About Time ✔

Por VanillaLattee_

39.9K 9K 3.8K

Semua tentang waktu. Waktu untuk bertemu. Waktu untuk bersama. Waktu untuk berpisah. Waktu untuk melupakan. D... Más

Pemberitahuan
Prolog
BAB 1 : Telepon yang Mencurigakan
BAB 2 : Quality Time
BAB 3 : Jalan-Jalan
BAB 4 : Vino yang Berubah-Ubah
BAB 5 : Pasien Anna
BAB 6 : Vino yang Menjengkelkan
BAB 7 : Hobi Baru
BAB 8 : Masalah Ponsel
BAB 9 : Sementara
BAB 11 : Penjelasan
BAB 12 : Sekolah
BAB 13 : Ikuti Kata Hati
BAB 14 : Bestfriend
BAB 15 : Tak Dapat Ditebak
BAB 16 : Dia Berbeda
BAB 17 : Time
BAB 18 : Bolos
BAB 19 : Luka
BAB 20 : Hati yang Patah
BAB 21 : Perkelahian
BAB 22 : Terjawab Sudah
BAB 23 : Permintaan Maaf
BAB 24 : Berita
BAB 25 : Fakta yang Mengejutkan
BAB 26 : Merelakan
BAB 27 : Berharap
BAB 28 : Kebahagiaannya Kembali
BAB 29 : Menurunkan Ego
BAB 30 : Pernyataan Cinta
Epilogue

BAB 10 : Sebuah Hadiah

1.3K 380 124
Por VanillaLattee_

Hari ini, Vino akan pulang sesuai rencananya kemarin. Dia pulang sebab seluruh siswa kelas tiga SMA Nusa Bangsa akan masuk lebih awal. Entahlah alibi apa yang sekolahannya gunakan supaya seluruh siswanya segera masuk sekolah.

Sedangkan Anna yang masih tidur di dalam kamar seperti enggan untuk keluar. Dia tidak ingin mengantar Vino pulang. Rasanya seperti malas.

Selama liburan satu minggu, Vino yang selalu menemaninya, walaupun terkadang terdapat pertengkaran kecil. Tetapi pertengkaran kecil itulah yang membuat rumah Anna menjadi ramai dan hidup kembali. Rumah yang Anna tinggali selalu sepi. Hanya ada dia, Bi Ijah, dan Mang Jodi. Orang tuanya jarang sekali berada di rumah.

Anna merasa iri pada mereka yang mendapatkan kebahagiaan lebih karena selalu bersama orang tuanya. Ia juga iri karena mereka bisa mendapatkan kasih sayang orang tuanya kapan saja. Setiap jam, menit, maupun detik.

Tetapi di sisi lain, Anna tetap bersyukur karena masih memiliki Bi Ijah yang selalu sabar merawatnya, Mang Jodi yang selalu mengantarkannya kemana saja dan tak lupa sahabat-sahabatnya yang selalu ada disaat Anna senang maupun sedih. Mereka yang selalu memberi Anna semangat dan selalu memberi nasehat untuk bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Mereka juga yang menghibur Anna jika sedang sedang sedih dan mereka yang selalu melengkapi hidup satu sama lain.

Anna juga bisa merasakan kesepian dan terluka. Tetapi dia tidak pernah menampakkan kesepian ataupun lukanya itu di depan orang yang dia sayang. Karena jika mereka melihat Anna dengan kondisi itu, mereka pasti akan terluka.

Jadi, cukup dia saja yang merasakannya.

****

"Barang-barangnya sudah semua, Den?" tanya Bi Ijah yang membantu Vino membawakan barang menuju mobil.

Vino yang menerima dan memasukkan barang tersebut tersenyum. "Udah, Bi. Makasih, ya."

"Sama-sama, Den. Oh, iya, Non Anna mana?" tanya Bi Ijah karena sedari tadi, dia tidak mendengar Anna.

Vino hanya tersenyum sambil menjawab, "Mungkin masih tidur."

"Mau Bibi bangunin?"

Saat Bi Ijah akan balik masuk ke dalam, Vino mencegahnya dengan menahan tangan beliau. "Nggak usah, Bi. Kasihan, dia baru tidur pukul dua dini hari."

Bi Ijah pun membalikkan badan sambil mengangguk. "Yaudah, Aden hati-hati, yah. Jangan ngebut-ngebut. Jaga keselamatan."

Vino hanya terkekeh lalu menyalami tangan Bi Ijah. "Salam buat Tante Andin sama Om Mario, ya, Bi."

