Chapter 17

831 94 21
                                    

"Miane."

Setelah cukup lama Jinhwan diam merebahkan punggungnya di sandaran sofa, suara lirih seorang namja tampan yang tidur di atas pangkuannya itu terdengar memecah keheningan. Jinhwan membuka kembali kedua matanya yang baru saja terpejam. Melirik ke wajah tampan yang berada di atas pahanya. Namja tampan bernama Kim Hanbin itu masih saja memejamkan matanya rapat-rapat.

"Maaf jika aku telah menyakitimu."

Dengan tatapan penuh heran, Jinhwan memperhatikan bibir ranum merah itu bergerak mengucapkan apa yang baru saja ia dengar. Apa dia tidak salah dengar ? Mantan kekasihnya itu baru saja mengucap kata maaf pada dirinya. Terlebih kata maaf itu sendiri mengacu untuk permintaan maaf karena ia telah menyakiti Jinhwan.

Selama ini berarti Hanbin menyadarinya. Ternyata ia cukup sadar jika ia sudah menyakiti Jinhwan. Kejam rasanya jika ia sama sekali tak menyadari apa yang sudah ia perbuat. Mendekati yeoja lain di saat keduanya masih terjalin hubungan. Tapi jika ia menyadari akan kesalahannya itu, mengapa ia tetap saja membuat namjachingunya itu kecewa. Mengapa ia biarkan kekasih mungilnya itu mengakhiri kisah mereka ? Mengapa ia tak mengejar kecintaannya itu kembali ?Apa dia hanya sebatas menyadarinya saja tanpa tau bagaimana sakitnya perasaan Jinhwan. Bagaimana Jinhwan merasa di permainkan olehnya. Merasa di kecewakan dengan sikapnya dulu yang selalu saja tampak mesra dengan Lee Hi sang yeoja yang menjadi orang ketiga diantara mereka berdua.

"Kau mungkin sangat marah padaku hyung. Kau mungkin juga sangat membenciku."

Jinhwan terus menatap wajah Hanbin yang belum juga membuka matanya itu. Dia tetap saja berbicara dengan mata terpejam. Membuat Jinhwan merasa diremehkan. Seperti inikah cara dia menjelaskan apa yang akan ia jelaskan mengenai hubungan mereka dulu ? Dengan cara tidur di pangkuannya lalu menutup kedua matanya rapat-rapat. Tanpa melakukan eye contact pada lawan bicaranya saat ini.

Perasaan Jinhwan mulai kesal. Rasanya dia seperti sedang mengobrol dengan orang buta saja. Dia hanya ingin melihat sorot mata Hanbin. Melihat manik mata indah namja itu, agar ia tahu seberapa tulusnya kata-kata yang dia ucapkan.

"Bisakah kau membuka matamu dan menatap lawan bicaramu ?"

Jinhwan menggertak mantan kekasihnya itu. Ia kini sudah duduk tegap, tangannya hendak mendorong bahu Hanbin agar bangun dari pangkuannya.

"Tetaplah seperti ini sebentar hyung. Kau hanya perlu diam mendengarkan apa yang ku katakan. Aku hanya tak ingin merasakan luka yang makin dalam jika aku terus menatap wajahmu. Jadi biarkan aku seperti ini sebentar."

Jinhwan mulai terpaku mendengar ucapan Hanbin. Tangannyapun urung mendorong bahu Hanbin. Dia begitu saja menuruti apa yang Hanbin minta. Membiarkan mantan kekasihnya itu tetap berada di pangkuannya lebih lama lagi. Ia hanya menatap wajah tampan namja itu penuh arti. Apa yang baru saja Hanbin katakan ternyata mengusik fikiran Jinhwan. Apa maksud Hanbin yang mengatakan jika ia akan merasakan luka yang semakin dalam jika terus menatap wajahnya. Tidakkah itu terlalu membuat tanda tanya bagi Jinhwan ? Memangnya luka apa yang sudah ia berikan kepadanya ? Pernahkah sekalipun dia menyakiti namja itu ? Pernahkah sekali saja dia membuat namja itu terluka ? Tidakkah seharusnya Jinhwan lah yang patut mengatakan hal itu. Bukankah seharusnya dialah yang merasakan luka yang semakin dalam jika terus menatap wajah Hanbin ?

"Maaf jika aku membiarkan kau pergi begitu saja. Tanpa mengejarmu lagi. Bukan aku sudah tak mencintaimu lagi. Tapi sepertinya memang hal terbaik itulah yang bisa ku lakukan. Membiarkanmu mengakhiri hubungan kita, membiarkanmu pergi meninggalkanku. Mungkin aku memang pantas untuk kau tinggalkan. Maaf jika aku mendakati Lee Hi di saat aku masih menjadi milikmu. Aku melakukan itu karena terpaksa. Kau mungk.."

"Ciiihh.. omong kosong."

Senyum sinis Jinhwan terhias di wajah mungilnya. Apa yang baru saja ia dengar terlalu menggelitik hatinya hingga membuat dirinya mulai muak.

Between Me And YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang