Chapter 20

905 84 17
                                    

Wajah mungil seorang Kim Jinhwan menjadi hal pertama yang Junhoe lihat begitu ia membuka kedua matanya. Namja manis yang sudah merawatnya sejak tadi itu kini masih terus menatap ke arahnya. Menanti Junhoe, sang kekasih bangun dari alam bawah sadarnya.

Jinhwan tersenyum lega begitu mata Junhoe mulai mengerjap pelan. Akhirnya kekasihnya itu telah sadar. Ia buru-buru melepas sebuah kain kompres yang berada di dahi lebar Junhoe.

"June-ya.. akhirnya kau sudah sadar." Seru Jinhwan pelan. Tangannya lalu membenarkan posisi kepala Junhoe yang sejak tadi tak lepas dari pangkuannya.

Sejak pingsannya Junhoe tadi, Jinhwan memang memangku kepala Junhoe di atas pahanya. Ia hanya ingin mendekap kekasihnya yang sedang sakit itu kedalam peluknya. Ia juga menumpahkan segala perhatiannya itu pada Junhoe. Dengan penuh kasihnya ia mengompres dahi Junhoe dengan kain hangat. Rajin mengganti kain itu jika sudah tidak hangat lagi. Mengecek suhu tubuh Junhoe tiap 10 menit sekali. Merapatkan selimut tebal Junhoe agar menutupi tubuh kekasihnya itu dengan benar. Jinhwan melakukan semua perhatiannya itu dengan tulus. Dia tau, Junhoe menjadi seperti ini karena dirinya. Ia melakukan semua itu bukan semata-mata untuk menebus kesalahannya. Tapi memang sudah sepantasnya Jinhwan melakukannya. Merawat Junhoe yang sedang sakit itu. Karena dialah kekasih Junhoe dan Junhoe adalah kekasihnya.

Satu persatu hal mulai merasuki fikiran Jinhwan. Hal-hal yang sepertinya sudah sangat 'salah' untuk ia lakukan. Hal-hal yang seharusnya ia lakukan tapi tidak ia lakukan. Fikiran Jinhwan kini mulai menata rapi segala kerumitan yang sudah tercerai-berai akhir-akhir ini. Hatinya berusaha untuk ia mantapkan setelah terkadang dengan mudahnya berada pada sebuah kebimbangan. Ia juga mencoba menyalahkan dirinya yang sudah berbuat salah. Menjadikan kesalahannya itu menjadi hal yang tak boleh ia lakukan lagi. Kini ia sadar betul, tak seharusnya ia seperti ini. Melukai dirinya sendiri. Dan melukai orang lain.

Tidak mudah memang untuk mengambil sebuah keputusan. Tapi sebisa mungkin dia harus memutuskannya. Mana yang akan ia pertahankan dan mana yang akan ia lepaskan. Jinhwan harus menentukannya. Jangan pedulikan siapa yang akan terluka dan bahagia disini. Karena sebuah cerita tidak akan lepas dari dua hal tersebut. Pilihan yang ada di depannya mempunyai resiko sendiri-sendiri. Bagiamanpun juga Jinhwan harus memilih mana yang akan ia biarkan untuk terluka dan mana yang akan ia ijinkan untuk bahagia. Tentu saja dia harus memilih salah satunya itu atas dasar berbagai hal. Dia tak bisa hanya memilihnya saja tanpa mempertimbangkan hal lain yang menyangkut keduanya.

Baru satu malam saja dia sudah membuat orang lain terluka dengan kebimbangannya ini. Bagaimana ia akan membiarkan orang lain merasakan luka seperti Junhoe jika ia masih belum bisa meluruskan pilihannya. Ia sadar semua bergantung pada keputusannya. Keadaan yang sepertinya sudah menjebaknya ini tentu tak bisa ia salahkan. Ini sudah menjadi alur kisah cintanya. Dia harus melaluinya.

Junhoe manatap wajah Jinhwan begitu kedua matanya sudah terbuka. Ia menemukan wajah kekasihnya itu tampak basah dan sembab. Mata sipit Jinhwan juga terlihat memerah. Tentu saja semua itu karena Jinhwan yang menangis hebat sejak tadi.

"Hyungg..."

Suara lirih Junhoe terdengar pelan. Dengan tenaganya yang terasa lemas itu ia seperti siap untuk berbicara. Tapi belum juga mulutnya terbuka kembali, salah satu tangannya bergerak meraih tangan mungil Jinhwan yang membelai rambut lebatnya. Ia genggam tangan mungil itu erat.

Jinhwan sang pemilik tangan mungil itu mulai merasakan sebuah kehangatan dari tangan Junhoe. Tangan yang tadi terasa sangat dingin sekali seperti mayat itu kini sudah berubah hangat.

"Jangan pergi dariku."

Hati Jinhwan bergetar begitu mendengar ucapan Junhoe. Suara kekasihnya itu memang lirih, tapi rasanya terdengar begitu penuh permohonan disana. Sungguh mengenaskan Jinhwan mendengarnya. Sampai seperti inikah Junhoe pada dirinya ? Apa benar kekasihnya itu sangat takut kehilangannya. Seberharga apakah dirinya itu untuk Junhoe ? Jinhwan yang selama ini sudah menjadi kekasihnya itu dengan bodohnya mengabaikan semua itu. Dia sama sekali tak berfikir jauh. Dia sama sekali tak merasakan kedalam cinta Junhoe. Jinhwan lah yang bodoh disini. Dia tidak pernah mencoba mendalami semua itu. Yang ia tau hanyalah Junhoe mencintainya, itu saja. Tanpa mencoba untuk memahami seberapa besar perasaan Junhoe. Tanpa mengerti betul seberapa berharganya dirinya bagi kekasihnya itu. Apa yang sudah Junhoe lakukan untuk dirinya, apa yang sudah Junhoe berikan pada dirinya. Tidakah sekali saja Jinhwan pernah memikirkan semua itu. Yang ia tau hanyalah Junhoe kekasihnya, dia mencintainya. Itu saja. Dan tentu saja dia tak boleh menampik semua ini terjadi karena apa. Jangan lupakan tentang kebimbangan perasaan Jinhwan pada mantan kekasihnya. Itu tentu menjadi alasan utama.

Between Me And YouWhere stories live. Discover now