-AFTER RAIN-

By andinienggar

41.1K 1.7K 50

{(COMPLETED}) Pasti di antara kalian ada yang suka hujan. Yah pasti banyak. Hujan itu indah. Ketika menikmat... More

Sekolah Baru
Teman Baru
jawaban masalalu yang terungkap
Lapangan Basket
Mobil Sport metalik
Jus alpukat
Karena Matematika wajib
Meet again
secangkir kopi hitam
x²-5x+4 = jadian yuk?
Dia kembali (again?)
cooking
one day full with most wanted ( Aldo)
Melatiku kembali
dua pangeran berkuda putih
malam penerbitan (part 1)
malam penerbitan (part 2)
three hopes (Lian)
Hukuman yang mengesankan
Lian tidak membenci hujan (lagi)
pertama dan terakhir (part 1)
pertama dan terakhir (part 2)
pertemuan yang tak di sangka
Gubuk Impian
penculikan paling indah (part 1)
Danau Pelangi
Pengakuan sebenarnya
not me
but she
kebenaran perasaan
kepergian (lagi)
penghindaran
penjelasan dan kejelasan
with you
Update Instagram ( Rano)
Surprise for you
bertemu lagi
Menghilang
dua hati satu cinta
terulang kembali
pernyataan dan kepergian
Kotak merah dan pesan singkat
Dear Desky
After Rain .. (end)
Extra part
PENTING!

penculikan paling indah (part 2)

603 32 0
By andinienggar

Tidak terasa hari sudah sore. Rano dan Lian sedang duduk di atas pasir pantai. Mereka sama-sama duduk menikmati suasana sore di pantai. Pandangan mereka sama-sama menerawang ke depan.

"Capek gak?"

"Gak" Lian menoleh ke arah Rano sebentar dan tersenyum

"Bentar lagi senja"

"Iya"

"Lo suka senja gak?"

"Suka. Suka banget malahan"

"Oh ya? Sama dong"

"Lo kenapa suka sama senja?" 

"Emm, simpel aja sih, senja itu unik, senja itu indah" ucap Rano singkat "kalo lo? Kenapa suka sama senja?"

"Gue?" Lian menunjuk dirinya sendiri

"Iya"

"Emm, gimana ya, bagi gue, senja adalah hal paling indah di dunia, dimana detik-detik keajaiban itu terjadi secara jelas di depan mata, setiap gue ngeliat senja, gue  bisa lupa sama semua beban hidup gue, dan yang gue inget cuma satu, yang di atas sana yang membuat semua terbit, dan yang di atas sana pula yang menenggelamkannya. Intinya, senja itu bagi gue adalah moment paling indah di antara moment alam lainnya" terang Lian penuh keyakinan

"Filosofi lo keren juga"

Lian terkekeh pelan "bisa aja lo"

Mereka berdua saling pandang, mata mereka beradu, hingga salah satu di antara mereka tertawa pelan. Tepat saat itu juga senja datang. Tenggelam bersama kenangan-kenangan yang satu hari ini telah di ukir oleh dua insan yang tengah duduk di atas pasir pantai.

"Indah ya ran?"

"Banget"

"Gue pengen deh, tiap hari liat pemandangan kaya gini "

"Ya udah rumah lo pindah pantai aja"

"Gak ah, nanti kalo ada tsunami rumah gue duluan yang kena" kata Lian polos

"Itu resiko lo" Rano tertawa pelan

"Ran, udah gelap, kita gak pulang?"

"Siapa yang mau pulang? Kita nginep sini" jawab Rano santai

"Ha?" Lian kaget " gila ya lo!? Masak kita tidur di pasir pantai gini? Wah gak waras lo" Lian mencak mencak gak jelas

"Ck, gue belum selesai ngomong Des" Rano terdiam sebentar "ikut gue ke mobil."

Rano dan Lian berjalan ke arah mobil tak jauh dari tempat mereka duduk. Rano membuka bagasi mobilnya. Dan di situ ada alat perlengkapan kemah beserta bahan makanannya.

"Gilak! Lo nyiapin ini semua?" Lian kaget setengah mati.

"Gue sengaja prepare semuanya, gue tau kalo lo gue suruh bawa beginian pasti gak mau" terang Rano

Lian nyengir " tau aja lo"

"Ya udah bantuin gue ndirin tenda "

"Iya"

Lian mengambil perlengkapan kemah itu. Lian dan Rano bagi tugas. Lian mendirikan tenda, dan Rano membuat api unggun kecil-kecilan. Setelah selesai mendirikan tenda, Lian menghampiri Rano yang tengah sibuk membuat sesuatu.

"Lagi ngapain lo?"

"Bikin mie rebus, mau?"

