Between Me And You

Galing kay kim_nann

26.3K 2.5K 446

"Jika mencintaimu akan membuat hati orang lain terluka, maka meninggalkanmu adalah hal yang paling membuatku... Higit pa

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Survey... :)
Chapter 23 - End
Epilog
Last Page

Chapter 22

839 89 17
Galing kay kim_nann

Harus serumit inikah kisah cinta yang di lalui oleh namja mungil bernama Kim Jinhwan. Menentukan satu pilihan dimana dia harus memilihnya dengan tepat tanpa kesalahan yang akan menimbulkan luka untuknya maupun untuk orang lain. Menjalani sebuah keadaan dimana hatinya selalu saja terkoyak oleh situasi yang ada. Menerima resiko atas apa yang sudah ia pilih meskipun hal itu jujur saja menjadi sebuah beban tersembunyi di dalam hatinya. Apa yang sudah ia tetapkan sebagai pilihannya sungguh tak mudah untuk ia jaga dan ia pertahankan. Jangan salahkan akan dirinya yang mudah terbuai keadaan. Hanya saja hati kecilnya memang tak mudah untuk ia kendalikan. Hati tetaplah hati, bukan logika yang mudah untuk ia bohongi.

Meski semua terasa rumit, tapi cara untuk membuatnya menjadi rapi kembali tetaplah ada. Jinhwan hanya perlu untuk memikirkan cara tersebut. Bagaimana ia menyelesaikannya dan membuat keadaan menjadi senyaman mungkin. Jangan fikirkan resiko yang akan terjadi setelah itu. Karena itulah yang harus ia terima. Rasakan saja semua kepedihan itu, dengan begitu Jinhwan sudah melalui kerumitan ini. Ia sudah melaluinya, dia sudah menyelesaikannya. Meskipun kata akhir itu sendiri akan menjadi awal sebuah kisah yang baru. Kisah yang sudah ia tetapkan sebagai pilihannya.

Bersama Junhoe, namja tinggi yang selama ini sungguh tak pernah terfikirkan oleh Jinhwan akan menjadi pengobat hatinya. Dia sudah memilihnya. Memilih namja ceroboh yang sejak dulu memang sudah menaruh perasaan pada Jinhwan, sebelum namja manis itu menjadi milik Hanbin sang leader. Junhoe sudah menyukai hyung tertuanya itu. Hanya saja isi hatinya tak kuasa untuk ia utarakan. Sampai pada akhirnya kecintaannya itu menjadi milik orang lain. Dia masih tetap sama, tetap mencintai Jinhwan. Dan kini pada akhirnya, Jinhwan sudah memilihnya. Dia sudah menjadikannya sang pemilik namja manis itu. Sungguh tidak ada yang akan Jinhwan lakukan selain mencintai Junhoe setulus namja itu mencintai dirinya selama ini. Jinhwan sudah menyadari ketulusan itu. Setelah selama ini dengan bodohnya ia mengabaikan hal itu dan terbuai dengan kisah masa lalunya. Dia sudah bertekad akan menguatkan pilihannya itu. Karena tak sepantasnya dia membuat keadaan menjadi rumit kembali.

Seperti kali ini, saat suara hati seorang yang pernah mengisi hatinya sampai kepadanya. Keadaan kembali menguji kekokohan tekadnya. Saat kedua matanya membaca setiap kata yang tertulis menjadi sebuah lirik lagu ciptaan Hanbin, mantan kekasihnya. Desir di hatinya mulai terasa. Jinhwan tak bisa membohongi dirinya sendiri. Ia merasakan feel yang amat dalam dari lirik lagu tersebut. Apakah itu ungkapan terdalam yang tulus dari sang penulis atau hanya rangkaian kata sebagai penghibur saja. Jinhwan tak tau.

"Baiklah cepat mainkan musiknya." Yunhyeong memecah keheningan yang tercipta di antara mereka. Ia meminta Hanbin untuk memutar musik yang sudah sang leader itu buat.

"Hanbin-ahh.. bisakah kita bicara sebentar."