Kemudian Vino masuk ke dalam mobilnya sambil memulai menghidupkan mesin. Ketika membuka dashboard untuk mengambil kacamata hitam, tak sengaja matanya menangkap suatu kotak kecil. Seketika Vino teringat sesuatu.

Dia pun mengambil kotak tersebut dan turun dari mobil. Bi Ijah yang melihat Vino turun pun bingung sendiri.

"Ada apa, Den? Ada yang ketinggalan? Biar Bibi ambilkan."

"Nggak, Bi. Cuma mau titip ini aja," katanya sambil menyerahkan kotak tersebut pada Bi Ijah. "Kasihin ke Anna ya, Bi. Bilang ke dia buat selalu bahagia."

Vino kembali masuk ke dalam mobil. Perlahan, ia mulau menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumah Anna. Tak lupa, sebelum melajukan mobilnya meninggalkan kompleks rumah Anna, dia bersalaman dan mengucapkan terima kasih kepada Mang Jodi.

Barulah, setelah itu Vino benar-benar menjalankan mobilnya.

Saking sibuknya, mereka tidak sadar bahwa sedari tadi Anna sudah bangun dari alam mimpinya. Dia ingat bahwa hari ini Vino pulang. Namun ia enggan menemani. Dia hanya berdiri di pinggir tangga sambil mendengar percakapan mereka.

"Bahagia katanya?"

****

Anna menuruni tangga sambil mengucek matanya beberapa kali. Dia berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum. Ketika sampai di dapur, dia bertemu Bi Ijah yang datang dari luar.

Bi Ijah membawa sebuah kotak kecil di tangan kanannya. Hal itu membuat Anna bertanya-tanya dalam hatinya. Namun belum sampai ia bertanya, Bi Ijah sudah memberikan kotak tersebut kepadanya.

"Ini dari Den Vino buat Non Anna."

Sejenak Anna terdiam. Lalu menerima kotak tersebut sambil berpura-pura mengedarkan pandangan untuk sekedar mencari keberadaan Vino. Walaupun ia tahu bahwa Vino telah pulang, tetapi ia tetap menanyakan hal tersebut.

"Vino kemana, Bi?"

Bi Ijah tergelak sambil berkata, "Non nggak tahu?"

Anna hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Baru aja Den Vino pulang," tutur beliau sambil menunjuk ke depan. "Tadi, teh, Bibi mau bangunin Non. Tapi nggak dibolehin sama Den Vino."

"Ah, yaudah nggak papa." Anna meneguk air putihnya hingga habis lalu menaruh gelas di atas meja. "Makasih, ya, Bi."

"Jangan makasih sama saya atuh, Non. Makasihnya sama Den Vino."

Anna hanya terkekeh. Kemudian dia kembali berjalan menuju ke kamarnya sambil membawa kotak tersebut. Ingin rasanya ia buka sekarang. Namun ketika melihat belakang kotak tersebut, terdapat tulisan 'buka di dalam kamar' yang akhirnya ia putuskan untuk buka di dalam kamar.

Sesampainya di dalam kamar, Anna segera duduk di tepi tempat tidur sambil memandangi kotak tersebut. Anna sedikit curiga akan isinya. Ia takut kalau Vino memberinya bom rakitan yang berukuran kecil. Atau hewan-hewan yang menggelikan yang mungkin tidak Anna sukai.

"Buka nggak, ya?"

Anna terus menimang-nimang akan dibuka kotaknya atau tidak. Karena rasa penasarannya lebih tinggi ketimbang rasa takut, akhirnya Anna membuka kotak tersebut.

Anna membuka kotak dari jarak yang jauh dan amat sangat pelan. Bahkan, dia sampai rela memejamkan matanya hanya karena takut tersebut. Ketika kotak telah terbuka, Anna perlahan membuka matanya.

Dia terdiam seraya mendekatkan kotak tersebut. Matanya menangkap sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati serta sebuah surat. Kemudian dia memakai kalung sambil mulai membuka surat tersebut.

Saat surat dibuka, Anna hanya diam sambil membaca.

bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia. bahagia.

Karena hidup ini hanya bersifat sementara, maka berbahagialah selalu.

From Vino
ps : jangan lupa buat pakai kalungnya dan jangan komentar tentang tulisan gue.

Sejenak Anna tersenyum membacanya. Walaupun hanya berisi kata 'bahagia' saja, namun entah mengapa, Anna merasa hatinya senang. Dia yakin bahwa Vino berusaha menulis seapik mungkin. Terlihat dengan berbagai macam tulisannya yang tidak berbentuk.

"Makasih," gumamnya sambil memegang liontin dari kalung tersebut. Lalu Anna menutup surat tersebut dan memasukkannya ke dalam kotak. Menyimpannya di tempat yang tidak akan dijamah oleh orang lain.