"Mau, laper nih gue"

"Ya udah gue bikinin"

"Gak usah, sini gue aja ran yang bikin" Lian mengambil alih masakan Rano. Rano bergeser, memberikan tempat untuk Lian masak. Lian kini sedang berkutat dengan mie rebusnya. Sedangkan Rano kini sibuk memandangi sesuatu yang ada di depannya. Bukan mie rebusnya, tapi si pembuat mie rebusnya. Matanya selalu setia mengikuti kemana arah gerak Lian. Wajah Lian yang terpapar cahaya api unggun, membuatnya terlihat begitu manis. Sekali lagi, Rano mengangumi ciptaan tuhan yang satu ini.

"Nih, udah jadi" Lian meletakkan dua mangkuk mie rebus itu. Rano yang melihat itu langsung main ambil dan memakannya dengan lahap.

"Enak banget tapi kok pedes banget ya" kata Rano dengan polosnya

"Lha? Kok udah di makan?"

"Lha kan udah jadi, kalo gak di makan dingin nanti" kata Rano masih terfokus ke mie rebusnya dengan wajahnya yang menahan kepedesan.

"Bukan itu yang gue maksud. Masalahnya yang lo makan itu mie rebus gue, dan itu gue campurin cabe 10" kata Lian dengan polosnya

Rano yang mendengar itu sontak langsung reflek menengok ke arah Lian dengan wajah kaget "hah?!! Wah gila, serius lo!?"

"Iya"

"Gila lo! Pantes pedes banget. Napa lo gak ngomong?" Rano megap megap saking pedesnya

"Lo sih maen ambil aja gak pake nanya dulu"

"Sumpah pedes des, air air !!" Rano kebingungan mencari air

Lian panik, ia mencari minuman di tasnya " nih, di minum cepet" ia menyerahkan minuman itu ke Rano.

Rano langsung menyautnya. Tanpa basa basi ia langsung meneguk minuman itu dengan cepat " huffftt! Gila! Hampir mati gue rasanya" Rano menyeka air matanya yang hampir jatuh karena menahan pedas.

Sedangkan Lian yang melihatnya malah tertawa dengan bahagianya.

"Yah, malah ketawa? Hampir mati gue tadi" Rano sewot

"Sumpah lucu, hahahahahahahaa" Lian masih saja tertawa sambil memegangi perutnya karena sakit tertawa terus.

"Bahagia banget liat gue mau mati, ntar mati beneran nyairin"

"Nyariin elo? Gak bakal"

"Udah ah!"

"Hahahahaa sumpah lo lucu banget ran"

Rano terdiam.

"Maafin gue ran, sumpah gue gak tau kalo lo malah salah makan mie gue"

"Yaudah gue maafin, kita ke sana aja yuk?"

"Sana?" Lian menunjuk ke arah bibir pantai dekat dengan tenda mereka. 

"iya "

***

dan di sinilah Lian dan Rano berada. duduk di tepian pantai, di bawah naungan ribuan bintang sebagai atap, dan pasir pantai putih sebagai karpetnya.

"keren ya ran bintangnya"

"iya"

"makasih ya ran"

"ah elo mah makasih mulu"

"ih gue serius, gue seneng banget hari ini" Lian tersenyum ke arah Rano

"oh ya?"

"iya,"

"sekarang gue cuma mau bilang, setidaknya gue ada sejarah di ingatan lo kalo gue pernah bikin lo bahagia walaupun cuma sedikit." Rano membatin dalam hati

"ternyata alam itu indah ya?"

"banget, emang lo gak pernah main ke alam gitu?"

Lian terdiam sejenak, tetapi kemudian dia membuka mulutnya "pernah, tapi dulu, sekarang enggak"

Rano hanya mangut mangut

"lo tau gak des? dulu pas kecil gue selalu berharap kalo ada bintang jatuh, gak tau kenapa gue percaya aja kalo permohonan gue bakalan terkabul" Rano terkekeh pelan

"oh ya? sama dong kaya gue, gue juga sering kaya gitu. bahkan sampe sekarang aja gue masih suka kaya gitu. biasanya gue sama abang gue duduk di taman belakang rumah lihat bintang-bintang pas malem hari, terus pas bintang itu jatuh  gue bikin permohonan deh, gak tau kenapa rasanya lega aja"

"eh, liat des itu ada bintang jatuh, sekarang kita buat permohonan"

Lian dan Rano memejamkan mata, membuat permohonan masing-masing. entah apa yang di mohonkan mereka. yang jelas itu adalah hal yang baik untuk masa yang akan datang.

"lo tadi mohon apa?"