Belum juga alunan musik terdengar di ruangan, Jinhwan berbicara dengan spontan. Ia seketika keluar dari persembunyiannya yang berada di belakang tubuh kekar Junhoe. Menampakkan dirinya pada yang lain. Semua mata langsung menatapnya. Terkecuali Junhoe, dia masih fokus menundukkan pandangannya ke sebuah kertas putih yang ada di genggaman tangannya.

Hanbin mengalihkan tatapannya ke arah Jinhwan. Ekspresi wajahnya tampak ragu. Dahinya sedekit mengernyit membuat kedua matanya menjadi sipit.

"Aku tunggu kau di luar." Seru Jinhwan sebelum akhirnya membalikan tubuhnya dan keluar dari ruangan.

Semua tetap diam, tak ada yang berbicara. Hanbin bangun dari duduknya. Ia lalu berjalan mengikuti Jinhwan.

Apa yang akan Jinhwan katakan padanya ? Hanbin tak tau. Apakah itu sangat serius hingga dia ingin berbicara hanya berdua saja padanya. Bahkan mengajaknya bicara di luar ruangan pula, menghindar dari member yang lain. Hanbin hanya menurut saja, mengikuti hyung tertuanya itu menuju keluar ruangan. Begitu ia sudah tiba di luar ruangan, Jinhwan sudah menantinya berdiri bersandar di dinding sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Salah satu tangannya masih memegang kertas berisikan lirik lagu baru yang Hanbin ciptakan.

Sorot mata Jinhwan menatap serius pada sosok namja yang kini sudah berdiri di depannya persis. Kepalanya sedikit mendongak ke atas untuk bisa menatap lurus pada wajah tampan yang akan menjadi lawan bicaranya itu. Entah apa yang sedang ia rasakan, Jinhwan tak tahu pastinya. Hanya saja ada sesuatu yang terasa ganjal saat itu. Setelah ia selesai membaca lirik lagu itu ia merasa seperti sedang di permainkan. Jinhwan tak tau kenapa perasaan itu tiba-tiba saja muncul. Perasaan emosi rasanya siap untuk menyelimuti dirinya. Rasa tidak terima pada keadaan kali ini sungguh membuat Jinhwan merasa ingin berontak.

"Wae hyung ?"

Ucapan polos Hanbin terdengar membuka pembicaraan. Raut wajahnya tampak bingung.

"Apa maksud kau menulis lagu seperti ini ?"

Jinhwan mengacungkan kertas yang ia pegang ke arah Hanbin. Namja tampan itu lalu tersenyum mendengar pertanyaan pertama yang Jinhwan keluarkan dari bibir tipisnya. Ia tersenyum menampilkan smirk nya yang sungguh terlihat menyimpan sejuta rahasia di mata Jinhwan. Senyuman Hanbin seperti senyum kepuasan. Senyum tanda kebahagian atas apa yang sudah ia lakukan.

"Apa ada yang salah dengan lirik lagu itu ?"

"Apa kau sedang meminta belas kasihan dari orang lain ?"

"Belas kasihan ?" Hanbin kembali menampilkan smirk nya. Sungguh ia merasa konyol dengan apa yang baru saja ia dengar..

"Kau seperti sedang mengadu pada yang lain tentang perasaanmu. Kau seperti meminta belas kasihan dari orang lain. Mengumbar rasa sakitmu agar semua orang menaruh simpati padamu. Apa kau sedang membuat orang lain membenciku ? Memposisikanku sebagai satu-satunya orang yang salah dalam masalah ini. Kau membuatku seperti orang jahat yang sudah menyakitimu Hanbin-ah."

Damn.