****

Anna duduk di balkon sambil memegang sebuah novel yang baru ia beli beberapa hari yang lalu. Novel yang sudah lama Anna cari, namun baru mendapatkannya kemarin.

Biasanya, sembari membaca novel seperti ini, Anna ditemani oleh putaran musik serta camilan. Namun kali ini tidak. Ia hanya ditemani oleh musik saja. Karena malas untuk mengambil camilan ke dapur.

Ketika tengah membaca konflik dari novel tersebut, ponsel yang memutarkan musik tiba-tiba berhenti dan berganti menjadi suara nada dering telepon. Anna pun terpaksa menutup novel tersebut dan beralih pada ponselnya. Ia menatap ponselnya sejenak sebelum menekan tombol power dan menempelkannya pada daun telinga.

"Halo," sapanya pada sang penelpon.

Sang penelpon pun membalas sapaannya dengan tersenyum. Mendengar suara sang penelpon seketika membuat Anna tersenyum bahagia.

"Bunda kapan balik?"

"Hari ini Bunda sama Ayah pulang ke Indonesia."

Kabar yang seketika juga membuat Anna bangun dari duduknya lalu masuk ke dalam kamar dengan wajah tidak percaya.

"Beneran, Bun?" tanya Anna excited.

Andin hanya terkekeh mendengar putrinya begitu gembira. Sudah lama ia tidak bertemu dengan putri tercintanya. "Bunda mau lihat wajah Anna, dong."

Tak berselang lama, telepon tersebuh berubah menjadi vidcall. Menampakkan wajah Bunda serta Ayahnya yang berada di belakang sedang berkemas-kemas. Melihat wajah mereka, membuat Anna tak kuasa menahan air mata. Begitu rindunya ia pada mereka. Orang yang selalu ia banggakan dan selalu ia sayangi.

"Anna kangen sama Bunda," rengeknya pada mereka. Air matanya terus saja berjatuhan membasahi kedua pipinya.

Andin dan Mario yang melihat tangis putrinya hanya tersenyum. "Udah SMA, kok, masih nangis?"

Anna menghapus air matanya lalu menatap mereka. "Habisnya, kalian nggak pernah di rumah. Kalian selalu nitipin Anna sama Bi Ijah, Mang Jodi. "

Ketika Andin melihat Anna yang menangis karenanya, entah mengapa, hatinya juga ikut menangis. Ia hanya bisa tersenyum kecut sembari menatap putrinya. Sebegitu sibukkah dia hingga lupa dengan anaknya sendiri? Tanyanya dalam hatinya.

"Udah, nggak usah nangis lagi. Hari ini Ayah sama Bunda pulang." Mario merebut ponsel yang Andin pegang. Karena ia merasa bahwa istrinya sedang menahan tangis. "Telepon sama Ayah aja. Bunda lagi beres-beres barang."

Kemudian, vidcall dilanjutkan hingga jam keberangkatan mereka. Dan sebelum vidcall usai, mereka meminta doa pada Anna agar sampai ke Indonesia dengan selamat.

"Kira-kira, Ayah sama Bunda sampai Indonesia jam berapa?"

Mario menatap jam tangannya sambil berpikir sebentar. "Em, mungkin tengah malam."

"Anna jemput, ya?"

"Nggak usah. Biar Mang Jodi aja yang jemput."

Setelah itu, telepon berakhir. Anna kembali ke balkon untuk melanjutkan membaca novel hingga selesai.

****

Tadi malam, orang tua Anna sampai di rumah tepat tengah malam. Sayangnya, ketika mereka sampai, Anna tidak dapat menyambut dikarenakan terlelap lebih dulu. Namun, Anna sempat mendengar pintu kamarnya terbuka dan mendengar derap langkah kaki seseorang yang berjalan mendekatinya. Entah itu Bundanya atau Ayahnya. Yang pasti, dia merasa bahwa keningnya dikecup lama sembari mengusap rambutnya dengan lembut.

Pagi ini, Anna bangun lebih awal dan segera membersihkan diri. Ia tidak sabar untuk memeluk kedua orang tuanya. Ketika selesai beberes, Anna bergegas menuruni tangga dan berjalan menuju ruang makan. Dari tempatnya berdiri, Anna dapat melihat Andin dan Mario sudah duduk di meja makan. Anna pun segera berlari dan memeluk mereka dari belakang.

"Anna rindu sama kalian," ujarnya yang masih memeluk.

Andin serta Mario membalas peluknya dengan mengusap kepala serta tangannya lembut. "Ayah sama Bunda juga rindu Anna."

Anna melepas pelukan tersebut dan duduk di hadapan mereka. Senang sekali rasanya melihat mereka sekarang ada di rumah. Melakukan sarapan bersama di ruang makan seperti ini.

"Gimana liburan kemarin?" tanya mereka kepada Anna yang menerima makanan dari Bundanya.

Anna pun memasukkan nasi ke dalam mulut sambil menjawab, "Libhulannya shelu."

Andin berdecak menatap putrinya. Lalu ia berkata, "Kunyah dulu baru ngomong." Segera Anna lakukan sambil menyengir, menampakkan sederet gigi putihnya. Seusai menelan makanan, barulah Anna kembali bicara.

"Liburannya seru."

Mereka sama-sama mengangguk dan mulai menyantap sarapan masing-masing. Di tengah-tengah, tiba-tiba Mario menanyakan tentang Vino.

"Ayah daritadi nggak lihat Vino. Dia kemana?"

Anna pun yang sedang mengunyak tiba-tiba saja tersedak. Bundanya pun memberikannya minum yang kemudian Anna teguk hingga habis. "Pelan-pelan makannya," ujar Bundanya sambil menerima gelas kosong tersebut.

"Vino kemana?"

Belum sempat Anna menjawab, Bundanya sudah lebih dulu menyahut. "Kamu nggak tahu? Kemarin, kan, dia pamit sama kita lewat vidcall."

Sejenak Mario terdiam sambil berpikir. "Oh, iya. Aku lupa." Mario kembali menyendokkan makanan untuk ia masukkan ke dalam mulutnya. "Pantas, aku tidak lihat daritadi."

Anna pun hanya diam menatap mereka mengobrol dengan asyik. Ikut berbicara pun percuma karena dia tidak paham dengan perbincangan mereka.

Seusai sarapan, Anna membereskan beberapa barang kotor untuk ia cuci. Sambil bernyanyi, ia mencuci piring-piring serta gelas kotor tersebut.

"Sejujurnya ingin ku katakan saja, dari hati ini ku mencintaimu. Ku harapkan kau--"

Ketika tengah asyik bernyanyi, tiba-tiba Bundanya datang dari arah luar dan berdiri di sampingnya. Ia menatap putrinya sambil tersenyum. Anna yang melihatnya pun kebingungan sendiri.

"Bunda kenapa senyum-senyum sendiri?"

Bundanya masih saja senyum menatap Anna.

Anna yang sedang membilas piring pun berhenti. Pandangannya ia alihkan sepenuhnya kepada Andin. "Bunda kenapa?"

"Kamu habis dapat sesuatu dari Vino, ya?" tanya Bundanya sambil menjawil pipi Anna. Yang ditanya pun terkejut bukan main. Bagaimana bisa Bundanya tahu hal seperti itu? Anna berpikir sejenak sambil mencurigai orang-orang rumah. Ketika sampai di Bi Ijah, Anna pun diam. Pasti beliau yang menceritakan hal tersebut pada orang tuanya, terlebih pada Bundanya. "Di kasih apa?" tanya beliau kembali.

Anna kemudian mengalihkan pandangan dari Bundanya dan melanjutkan mencuci piring. "Nggak di kasih apa-apa."

"Yakin?"

"Ya-yakin." Anna menaruh beberapa piring yang telah bersih ke dalam rak piring. "Kata siapa aku dapat sesuatu?"

"Dari Bi Ijah, dong." Andin kembali menjawil pipi putrinya. "Di kasih apa sama Vino?"

"Nggak di kasih apa-apa!"

Anna pun memilih berlalu menuju ke kamarnya, meninggalkan Bundanya yang masih saja bertanya sambil menggoda.

Sesampainya di dalam kamar, Anna meraih ponselnya yang sedari tadi berkedip-kedip. Ia pun membuka suatu aplikasi yang kebetulan penuh dengan notifikasi. Anna membuka salah satu grup yang berisikan teman-temannya.

GirlsSquad

Vivi : Sebelum liburan berakhir, kita harus menghabiskan waktu bersama.

Nana : Alay

Caramel : Boleh juga.

Adele : Dan agenda seperti biasanya.

Levie : Semua harus ikut, tanpa terkecuali. Beberapa menit lagi kita berangkat

Seusai membaca beberapa pesan mereka, Anna segera mematikan ponselnya. Ia menaruh kembali ke tempat semula dan bersiap-siap untuk pergi.

Sekarang Anna sadar akan kata-kata Vino bahwa bahagia itu cukup sederhana. Dengan selalu tersenyum dan melupakan sejenak beban yang ada.

****

Tbc...

Seguir leyendo

También te gustarán

2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...
1.7M 123K 48
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...