"adadeh, nanti kalo gue kasih tau gak afdol " Lian tersenyum penuh arti

"dasar!" Rano menoyor kepala Lian

"besok suatu saat nanti gue bakalan ngomong, tapi bukan sekarang"

"iya deh"

kini Lian dan Rano saling bertatapan mata, entah mengapa jarak antara mereka semakin sempit, mungkin hanya menyisakan 2 cm saja, dan yang Lian rasakan selanjutnya adalah kenyal, lembut, dan lembab. yah bibir Rano. Rano menciumnya dengan lembut. entah mengapa Lian merasakan kenyamaan di dalam sana. hingga tak berapa lama kemudian Lian melepaskan ciuman itu secara sepihak. tanpa basa-basi ia langsung lari masuk ke tenda, menyisakan Rano yang masih terpaku di tempat. di dalam tenda Lian meruntuki apa yang telah ia lakukan. ia salah besar. bagaimana dia bisa melakukan itu, sedangkan pada posisi saat ini ia menjadi pacar orang lain? bagaimana bisa ia mau melakukan itu? entahlah semua itu begitu rumit. Lian memikirkannya sampai larut tengah malam dan detik kemudian matanya terlelap sendiri.

***

entah ada angin apa Lian terjaga dari tidurnya. ia mengambil jam tangannya. jam 3 pagi.

"ternyata masih jam 3 pagi" Lian bergumam

ia bergegas keluar tenda. ketika keluar dari tenda, Lian menemukan Rano tidur dengan sleeping bed di dekat api unggun. nampaknya ia kedinginan. Lian yang melihat itu merasa bersalah, karena dirinya, Rano jadi tidak bisa tidur di tenda. ia menghampiri Rano. di amatinya wajah orang di depannya itu. entah kenapa ketika Rano tidur wajahnya kelihatan sangat polos, garis wajahnya yang tegas juga terlihat, dan Lian baru sadar ternyata alis Rano menyatu. sungguh ini adalah pemandangan yang memanjakan mata. ketika Lian sedang asyik memandangi wajah Rano, ia menjadi terpikir sesuatu. lebih baik dirinya membuat sarapan dan secangkir teh hangat untuk Rano. Lian mulai bergerak dengan lincah. ia mengambil bahan makanan ala kadarnya yang bisa di temukan di bagasi mobil Rano. ia memutuskan memilih roti isi dan secangkir teh hangat sebagai sarapan. tepat ketika makanan itu jadi, Rano terjaga dari tidurnya. ia mengucek ucek matanya. dan ia menemukan Lian tengah berada di sampingnya sedang sibuk merebus air.

"eh, e udah bangun?" kata Lian canggung

"udah, bikin apaan?" Rano terlihat seperti tidak terjadi apa-apa

"masak air, buat bikin teh, oh iya, gue tadi bikin roti isi, di makan gih"

"wahh enak ih, laper gue" Rano langsung mencomot roti isi itu dan melahapnya

"enak gak?"

"ewnak btw iwni jwmam bwrapa?" Rano bertanya sambil mulutnya di penuhi roti isi

"makannya di telet dulu"

"maaf" kata Rano "sekarang jam berapa?"

"jam 3, kenapa?"

"sekarang kita buruan mandi aja di rumah warga deket sini, nanti jam 4 gue mau ajak lo liat sesuatu di suatu tempat"

"liat apaan?"

"elah, banyak nanya lo, buruan des"

"iya udah ayok sama lo"

"yuk"

***
Kini Lian dan Rano sedang berada di mobil, keduanya sedang menuju perjalanan ke suatu tempat untuk melihat sesuatu yang di maksud Rano. Lian dari tadi diam. Memandangi ke arah luar lewat jendela mobil. Hal sama yang di lihat waktu dia sedang berangkat. Seperti de javu saja.

"Sebenernya kita mau kemana sih ran?" Tanya Lian penasaran

Bukannya menjawab, justru Rano malah terkekeh pelan.

"Kok malah ketawa sih?"

"Abis lo lucu sih" terang Rano

"Lucu?"

"Iya"

"Lucu apanya?" Alis Lian menyatu

"Lo lucu kalo lagi bingung, kaya anak kecil yang lagi kehilangan mainannnya" Rano terkekeh pelan

"Dan gue suka des" batin Rano

"Ih, paan sih" Lian blushing

"Udah, nanti juga tau" Rano tersenyum penuh arti

***

Maaf ya baru balik, author bingung mau nulis apa 😁, btw maaf kalo jelek 😊 jgn lupa di vote ya, salam jomblo!

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 72.1K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPEE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...
1K 208 61
⚠️ [Cerita tidak lengkap] ⚠️ Cerita ini telah di terbitkan di Penerbit Keraton Publisher. Jika berminat untuk menyentuh buku fisiknya bisa kirim pesa...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.9M 102K 56
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
5.3K 682 15
sayangnya gue baru suka sama lo sekarang