yang terjadi. Karena menurut Suzy, keadaan saat ini terasa sedikit panas lama-kelamaan. Jadi dia hanya memilih menjadi audience dan menerima semua pendapat setelah mencapai kuorum.

"Suzy lebih aman kalo sama gue."

Dikta kembali tersenyum. Namun, kali ini lebih kearah senyum yang meremehkan. "Tenang, gue gak bakal apa-apain Suzy. Gue hanya bertanggung jawab aja nganterin dia pulang, setelah ngajakin dia pergi."

"Lo suka sama Suzy?!" tanya Sehun dengan nada yang tidak biasa. Bahkan ada rasa marah yang tersirat begitu jelas di intonasi cara bicara Sehun.

"Kalau, gue suka sama dia. Lo mau apa?"

Mas diktaaaaaaa jadiin aku pacarmu wae lah mas, aku gak muluk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mas diktaaaaaaa jadiin aku pacarmu wae lah mas, aku gak muluk.muluk kok.e :')

RecallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang