-AFTER RAIN-

By andinienggar

41.1K 1.7K 50

{(COMPLETED}) Pasti di antara kalian ada yang suka hujan. Yah pasti banyak. Hujan itu indah. Ketika menikmat... More

Sekolah Baru
Teman Baru
jawaban masalalu yang terungkap
Lapangan Basket
Mobil Sport metalik
Jus alpukat
Karena Matematika wajib
Meet again
secangkir kopi hitam
x²-5x+4 = jadian yuk?
Dia kembali (again?)
cooking
one day full with most wanted ( Aldo)
Melatiku kembali
dua pangeran berkuda putih
malam penerbitan (part 1)
malam penerbitan (part 2)
three hopes (Lian)
Hukuman yang mengesankan
Lian tidak membenci hujan (lagi)
pertama dan terakhir (part 1)
pertama dan terakhir (part 2)
pertemuan yang tak di sangka
Gubuk Impian
penculikan paling indah (part 1)
penculikan paling indah (part 2)
Danau Pelangi
Pengakuan sebenarnya
not me
but she
kebenaran perasaan
kepergian (lagi)
penghindaran
penjelasan dan kejelasan
with you
Update Instagram ( Rano)
Surprise for you
bertemu lagi
Menghilang
dua hati satu cinta
terulang kembali
pernyataan dan kepergian
Dear Desky
After Rain .. (end)
Extra part
PENTING!

Kotak merah dan pesan singkat

269 17 0
By andinienggar

Tiga tahun berlalu. Bara kini sudah bisa beraktivitas seperti layaknya manusia pada umumnya tanpa selang oksigen dan alat-alat bantu penopang hidup yang membatasi ruang geraknya. Sekarang ia juga tidak tidur di ruangan yang berbau obat itu.

Bara baru saja mandi dan berganti pakaian. Dari semalam ia sudah berkemas. Bara akan kembali ke Indonesia. Dia akan meneruskan kuliahnya di sana.

"bar, cepet turun, sarapan" teriak Iren-mamanya dari bawah

"iya mah, bara turun"

Dengan langkah santai, Bara menuruni anak tangga menuju meja makan. Mengambil posisi duduk bersebrangan dengan mamanya dan mulai mencomot sandwitch isi kesukaannya.

"kamu udah beres-beres kan?"

"udah"

"dokumen penting udah di masukin?"
"udah mamah sayang" jawab Bara agak sedikit gemas. Perlu di akui mamanya sungguh sangat ribet dalam hal beberes. Pokoknya semua yang penting harus masuk ke koper gak boleh ketinggalan. Kalo sampai ada, maka mamanya akan ngomel sehari semalam tanpa henti.

Bara bangkit dari posisinya

"mau kemana Bar?"

"ke kamar bentar mah"

"inget ya bar, jangan lama-lama, jam 8 kita harus udah sampe bandara lho ya"

"iya mah"

Bara ngeloyor gitu aja, memasuki kamarnya. Mengeluarkan kopernya dari kamarnya. Tapi tiba-tiba pikirannya berkelana ke masalalu ketika matanya melihat pintu di samping kamarnya. Yah, kamar milik Rano sahabat Bara. Seketika itu juga sekelebat ingatan tentang Rano muncul ke permukaan pikirannya. Tentang Rano yang menyuruhnya mengambil kotak merah yang ada di lemari pakaiannya.

Perlahan, Bara membuka gagang pintu kamar Rano. Saat itu juga satu persatu kepingan kenangan tentang Rano muncul seiring langkah kaki Bara memasuki kamar bernuansa abu-abu itu. Di dinding kamar Rano banyak sekali foto dirinya dan juga Rano. Dada Bara mendadak sesak. Di langkahkannya kakinya menuju lemari Rano. Lemari itu di buka, Bara mencari-cari sebuah kotak merah yang di maksud Rano. Dan ketemu. Bara mengambilnya. Dan menutupnya kembali. Bara tidak langsung keluar, ia memilih duduk di tepian ranjang milik Rano. Otaknya mengajak berkelana menuju masalalu.

Flash Back on

bar, gue mau ngomong" tatapan Rano teduh, tenang, tidak mengintimidasi seperti biasanya.

"ngomong aja kali, kaya ama siapa aja"

"gue titip mamah sama papah ya bar, jaga mereka baik-baik, "

Bara diam, mencerna maksud Rano.

"dan nanti kalo lo balik ke indonesia, titip seseorang yang ada di sana ya. jaga dia baik-baik, jangan sakiti dia, gue tau dia bakalan bahagia sama elo"

"ran" panggil Bara pelan.

"Bar, tolong ya nanti kalo lo mau balik ke indonesia, jangan lupa gue titip sesuatu buat dia, gue titip hadiah, ambil aja di lemari kamar gue, kotak warna merah"

Bara diam. Aneh. Kenapa Rano berbicara seperti itu? Bukannya dia bisa balik ke Indonesia sendiri?"

"lha kan lo bisa balik ke Indonesia bareng gue setelah gue operasi? "

"Bar, dengerin gue baik-baik ya,"

Bara bingung, namun ia tetap mengangguk pelan.

"gue gak bisa bar balik ke Indonesia, makanya gue titip dia ke elo. Karena gue tau, yang dia suka itu elo. Yang dia cari-cari selama ini elo. Jangan sia-siain dia lagi ya Bar. "

"emang lo mau kemana?"

"gue gak kemana-mana Bar, gue bakalan di deket elo, selamanya "

"dan siapa cewek yang lo maksud?" Bara tidak bisa menyembunyikan raut kebingungannya

"Desky Bar. Gilianca Kalisa Desky." jawab Rano dengan nada datar tapi menyiratkan sesuatu yang sulit di pahami oleh manusia normal.

"maksudnya Lian?"  Kening Bara berkerut samar.

"iya, jaga dia ya bar, gue awalnya gak tau Bar kalo dia milik elo, maafin gue udah ngerebut milik elo. Sekarang gue tau, kalian saling suka. Saling cinta. Mungkin gue hadir buat pemersatu elo sama Desky. "

Deg!

Bara diam. Mencerna semuanya. Apa maksudnya? Apa maksud semuanya? Rano juga mencintai Lian? Bagaimana bisa mereka bisa bertemu? Bagaimana bisa seperti ini?

"lo kenal?"

"gak penting gue kenal dia atau enggak, yang penting lo jaga dia baik baik, jangan tinggalin dia lagi. Jangan lupa pesen gue yang tadi, kasih kotak merah itu ke dia"

"mah, pah, makasih udah mau jadi orang tua aku, makasih udah buat aku ngerasain gimana hangatnya keluarga" Rano menatap kedua orangtuanya. Sorot matanya tidak ada sedikitpun kesedihan. Yang ada dari tadi hanya sebuah senyuman dan senyuman yang tersungging di bibir merahnya. Merekah dengan manis.

"Ran, kamu gak akan kemana-mana kan nak?"

Rano menggeleng pelan "enggak mah, Rano gak akan kemana mana kok mah, mamah tenang aja, gak usah khawatirin Rano. Rano udah nemuin tempat yang buat Rano bahagia abadi. Jadi mamah jangan khawatir tentang bahagianya Rano."

Iren mengelus elus rambut Rano. Menahan isyakannya keluar.

"pah, nanti tolong ya bantu Rano, nanti papah ambil surat yang ada di laci meja samping sofa kamar ini" Rano menunjuk arah yang di maksud.

Wijaya mengangguk.

"terus apapun yang Rano tulis di situ tolong di wujudtin ya pah, jangan sampe enggak, nanti Rano marah sama papah kalo enggak"

Lagi lagi Wijaya hanya mengangguk dan tersenyum.

Rano menatap satu persatu orang yang ada di situ dengan senyuman. Dari mulai papahnya, mamahnya, hingga pandangannya berhenti di Bara. Sahabatnya juga saudaranya.

"kalo kayak gini, Rano udah tenang sekarang. makasih semuanya, Rano tidur dulu ya, capek soalnya"

Flashback off

Bara mengingat betul bagaimana dengan halusnya Rano berpamitan kepadanya. Bara ingat betul bagaimana Rano dengan setia menunggui di rumah sakit sampai dia tersadar. Bara ingat bagaimana Rano dengan gaya lucu nan kocak itu mengiburnya. Bara ingat bagaimana masa kecil yang dilewati bersama Rano. Bara masih tidak percaya sampai detik ini bahwa gadis yang menjadi tambatan hati Bara juga menjadi tambatan hati Rano. Ia tidak mengerti kenapa dia dan Rano bisa berlabuh pada dermaga yang sama.

Ketika pikiran Bara sedang berkelana ke masalalu, tiba-tiba suara mamanya memecahkan gelembung-gelembung lamunannya.

"Bar, cepetan turun, jadi balik ke Indonesia enggak?"

Bara cepat-cepat mengapus lamunannya yang belum selesai, dan keluar dari kamar Rano. Di masukkannya kotak merah itu di dalam kopernya.

"jadi mah, Bara turun"

***
Lian Baru saja mandi dan berganti seragam. Kemarin ia baru saja selesai melaksanakan UNBK (ujian nasional berbasis komputer). Dan sekarang dirinya bebas mau berangkat sekolah jam berapa. Enggak berangkat pun juga boleh.

Lian menuruni anak tangga rumahnya menuju meja makan.

"heh, jam berapa sekarang?!" baru saja Lian menuruni tangga sudah di buat heboh dengan suara bang yan yang menggelegar ke seluruh penjuru ruangan.

"brisik ah! Jam 9! Gak bisa baca jam?"

"kok lo sante banget sih dek? Ini kan jam 9 elo telat bego!" kata bangyan masih dengan suara hebohnya

"elo tu yang bego! Kaga pernah sekolah! Gue abis selesai UN, ya bebas dong mau berangkat jam berapa? Suka-suka Lian dong"

"emang gitu ya?"

"ya gini nih kelamaan di London, jadi gak dong" 

"ya maaf gue kan gak tau"

Tinn!! Tin!! Tin!! 

Terdengar suara klakson mobil didepan rumah

"udah ah bang, berangkat dulu ya,"

"yang jemput sapa?"

"Nadin, udah ah, byee!!" Lian ngeloyor keluar rumah

Di dalam mobil

"li?"

"Hmm?"

"kita ngapain si ke sekolah?"

"gak papa, kangen aja sama sekolah" jawab Lian asal.

Nadin hanya mangut mangut.

Tak butuh waktu lama, Lian dan Nadin sampai di parkiran sekolahan. Mereka langsung di sambut oleh Anya dan katrin.

"lama bener sih kalian berdua, "

"ya sory, gue tadi nyetor dulu" Nadin nyengir

"elah, nyetornya ngadat ya mbak?"

"dikit lah, ada kesalahan teknis makanan"

"mending ngadat dikit dari pada kelancaren, nanti encer" kata Anya asal

"ngantin yuk ah, laper gue"

"yuk"

"mangkat"

"gue nanti nyusul aja deh ya, masih ada urusan" kata Lian

"sok sibuk lo ah,"

"ya udah deh, ntar nyusul ya, kita duluan

"iyaa iya"

Anya, Katrin, dan Nadin berlalu meninggalkan Lian yang nyender di mobilnya Nadin. Kini Lian sediri. Sebenarnya ia tidak sibuk. Bahkan saat ini Lian benar-benar tidak ada kerjaan. Tapi entah kenapa ia lagi malas ke kantin. Matanya memandang ke sekeliling parkiran. matanya menangkap lapangan basket di dekat taman sekolah. Entah kenapa kakinya tergerak melangkah ke lapangan basket itu. Dan sekarang kakinya itu sukses membuatnya berada di depan pintu lapangan basket in door. Perlahan kakinya di langkahkan lagi masuk ke dalam lapangan basket in door itu. Sepi. Kebetulan hari ini tidak ada jam olahraga yang materinya basket. Jadi lapangannya sepi.

Bersamaan dengan langkah kaki yang berderap menuju kursi penonton, potongan demi potongan kenangan tentang Rano dan dirinya muncul memenuhi pikiran Lian.

Di lapangan ini, Rano mencuri ciuman pertama Lian. lapangan ini menjadi saksi bisu dimana taruhan antara Lian dan Rano dimulai. Di lapangan ini, Lian dan Rano melakukan pertarungan basket yang sengit. Di lapangan ini Rano mengobati Lian. Di lapangan ini awal semuanya di mulai, semua kisah tentang mereka berdua yang berujung pada ikatan cinta yang di namakan pacaran.

Ah, Rano. Nama itu selalu saja memenuhi otak Lian setiap waktu. Padahal dua tahun lebih Rano menghilang, tapi Lian masih terus mengharapkan kedatangan Rano. Dua tahun lebih tanpa kabar, Lian masih bertahan pada pendiriannya.

sekolah ini yang membuatnya selalu memunculkan nama Rano di pikiran Lian.

Sekeras apapun tembok yang di buat Lian, ketika mendengar nama itu tembok yang di buatnya rubuh seketika itu juga. Dan dia harus membangunnya lagi dari awal. Lalu runtuh lagi. Siklus itu terus saja berulang selama dua tahun belakangan ini.

Hari-hari Lian kosong. Hampa. Sepi. Seperti ada sesosok dari dirinya yang hilang.

Sesuatu yang tidak ingin dia rasakan lagi, malah dia rasakan. Rasanya sama seperti saat ia kehilangan Bara.

Perih. Hancur. Tak tersisa.

Tes.

Air mata Lian akhirnya jatuh juga. Pertahanannya runtuh ketika ada di tempat ini. Cairan bening itu mengalir deras. Sesak rasannya mengingat semua.

Lian mengambil nafas panjang, menghapus air matanya. Dan keluar dari lapangan basket itu dengan langkah cepat.

***

Bara menggeliat di kamarnya. Cahaya matahari pagi menusuk nusuk matanya. Memintanya untuk membuka mata. Semalam dia langsung tidur setelah sampai di rumahnya yang di Indonesia karena capek. Ia bangkit dari tempat tidurnya, dan langsung menuju kamar mandi.

Tak berapa lama kemudian, Bara sudah rapi dengan pakaiannya. Di ambilnya handphone yang ada di atas mejanya untuk mengirim pesan kepada seseorang di sana. Lalu handphone tadi di masukkan ke dalam saku celananya, dan bergegas turun ke bawah untuk sarapan.

"mah, habis ini Bara mau ke luar sebentar ya?" tangan Bara masih sibuk berkutat dengan nasi goreng yang ada di depannya.

"emangnya mau ke mana?"

"keluar bentar mah, ada urusan"

"iya boleh"

"ya udah ya mah, berangkat dulu" Bara bangkit dari posisinya, mencium tangan mamanya

"hati-hati Bar"

Bara hanya mengangguk dan setelah itu keluar rumah dengan menenteng sesuatu yang ada di tangannya. Lalu Bara masuk ke dalam mobil, Barang bawaannya di taruh di jok belakang. Dan sepersekian detik mobil sport hitam itu melesat cepat.

***

Lian sedang asyik menyendoki siomay kesukaannya di sambi ngerumpi dengan sahabat sahabatnya.

"eh, lo pada mau kuliah di mana?"

"Kalo gue mau ke ITB, saran bokap"

Anya menusuk baksonya, "kalo gue UGM kalo engga UNY"

"kalo gue UGM, kedokteran kali ya"

"wiss ngerii nih Katrin," Lian berdecak kagum

"kalo lo kemana Li?"

"gue mau nerusin ke STAN, doain ya gue di terima"

"aminnn!!" jawab Anya,  Katrin, Nadin berbarengan.

Setelah berkutat dengan siomaynya. Lian mengambil handphonennya. Dan di situ tertera notif nama seseorang yang berhasil membuat mata Lian membulat sempurna. Mulutnya menganga. Dengan ragu-ragu tangan Lian memencet notif itu. Ia membacanya dengan sangat hati-hati.

Hirano : kamu di mana?

Tiga kata itu berhasil membuat dada Lian sesak. Antara bahagia, dan tidak percaya. Ia membaca pesan itu lagi. Mengecek lagi pengirimnya. Dan hasilnya sama. Pengirim pesan itu menang Rano. Rano kembali.

Ketiga sahabat Lian bingung melihat ekspresi Lian yang berubah drastis itu.

"li, are you okay?" Katrin mengincang guncang bahu Lian

"please siapa aja, tolong cubit gue, ini gak mimpi kan?"

Katrin yang ada di samping Lian mencubit pipi Lian.

"aduhh, sakitt!!" Lian mengelus elus pipinya

"ya berati elo gak mimpi"

"ada apaan sih? "

"iya nih ada apaan? Jangan bikin kepo deh li" Nadin gemas.

Lian tidan mengiraukan pertanyaan sahabat-sahabatnya itu.

Ia menarik nafas panjang, mengeluarkannya perlahan. Jari-jarinya mengetik dengan hati-hati.

GiliancaDesky : ada di sekolahan

Setelah yakin Lian memencet tombol send. Lalu ia memejamkan matanya sebentar. Membuka matanya lagi. Dan balasan dari Rano sudah ada.

Hirano : sekarang kamu ke danau pelangi aku tunggu di sana.

Lian yang membaca itu langsung respon cepat. Tanpa berpikir lagi, ia langsung bangkit dari duduknya.

"gue pergi duluan ya, nanti gue ceritain setelah urusan gue selesai"

Lian langsung pergi dari kantin menyisakkan ketiga sahabatnya itu dengan tanda tanya besar.
***

Haii! Jangan lupa vote and comment ya😍 salam jomblo!

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 94.6K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.9M 102K 56
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
2.3M 72K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPEE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...
1.9K 361 16
(Vote and comen yah) Gimanasih perasaan lo jika sebuah hubungan yang lo bangun selama ini tapi hanya lo yang berjuang mati-matian tapi tidak dengan d...