Born For This (Now, you know)...

By nelsnkestrl

305K 18.2K 378

Leia Gwyneth Gedeon, seorang remaja berusia 16 tahun yang baru saja terbangun dari komanya. Keluarganya pun m... More

Prolog
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26-
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Akhir Yang Belum Berakhir
The Last
INFO

Bab 1

15.3K 922 10
By nelsnkestrl

Aku melihat seorang wanita tengah berdiri dari balik pintu kamarku. Ia mengenakan dress panjang berwarna hitam. Kakinya juga dihiasi dengan sepatu heels berwarna merah tua. Wanita itu sepertinya terkejut karena aku tiba-tiba saja menunjuknya. Ayah pun ikut menoleh ke arahnya.

"Wanita yang sangat cantik," batinku.

Rambutnya terurai panjang dan memiliki warna coklat keemasan. Wanita itu segera merapikan rambutnya. Menyeka poni di antara telinganya dan juga merapikan baju yang ia kenakan. Ia pun berjalan masuk lalu, menutup pintu kamarku.

Ia berjalan menghampiriku.  Mungkin, dia sadar bahwa aku mempertanyakan keberadaan dirinya kepada ayahku. Dia berjalan terus sambil menatapku dan sekarang dia berdiri disisi kananku, lebih tepatnya berdiri di samping ayahku.

Wanita itu kemudian meletakkan tangannya di atas bahu ayahku. Aku sedikit terkejut. Jujur saja, ia adalah wanita yang menurutku memiliki keberanian untuk melakukannya.  Mungkinkah mereka teman dekat? Ataukah mereka memiliki hubungan yang tidak aku ketahui? Setelah kematian ibuku, aku bahkan tidak pernah melihat ayah dekat dengan wanita lain.

Mungkinkah? Aku berusaha mengusir pikiran negatifku. Lagi pula ayah sudah berjanji kepadaku jika, dia tidak akan menikah dengan wanita lain selain ibu. Aku pun percaya bahwa ayah akan menepati janjinya.

"Siapa ya?" tanyaku. Aku yakin, sekarang tidak ada ekspresi keramahan yang tergambarkan dari wajahku. Wanita itu tidak langsung menjawab pertanyaan ku. Dia terlihat seperti berpikir sesaat.

Apa mungkin ayah mengingkari janjinya kepadaku? Aku menatap ayahku dengan perasaan sedikit kecewa. Ada perasaan yang mengganjal di hatiku saat itu juga. Aku takut, jika pikiran buruk ku menjadi kenyataan.

"Leia," wanita itu memanggilku.

Aku menoleh menatap wajahnya karena penasaran atas jawaban apa yang ia akan berikan. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang ingin aku ajukan kepada mereka.

"Kau siapa?" tanyaku sekali lagi.

Namun, ayah memotong pembicaraanku begitu saja. Aku yakin, ayah pasti sengaja melakukannya.

"Nak, kenalkan ini adalah teman ayah. Kamu bisa memanggilnya dengan sebutan Bibi Lamia," jelasnya.

Ayah dengan cepat menjawaban pertanyaannya. Wanita itu kemudian menggangguk. Seolah membenarkan semua ucapan ayahku. Aku pun berusaha untuk mempercayainya. Jadi, saat ini mereka hanya teman.

"Halo bibi Lamia. Salam kenal," aku mengucapkan salam dan wanita itu tersenyum.

"Salam kenal, anak manis. Bagaimana dengan tubuhmu? Apakah ada bagian yang masih terasa sakit?" tanyanya.

Aku menyentuh kepalaku. Ini memang terasa sedikit nyeri. Bibi Lamia langsung memeriksa perban yang ada di kepalaku. Dia juga merapikan rambutku seperti bagaimana dia menyeka poninya tadi. Tidak sengaja, perhatianku tertuju pada warna matanya. "Matamu sungguh indah. Aku sangat menyukainya," ku lontarkan pujianku padanya.

Dia tersenyum dan membalas tatapanku. Matanya yang berwarna biru itu menggambarkan dalamnya lautan. Itu cukup membuatku terkagum-kagum. Namun, disisi lain aku merasa seperti tidak asing ketika melihat kedua matanya. Aku seperti pernah bertemu dengannya.

"Aku rasa, kita pernah bertemu." Kalimat itu tiba-tiba saja keluar dari mulutku.

"Sungguh? Aku pikir ini pertama kalinya kita bertemu. Apa kau bertemu denganku di dalam mimpimu? Aku harap itu adalah mimpi yang indah."

"Sungguh bibi Lamia. Aku merasa tidak asing denganmu."

"Kau ini sungguh unik," katanya.

"dan untuk 7 hari kedepan kamu akan tinggal di rumah bibi ya," ucapnya melanjutkan. Dia kemudian mengusap kepalaku.

Pertanyaan kembali muncul dalam otakku. Mengapa aku harus pergi ke rumahmu? Aku hanya ingin pulang. Tak lama, dokter datang untuk memeriksaku. Ternyata kak Dylan yang memanggilnya ketika aku terbangun. Dokter itu mulai memeriksaku dengan teliti dari kepala, tensi darah, detak jantung, pernafasan dan sampai kakiku tidak ada yang terlewatkan. Beberapa jam telah berlalu. Entah mengapa aku merasa sangat lapar. Kira-kira sudah berapa lama aku berada di rumah sakit ini? Apa yang terjadi kepadaku? Aku sungguh tidak bisa mengingat apapun bahkan ketika dokter bertanya kepadaku. Aku hanya mengingat di pagi hari ayah membangunkanku untuk pergi ke gereja Bersama.

"Kamu anak yang hebat Leia," ucap dokter itu setelah selesai memeriksaku.

"Aku hebat kenapa dokter?" tanyaku heran. Dokter menatap mataku dan menarik napasnya.

"Kamu mengalami kecelakaan yang mengakibatkan cedera berat di kepalamu. Itu semua membuat kamu tertidur untuk waktu yang lama atau bisa disebut dengan koma. Apakah kamu masih tidak dapat mengingatnya Leia?" tanya dokter itu kembali dengan nada yang rendah.

"Kecelakaan? Tidak, aku tidak mengingat apapun dokter," tukasku.

Tanpa bicara lagi dokter itu langsung keluar dan memanggil ayahku ke ruangannya. Tentu saja bibi Lamia mengikutinya dari belakang. Aku meremas selimutku. Pasti ada yang salah denganku. Aku cukup sadar ketika dokter bertanya dengan wajah yang menggambarkan mengkawatiran sepeti itu.

Sekarang hanya tersisa aku dan juga kakak di ruanganku.

"Sini kak," ucapku mencoba memecahkan keheningan. Aku menepuk nepuk tempat tidurku. Bermaksud agar dia duduk di sampingku.

Dengan canggung dia menghampiriku dan duduk di atas ranjangku.
"Hai." Aku langsung memeluk kakakku dan mengusap punggung belakangnya.

Dylan George Gedeon, itulah nama kakakku. Usianya 21 tahun. Sekarang, dia kuliah di perguruan tinggi yang berada di kota Paris. Matanya hijau seperti ibu dan rambutnya coklat seperti Ayah dan aku.

Kak Dylan langsung memelukku dengan erat dan bahkan dalam waktu yang cukup lama.

"Kau jangan marah denganku, jika kau sudah mengingatnya," bisiknya. Pelukannya pun semakin erat. Marah? Kenapa aku harus marah dengannya?

"Tidak kak."

"Kau harus berjanji kepadaku," pintanya.

"Baiklah. Aku berjanji," ucapku sambil menepuk punggung belakangnya. Entah apa yang sebenarnya terjadi, namun aku tidak bisa mengingatnya. Mengapa aku kecelakaan? dimana? dan dengan siapa pun aku tidak bisa mengingatnya.

"Kakak tau? Aku lapar sekali. Tapi, aku tidak mau memakan makanan rumah sakit. Itu pasti tidak enak," ucapku. Dia langsung melepaskan pelukannya dan malah menatapku.

"Aku punya roti dan selai coklat di mobil. Apa kau mau memakannya?" Dia mengusulkan.

"Tentu saja," jawabku mengangguk.

"Baiklah Leia. Aku akan segera bawakan." Kak Dylan pun segera berlari ke luar kamar.

Jika aku mengingat masa kecilnya. Kakakku memang suka terburu-buru dan itu adalah kebiasaannya dari kecil. Bahkan roti dan selai pun, itu salah satu cara dari ibuku. Kakakku selalu terlambat ke sekolah dan tidak pernah sarapan di rumah. Maka dari itu, ibuku selalu marah dan selalu meletakan roti dan selai di mobilnya.

Beberapa menit pun berlalu. Aku sedikit menggerutu mengapa kak Dylan lama sekali. Ayah pun juga tidak kunjung datang.

Dentuman jam bahkan terdengar sangat kencang. Mengapa rumah sakit ini sepi sekali sih? Keadaan ini membuatku teringat dengan mimpi aneh yang baru saja aku alami tadi. Tapi kenapa terasa sangat nyata? Bahkan aku masih bisa memengingat jelas wajah nenek itu.

Tok... Tok... Tok...

Suara pintu yang diketuk membuatku menoleh ke arah pintu. Siapa yang mengetuk pintu? Jika itu ayah atau kak Dylan, tidak mungkin mereka mengetuk pintu. Itu rasanya tidak mungkin. Seketika jantungku langsung berdegup kencang.

"Dokter? Suster?" teriakku.

Pintu pun terbuka.
Ah, ya Tuhan. Ternyata Kak Dylan! Kepalanya menyembul dari balik pintu.

"Apa aku membuatmu terkejut Leia? Kunci mobilku tertinggal. Aku akan segera kembali." Lelaki itu masuk, mengambil konci dan kemudian berlari lagi ke luar.

Apa apaan kakakku itu? Aku memutuskan untuk membaringkan tubuhku karena aku merasa sedikit pegal. Aku tatap jendela di sampingku dan terlihat beberapa ekor burung sedang terbang di sana.

Tok... Tok... Tok...

Suara ketukan pintu kembali terdengar. Pasti kakakku lagi.

"Masuk kak!" teriakku dari ranjang.

Namun, tidak ada seseorang yang masuk. Ketukan pintu itu pun tidak berhenti. Temponya juga semakin cepat.

"Kak Dylan! Jangan bercanda! Itu tidak lucu," bentak ku.

Klik. Lampu di ruanganku mati.

Apakah lampu itu rusak? Kenapa mati lampu disaat seperti ini? Rasa takut mulai timbul dalam perasaanku.

"KAK DYLAAAAAAN!" Aku langsung berteriak sekeras kerasnya sambil menarik selimut untuk menutupi kepalaku.

"Leia."

Suara itu? Sepertinya aku mengenalnya. Aku langsung melihat sekelilingku dan ternyata lampu sudah kembali menyala.

Tapi, tidak ada seorangpun di ruangan ini. Aku yakin, tadi ada seseorang yang memanggil namaku. Aku melihat ke arah pintu dan pintu itu terbuka dan terdapat sedikit celah disana. Aku melihat dengan jelas ada sosok bayangan hitam disana.

"Kakak? Ayah?" panggilku.

Bayangan itu langsung pergi dan menghilang. Tanpa pikir panjang, aku langsung bangun dan menarik infusku menuju pintu. Dengan susah payah aku membawa diriku ke sana. Kakiku terasa sangat lemas. Tanganku berpegangan pada meja dan juga lemari agar tidak jatuh.

Ketika sampai, aku memegang gagang pintu dan langsung memutar gagangnya. Aku menoleh keluar namun, aku tidak menemukan siapapun.

Ketika aku ingin kembali masuk, kakiku ternyata menyentuh sesuatu yang tergeletak diatas lantai.

To be continued

Continue Reading

You'll Also Like

11.3K 213 14
Welcome, Dramione shipper! Ini adalah kumpulan fanfic Dramione pilihan terbaik dari ku. Semoga buku ini membantu kamu menemukan cerita baru atau yang...
87.1K 6.8K 22
Sakura diterima kerja disebuah perusahaan IT setelah menganggur selama hampir 6 bulan. Dikantor barunya Sakura bertemu kembali dengan laki-laki yang...
7.1K 752 13
An unexpected love story between a Black Shadow's top agent, Thomas Sangster, the 002, who accidentally met an ordinary girl named Ava Watson. Writte...
91.9K 8.1K 26
"Hallo bestie"- harzel "Dih stres bestian kok sama setan"- jikra "Dari pada elo! Sama alien"- Chandra "Udah sama-sama stres juga ngapain ribut" - ray...