Chapter 8

987 106 12
                                    

Sepanjang perjalanan dari YG building sampai ke dorm apartemen Jinhwan menahan rasa perih di tangannya. Dia berusaha menutupi lukanya itu dari member lain. Gara-gara ulahnya sendiri tangannya itu terluka. Kekuatannya sewaktu memukul besi pembatas di atap gedung tadi benar-benar kuat. Dia seperti lepas meluapkan emosinya. Mengibaratkan besi yang ia pukul tadi sebagai Hanbin, orang yang membuat hatinya terasa rapuh.

"Duduklah disini."

Setelah tiba di dorm apartemen, Junhoe meminta Jinhwan untuk duduk di sofa ruang tengah. Jinhwan yang merasa bingung dengan sikap Junhoe mengernyitkan dahinya.

"Aku tau kau kesakitan sejak tadi hyung. Duduklah aku akan mengobati tanganmu." Junhoe memegang kedua lengan tangan Jinhwan. Membimbing tubuh mungil itu untuk duduk di atas sofa.

"Aku tak apa-apa June. Ini tidak terasa sakit." Jinhwan berusaha mengelak.

"Memangnya aku tak melihat kau sejak tadi di dalam mobil meringis menahan sakit ? Aku bisa merasakan luka yang kau rasakan hyung." Seru Junhoe sembari berjalan menuju ke arah dapur.

Mendengar perkataan Junhoe itu degub jantung Jinhwan tiba-tiba saja berdetak tak karuan. Ucapan Junhoe mulai merasuk ke dalam fikirannya. Kenapa sejak tadi dia merasa ada yang berbeda dari setiap perkataan Junhoe ? Jinhwan merasa hari ini Junhoe tak seperti biasanya.

Jinhwan hanya tertegun, diam menundukan kepalanya. Rasa perih di kedua tangannya semakin membuat dirinya terasa begitu menderita. Ia lalu melihat punggung tangannya itu. Lukanya memang tak begitu parah, tapi cukup membuat kulit mulusnya itu terbuka dan mengeluarkan darah. Melihat luka ditangannya itu, hatinya tiba-tiba terasa sesak lagi. Dia seperti sedang melihat luka di dalam hatinya sekarang. Apakah seperti ini hatinya saat ini ? Hancur penuh darah.

Sebuah tangan yang lebih besar dari miliknya tiba-tiba meraih jemarinya pelan saat Jinhwan mengamati kedua tangannya itu. Junhoe sudah kembali membawa kotak berisi obat-obatan. Dia memegang tangan kanan Jinhwan. Dengan sangat berhati-hati dia membersihkan luka itu dengan kapas yang sudah menyerap air raksa. Saat kapas itu menempel di tangan Jinhwan, Jinhwan berusaha menarik tangannya.

"Tahanlah sebentar hyung, ini memang perih." Ucap Junhoe sambil menarik kembali tangan Jinhwan.

"Sakit sekali June, aku tak kuat menahan perihnya." Jinhwan menggigit bibir bawahnya, berusaha untuk menahan rasa perih di tangannya itu.

"Tenang saja, setelah ini rasa sakitmu akan hilang. Sabarlah sebentar, aku akan membawamu pergi dari luka ini."

Deg.

Jantung Jinhwan kembali berdegub kencang mendengar ucapan Junhoe. Perkataan Junhoe barusan sepertinya menuju ke hal lain. Dia lalu mengingat ucapan Junhoe sewaktu di rooftop tadi. Dongsaengnya itu berjanji akan membawanya keluar dari luka yang ia rasakan saat ini. Dan baru saja, Junhoe mengucapkan hal itu lagi. Luka mana yang sebenarnya Junhoe maksud barusan ? Luka yang ada ditangannya ataukah luka yang ada di hati Jinhwan ? Jinhwan menatap setiap lekuk wajah Junhoe yang berada di bawahnya itu. Dongsaengnya itu terlihat sangat serius sekali mengobati tangannya. Kedua mata Junhoe tak sedetikpun berpindah menatap ke hal lain selain tangan mungil Jinhwan.

Gumawo June-yaa. Hari ini kau sudah membuatku lebih tegar. Entahlah, aku tiba-tiba merasa nyaman saat kau berada bersamaku disaat aku sedang hancur seperti ini. Semoga apa yang kau ucapkan tadi memang benar June. Kau akan membantuku lepas dari ini semua, rasa sakit ini. Mulai sekarang, aku bergantung padamu June.

Between Me And YouWhere stories live. Discover now