Hanbin merasa dirinya baru saja di sambar oleh petir yang menggelegar. Apa semua itu ? Apa maksud dari ucapan Jinhwan itu ? Heyy bagaimana bisa Jinhwan mengatakan hal itu ? Sekonyol itukah pemikiran Jinhwan saat ini. Hanbin tak habis fikir. Ternyata reaksi Jinhwan setelah membaca lirik yang ia buat di luar bayangannya. Sepicik itukah dirinya di mata Jinhwan ? Kenapa keadaan malah menjadi rumit kembali ? Bukankah semua sudah kembali baik-baik saja. Setelah ia merelakan Jinhwan untuk Junhoe. Mengembalikan keadaan menjadi nyaman tanpa ada rasa canggung diantara mereka bertiga. Bukankah Hanbin sudah melakukannya dengan baik ? Masih harus seperti apa lagi dia ? Melepas Jinhwan untuk Junhoe. Merelakan namja kecintaannya itu menjadi milik orang lain. Membiarkan keadaan bersikap tidak adil padanya. Menerima kenyataan bahwa memang dia tak bisa lagi membuat Jinhwan kembali kepadanya. Merubah keadaan menjadi normal kembali. Melupakan semua masalah percintaannya yang rumit ini. Bersikap seperti ia tidak merasa sakit hati di depan Jinhwan dan yang lain. Bersikap seperti ia baik-baik saja atas ketidakadilan ini. Mengikhlaskan semuanya dan belajar untuk move on dari ini semua. Mencoba memupus perasaannya untuk Jinhwan pelan-pelan, meskipun sungguh itu sangat sulit baginya. Sangat sulit melakukan semua itu. Tapi Hanbin tetap melakukannya. Dia tetap menunjukan sosok tegarnya di depan orang lain. Semua sakit hatinya dengan rapat-rapat ia tutupi seorang diri. Ia simpan dalam hatinya sendiri. Dan kini saat ia mencoba mengadu rasa sakitnya itu kepada sebuah lagu, ternyata Jinhwan malah menyalahkannya. Namja mungil itu malah menuduhnya dengan fikiran kotor yang membuat hatinya semakin merasa sakit.

Dengan tatapan tajamnya, Hanbin menatap kedua mata Jinhwan lekat-lekat. Kedua tangannya memegang lengan tangan Jinhwan.

"Hyung.."

Hati Jinhwan berdesir mendengar suara lembut Hanbin yang memanggilnya itu. Tatapan mata Hanbin seperti menusuknya. Membuatnya menjadi rapuh seketika.

"Sepicik itukah aku dimatamu ?"

Semburat kilauan linangan airmata terlihat di kedua mata Hanbin. Jinhwan tak percaya atas apa yang dilihatnya itu. Kedua mata indah Hanbin kali ini mulai terhias dengan air mata.

"Bin-aahh..." Jinhwan mematung tak percaya. Tubuhnya terasa sulit untuk bergerak. Jarak antara tubuhnya dan tubuh Hanbin serta tatapan tajam Hanbin membuatnya terasa mati seketika. Ia seperti sudah terhipnotis dengan keadaan saat itu.

"Aku tak pernah menganggapmu sebagai orang yang bersalah dalam masalah ini hyung. Kau tak salah. Aku tak pernah menyalahkanmu. Ini bukan salahmu ataupun Junhoe. Aku tak merasa sekalipun menjadi korban dalam hal ini. Apa kau belum juga mengerti maksudku ? Aku melepasmu hyung, aku menyuruhmu pergi. Kau tak meninggalkanku. Kau tidak bersikap jahat sedikitpun padaku. Ini adalah keadaan yang memang sudah semestinya terjadi. Kau memang pantas pergi kepadanya. Ini bukan masalah besar lagi untuk kita. Bukankah kau sudah mengakhirinya ? Bukankah kau sudah menentukan jalan hidupmu selanjutnya ? Aku juga sudah menentukan pilihanku hyung. Dan inilah pilihanku.

Aku ingin melihatmu bahagia hyung. Aku ingin kau merasakan kebahagiaan. Entah itu kabahagiaan dari siapa aku tak peduli. Yang pasti aku tak melihatmu terluka. Itu saja yang ku harapkan. Aku tak akan se-egois itu memaksamu kembali padaku. Aku bahkan tak pernah membayangkan hal itu terjadi. Aku tau perasaanmu hyung, lebih dari dirimu sendiri. Lagu itu tak ada hubungannya dengan perasaanku. Sama sekali tak ada. Aku hanya menulisnya sesuai imajinasiku saja. Aku sama sekali tak mempunyai maksud seperti apa yang kau katakan tadi. Bukankah aku adalah penulis lagu yang hebat ? Kau harusnya bangga padaku hyung."

Hanbin mengakhiri ucapannya itu dengan senyuman. Manis sekali, senyum dibibirnya sungguh mampu membuat binar kesedihan yang tadi sempat terlihat di matanya itu menghilang. Ia lalu mengacak rambut halus Jinhwan pelan.

Dia memang sangat pintar. Namja tampan bermarga Kim itu sangatlah pintar mempermainkan Jinhwan. Ketika keadaan yang terasa panas oleh api emosi yang membuncah di dalam diri Jinhwan, seketika dia bisa merubah keadaan menjadi penuh keseriusan yang mencuri simpati kepedihan. Dan kali ini dengan cepatnya dia merubah keadaan itu dengan senyum keceriaan. Jinhwan benar-benar tak percaya dengan sikap namja di depannya itu. Harus bagaimana dia kali ini ? Setelah tadi dengan bodohnya dia memaki Hanbin dengan fikiran konyolnya, lalu terpaku sesaat oleh keseriusan Hanbin. Dan sekarang, haruskah ia ikut tersenyum ceria seperti namja tampan itu ?

"Apa menurutmu lirik yang ku tulis itu jelek ? Apa bahasa yang ku pakai terlalu berlebihan ?" Hanbin mengerucutkan bibirnya. Raut wajahnya seperti anak kecil yang sedang berfikir dengan kepolossannya.

"Jinan hyung.. yaa!"

Hanbin melambaikan salah satu tangannya di depan wajah Jinhwan. Ia berusaha mengakhiri sikap diam hyungnya.

Jinhwan memang hanya diam tak bergerak ataupun bersuara. Pandangannya masih saja menatap raut wajah Hanbin. Apa yang terlintas di fikirannya kali ini hanyalah satu kata saja.

"Hanbin-ahh.."

Sungguh Jinhwan tak tau harus berkata apa lagi. Hanya itu yang bisa ia katakan keluar dari bibirnya.

"Mari kita kembalikan kedekatan kita yang dulu hyung. Tanpa kecanggungan apapun, tanpa perasaan apapun. Bicaralah padaku apapun yang ingin kau katakan. Jangan sedikitpun kau merasa canggung denganku. Jangan kau pedulikan lagi tentang apa yang sudah terjadi pada kita. Itu hanyalah masa lalu yang siap untuk berlalu hyung. Tinggalkan saja masa lalu kita dulu, ciptakanlah kebahagianmu yang baru. Aku ingin kau bahagia. Jaga selalu hatimu, jangan kau biarkan dia terluka lagi. Mulai sekarang, biarkan aku membuatmu tersenyum kembali. Kau adalah hyung terbaikku. Biarkan aku memberi sedikit kebahagian di dalam hidupmu dengan caraku yang lain."

Hanbin mengusap kepala Jinhwan lembut. Ia tersenyum kembali. Wajah tampannya terlihat begitu merasa lega. Seperti inikah jalan yang sudah ia pilih ? Benarkah hatinya juga sudah bisa tersenyum seperti bibirnya itu ? Hanbin juga tak tau. Setidaknya hanya itu yang ingin ia lakukan saat ini. Inilah yang sudah ia pilih. Ia akan melanjutkan semuanya sesuai pilihannya itu.

"Jjaa.. kita masuk. Yunhyeong akan memarahi kita jika kita terlalu lama meninggalkan mereka. Kau tau sendirikan hyung, dia itu cerewet sekali." Seru Hanbin dan bersiap membalikkan badannya untuk kembali ke dalam ruang kerjanya.

Tapi baru saja tubuhnya berbalik, Jinhwan menarik lengan tangannya.

Bruk.

Dada bidangnya seketika menjadi sebuah sandaran bagi kepala mungil Jinhwan. Namja mungil yang sejak tadi tak kuasa untuk berbicara itu sudah mendekapnya. Memeluk tubuhnya dengan erat. Hanbin tak percaya. Dia diam sejenak. Membiarkan tubuhnya di peluk oleh Jinhwan. Membiarkan kepala Jinhwan bersandar di dadanya. Membiarkan tangan Jinhwan melingkar ke punggungnya.

"Gumawo."

Suara lirih Jinhwan terdengar. Hanbin tersenyum mendengarnya. Ia lalu mengambil nafas dalam-dalam, dan membuangnya berat.

Dengan sedikit keraguan kedua tangannya mulai bergerak. Ia membalas pelukan Jinhwan. Meletakan salah satu tangannya di punggung Jinhwan. Dan tangan lainnya mengelus surai halus namja itu.

"Miane.. maaf sudah menuduhmu dengan pikiran konyolku. Mulai sekarang jangan pernah menghindariku atau pergi dariku. Kita mulai semuanya seperti dulu lagi."

"Ne."

Hanbin mengiyakan ucapan Jinhwan. Dia semakin lembut mengusap kepala namja mungil itu. Raut wajahnya sungguh sulit sekali untuk di artikan. Senyum yang terhias di bibirnya tidak mengartikan senyum bahagia jika di kombinasikan dengan sorot matanya kala itu. Andai saat itu Jinhwan melihatnya, saat itu juga mungkin dia akan terpaku kembali.

Apakah memang seperti ini yang Hanbin inginkan ? Benarkah dia tak mendustai orang lain dan dirinya sendiri ? Tapi ia merasa nyaman, nyaman sekali dengan pelukan Jinhwan kali ini. Hanbin merasa lega, sangat lega. Lega karena bisa merasakan kenyamanan saat berpelukan dengan Jinhwan setelah semua yang sudah terjadi diantara keduanya. Merasa nyaman dalam dekapan Jinhwan dengan status keduanya yang sudah bukan menjadi sepasang kekasih lagi. Atau mungkin merasa lega akhirnya dia bisa mendekap namja manis itu ke dalam pelukannya kembali. Ahhh Hanbin pun tak mengerti. Yang pasti dia sangat menikmati moment kali ini. Tangannya semakin erat mendekap tubuh mungil namja di pelukannya itu. Untuk terakhir kali, yaa untuk terakhir kalinya ia ingin mendekap Jinhwan dalam-dalam.

Aku menyayangimu hyung, berbahagialah.

.

.

.


Album baru iKON akhirnya sudah release. Hanbin dan member lain sudah bekerja keras dalam album baru tersebut. Sembilan lagu dan dua MV mebutuhkan kerja keras yang melelahkan. Tapi semua itu membuahkan hasil yang tidak mengecewakan. Album baru mereka bisa diterima dengan baik oleh para iKONICs. Penjualan digital dan physical album mereka sungguh sangat patut untuk mereka banggakan. Hanbin sangat bersyukur dengan usahanya yang tidak sia-sia itu.

Meskipun album mereka sudah release, tapi schedule mereka malah kian bertambah padat. Promosi album di setiap acara musik, dan jadwal tour mereka di Cina yang sudah datang tanggalnya. Semua member kembali sibuk oleh latihan dan latihan setiap harinya. Hanbin selalu saja menambah waktu jam di setiap latihan. Sang leader memang sangat keras dalam memimpin setiap latihan. Jika para membernya belum ada yang tumbang di atas lantai, maka dia belum akan mengakhiri latihan.

Semua member tentu saja selalu menggerutu kesal saat Hanbin selalu saja menambah waktu jam latihan mereka. Yunhyeong, si koki manis akan menjadi orang pertama yang menggerutu kesal dengan keputusan Hanbin. Dia akan pura-pura tumbang kehabisan tenaga jika dia sudah merasa lelah. Dengan begitu latihan akan berakhir. Tapi semakin lama, setiap dia melakukan hal itu di setiap latihan Hanbin mulai menyadari aktingnya. Dia tidak bisa mengelabuhi dongsaengnya itu. Hanbin dengan tegas akan mengacuhkan aktingnya meskipun dia sudah merengek kelelahan. Tapi bukan Yunhyeong namanya jika dia tetap diam dengan keputusan leadernya itu. Dia selalu ada ide cemerlang untuk menghentikan latihan.

Jinhwan, hyung tertua di dalam iKON-lah satu-satunya orang yang akan Yunhyeong gunakan sebagai tumbal. Dia akan membuat hyungnya itu jatuh di lantai bagaimanapun caranya. Sehingga Hanbin dengan mudahnya akan mengakhiri latihan.

Seperti latihan kali ini. Saat waktu menunjukan pukul 4 sore, latihan belum juga usai. Padahal sudah sejak pagi mereka memulai latihan. Esok hari mereka akan terbang ke Cina karena lusa mereka ada jadwal konser di Beijing. Yunhyeong tentu saja ingin latihan segera berakhir.

"Aarrrgghh.." Jinhwan menjerit kencang di tengah-tengah latihan.

Semua member langsung menghentikan dance mereka. Perhatian segera tertuju ke arah Jinhwan yang sudah terduduk di atas lantai.

"Yaa.. Jinan hyung. Gwenchana ?"

Yunhyeong sudah berjongkong di samping Jinhwan. Salah satu tangannya meremas bahu Jinhwan.

"Hanbin-ahh.. kaki Jinan hyung terkilir. Aku melihatnya tadi. Bagimana kakinya terkilir waktu gerakan terakhir. Aku melihatnya." Seru Yunhyeong bercerita.

"Hyung gwenchana ?" Junhoe segera mendekat ke arah kekasihnya itu. Ia segera melihat kedua kaki Jinhwan. Mencari bagian kaki yang terkilir seperti apa yang Yunhyeong ceritakan.

"Enggg... aa.. ani.. kakikuu.."

"Canu-yaa.. cepat ambil es batu dan kain." Seru Yunhyeong pada sang maknae.

"Kau harus segera mengompresnya hyung. Agar kakimu tidak bengkak. Hanbin-ah, kita akhiri latihan hari ini. Kasihan Jinhwan hyung."

"Ya sudah latihan hari ini sampai disini saja."

Itu adalah kalimat terindah yang selalu Yunhyeong harapkan dari Hanbin di setiap latihan. Dia lalu tersenyum puas mendengarnya. Matanya lalu melirik ke arah Jinhwan dan berkedip penuh misteri. Ia berhasil mengelabuhi semua member.

Triknya kali ini adalah mencubit salah satu betis kaki Jinhwan tanpa sepengetahuan member lain. Di saat semua member sedang fokus pada gerakan dance, Yunhyeong yang posisinya berada di belakang Jinhwan segera melakukan aksinya itu. Ia mencubit kaki Jinhwan dan memaksa tubuh mungil hyung nya itu agar terjatuh di lantai. Jinhwan yang sedang fokus pada gerakannya tentu saja kaget. Ia hanya bisa menjerit saat mendapat cubitan Yunhyeong. Dan tubuh lemasnya bergerak menurut jatuh di lantai saat Yunhyeong menarik badannya ke bawah.

Jinhwan hanya menampilkan senyum canggungnya di depan yang lain. Yunhyeong ternyata menjadikannya tumbal lagi.

"Apa kau baik-baik saja hyung ? Bagian mana yang terkilir ?"

Hanbin ikut mengkhawatirkan keadaan Jinhwan. Ia memeriksa kaki Jinhwan seperti apa yang Junhoe lakukan tadi.

"Aahh.. gwenchana. Aku tak apa-apa. Hanya terkilir sedikit. Aku masih bisa berjalan." Seru Jinhwan sambil berusaha berdiri.

Junhoe segera membantu Jinhwan berdiri. Ia merangkulkan lengan tangan Jinhwan di pundaknya.

"Kau terlalu tinggi June-yaa. Jinan hyung akan kesusahan menjangkau pundakmu. Sebaiknya kau menggendongnya saja." Hanbin memberi perintah. Melihat tangan Jinhwan yang bergerak kesusahan saat menjangkau pundak Junhoe, ia merasa kasihan.

"Aku masih bisa berjalan. Tak apa."

"Naiklah kepunggungku." Junhoe sudah berjongkong di depan Jinhwan. Ia siap menggendong tubuh mungil Jinhwan di atas punggungnya.

"Naiklah hyung. Kakimu akan bertambah sakit jika kau memaksakannya untuk berjalan." Hanbin menyuruh Jinhwan untuk segera naik ke punggung Junhoe.

Jinhwan mengernyit kebingungan. Dia lalu memelototkan matanya ke arah Yunhyeong. Sang koki hanya terseyum menggoda ke arahnya. Dia juga mengedipkan matanya berkali-kali ke arah Jinhwan pertanda kebahagiaan.

"Cepatlah.." Hanbin mendorong tubuh Jinhwan. Ia membantu namja kecil itu naik ke punggung Junhoe.

"Lain kali berhati-hatilah hyung. Istirahatlah."

Hanbin menepuk punggung Jinhwan pelan, saat namja itu sudah berada di gendongan Junhoe. Namja tinggi itu mulai melangkahkan kakinya keluar ruangan dengan Jinhwan yang berada di gendongannya.

Latihan berakhir oleh skenario drama rancangan Yunhyeong. Semua member kembali ke dorm, tapi tidak untuk Hanbin. Dia memilih untuk pulang menuju rumahnya. Besok pagi ia dan member lain akan terbang ke Cina. Jadwal tour mereka di Cina sudah tiba. Mungkin lebih dari satu bulan ia dan yang lain akan berada di sana. Kerena mereka mempunyai schedule lain selain konser. Ada sebuah acara reality yang akan mereka bintangi. Sehingga akan menghabiskan waktu untuk syuting.

Sebelum pergi ke Cina, Hanbin ingin mengunjungi eomma dan dongsaengnya terlebih dahulu. Karena memang sudah cukup lama ia tidak pulang ke rumah. Terakhir kali ia pulang ke rumah adalah saat sang eomma memintanya datang bersama Lee Hi. Setelah itu dia belum datang kembali.

Saat ia tiba, sang eomma menyambutnya dengan bahagia. Dia ternyata juga sudah merindukan anak tertuanya itu. Hanbyul, adik permpuannya juga tampak senang dengan kepulangannya.

"Jjaa.. ayo kita makan. Kau pasti lapar seharian berlatih terus."

Hanbin langsung sumigrah saat eommanya sudah selesai memasak. Ia yang sedang bercanda dengan Hanbyul segera berlomba lari menuju meja makan dengan adiknya itu.

"Kyaa.. oppa tiba lebih dulu. Kau kalah Hanbyul-ah.."

Hanbin sudah duduk manis di salah satu kursi meja makan.

"Oppaa terlalu cepat berlari." Hanbyul duduk di samping sang oppa. Wajahnya cemberut.

Sang eomma menyodorkan hasil masakannya di depan Hanbin dan Hanbyul. Ia lalu duduk di seberang Hanbin.

"Berapa lama kalian akan tinggal di Cina ?" Tanya eomma di tengah-tengah acara makan bersama antar keluarga kecil yang jarang terjadi itu.

"Mungkin satu bulan lebih."

"Jaga kesehatanmu dengan baik. Jangan lupa minum vitamin agar tubuhmu tetap fit. Cuaca di disana terkadang lebih ekstrim."

"Ne." Seru Hanbin mematuhi pesan eommanya. Dengan sangat lahapnya ia memakan hidangan sang eomma yang sudah lama tak ia rasakan. Nutrisi tubuhnya terasa sudah habis setelah seharian berlatih dance.

"Uumm.. bagaimana hubunganmu dengan Lee Hi. Apa kalian sudah berkencan ?"

Saat itu juga nafsu makan Hanbin menghilang. Tenggerokannya menjadi terasa kaku untuk menelan makanan yang ada di mulutnya. Apa harus saat ini pertanyaan itu Hanbin dengar ? Kenapa tidak nanti saja saat dia sudah selesai menyantap makanannya.









☆☆☆








Author datang lagiii...
eheemm kok makin dikit yaa yang vote and coment2..
:( :(
Apa ceritanya makin jelekkkkk ????
*mungkin*

Ya sudah tak apa.. trima kasih buat kalian semua udah dengan sudinya mau baca cerita jelek ini 😘😘😘
Thank you everybody ..

Next chapter adalah chapter terakhir.. so tetap pantengin yaaa 😊
see you👋👋

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

361K 37.9K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
258K 20.4K 99
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
13.2M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...