Between Me And You

Od kim_nann

26.3K 2.5K 446

"Jika mencintaimu akan membuat hati orang lain terluka, maka meninggalkanmu adalah hal yang paling membuatku... Více

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Survey... :)
Chapter 23 - End
Epilog
Last Page

Chapter 19

929 83 23
Od kim_nann

Sekuasa apa dirimu memiliki seorang yang kita cinta jika hati orang tersebut belum sepenuhnya tertuju kepadamu, kau hanya akan memeluk sebuah bayang semu. Junhoe sadar betul akan semua itu. Perasaan Kim Jinhwan, kekasihnya sepertinya belum sepenuhnya tertuju untuk dirinya. Apa yang sudah ia lakukan selama ini, rasanya belum pantas untuk diperhitungkan. Meskipun baginya, itu semua sudah lebih dari cukup. Tapi nyatanya, dia belum merasa puas akan apa yang sudah ia miliki.

Ya, benar.. Jinhwan sudah menjadi kekasihnya. Dia sudah memiliki Kim Jinhwan. Tapi hati namja manis itu apakah sudah sepenuhnya menjadi miliknya ? Junhoe hanya akan tersenyum sinis jika hati kecilnya bertanya akan hal itu. Bagaimana jika kekasihnya itu masih menaruh hati pada mantan kekasihnya dulu, Kim Hanbin. Sang leader group yang kini sedang membawanya kabur. Memang selama ini dia sudah berusaha sebisa mungkin untuk mengobati luka hati Jinhwan. Segalanya juga sudah ia korbankan untuk namja kecintaannya. Tapi apa dia bisa menjamin betul dengan perasaan Jinhwan ? Junhoe merasa semakin kalah jika kekasih tercintanya itu sudah berada di dekat Hanbin. Takut. Yaa, dia terlalu takut kehilangan kecintaannya. Apa perlu untuk kedua kalinya dia harus merelakan Jinhwan untuk Hanbin lagi ? Apa dia harus mengalah lagi ? Jika dulu dia membiarkan mereka menjadi satu, apa untuk kali ini dia juga harus membiarkannya lagi ? Melepas kecintaannya itu di saat dia sudah memilikinya.

Junhoe menenggelamkan wajahnya. Ia sandarkan dahinya di atas tangannya yang berada di lutut. Ia merasa lelah. Setelah semalaman berkeliling Seoul mencari keberadaan Jinhwan. Mencoba menemukan kekasihnya yang pergi tanpa kabar apapun itu. Rela terguyur oleh derasnya hujan yang turun dari langit gelap, membiarkan tubuhnya basah sekalipun. Semalam dia sudah seperti orang gila saja. Mondar-mandir di jalanan kota ditemani derasnya hujan hanya untuk mencari kecintaannya. Bodoh memang. Menghabiskan waktu mencari sosok Jinhwan disaat dia sendiripun sudah mengetahui dimana kekasihnya itu. Tunggu, bukan keberadaan kekasihnya. Lebih tepatnya dengan siapa kekasihnya saat itu. Junhoe sudah mengetahuinya. Tapi tetap saja ia berusaha untuk mencarinya.

Dinginnya air hujan yang semalam membuatnya basah kuyup, kali ini masih menempel di tubuhnya. Setelah kembali ke dorm pagi-pagi buta tadi, Junhoe langsung menuju kamar Jinhwan. Berdiam diri duduk di atas ranjang sambil memeluk kedua kakinya dan menenggelamkan kepalanya. Dia sama sekali tak mengeringkan tubuhnya yang basah oleh air hujan. Mengganti bajunya yang basah kuyup pun tidak. Dia hanya membiarkan kulit tubuhnya itu terselimuti dengan pakaian basah yang siap untuk membuat badannya demam.

.
.

Dengan langkah pelan, kaki mungil yang baru saja terdiam sesaat di depan pintu kamar akhirnya bergerak. Jinhwan berjalan mendekati ranjang tempat tidurnya, yang semalam sudah ia tinggalkan. Ia merasakan tangannya sedikit kaku. Jantungnya tak usah ditanya lagi. Sudah berdebar tak karuan. Dan fikirannya, jika ia bisa memecahkan isi kepalanya saat itu juga pasti akan dia lakukan.

Entah dia sendiri juga tak tau apa yang terjadi pada dirinya. Melihat Junhoe sang namjachingunya duduk berkutat seperti itu rasanya benar-benar membuat hatinya merasa miris. Apa yang sedang Junhoe lakukan di dalam kamarnya itu ? Duduk bersimpuh sambil memeluk kedua kakinya yang berada di depan dadanya itu, dan menyembunyikan wajahnya dalam-dalam. Benarkah semalaman Junhoe menunggu kepulangannya ? Apakah namja tinggi itu terjaga sepanjang malam menanti kehadirannya ? Menanti dia kembali ke dorm, yang ternyata dirinya malah tidur dengan nyamannya di sebuah kamar apartemen bersama mantan kekasihnya dulu.

Dengan tangan yang sedikit bergetar Jinhwan meraih surai hitam Junhoe. Basah. Itu yang Jinhwan rasakan begitu tangan mungilnya berhasil menyentuh rambut Junhoe.

"Jun.. June-ya.."

Dengan suara lirihnya Jinhwan membangunkan kekasihnya yang ia fikir sedang tertidur itu. Tangannya bergerak lembut membelai kepala Junhoe yang masih lembab oleh air hujan.

"June-yaa.."

Perlahan kepala Junhoe mulai bergerak. Namja tinggi itu mulai menegakkan kepalanya.

Deg.

Jantung Jinhwan berdegub sangat kencang begitu kekasihnya itu menampakkan wajahnya melihat kearahnya. Jinhwan seperti melihat mayat hidup. Raut wajah Junhoe tampak pucat. Kulitnya yang memang sudah putih membuatnya semakin terlihat seperti mayat. Kedua matanya yang biasanya terpancar sangat cerah dan indah di mata Jinhwan, kali ini terlihat sayu. Bibir tebalnya yang selalu terlihat merah menggoda kini membiru. Wajah tampan Junhoe kini begitu mengenaskan di mata Jinhwan.

"June-ya.. waeyo ? Ada apa denganmu ? Kenapa wajahmu sangat pucat ? Apa yang terjadi padamu ? Kau kenapa ?"

Jinhwan segera menyentuh seluruh permukaan wajah Junhoe. Menangkupkan tangannya di kedua sisi pipi kekasihnya.

"Kau demam June."

Semua gerak-gerik Jinhwan tampak sekali bahwa ia sangat panik. Tentu saja. Dia shock melihat keadaan namjanya itu. Junhoe benar-benar pucat, badannya terasa panas dingin. Kedua telapak tangannya dingin sekali. Jinhwan sampai tak kuasa untuk menghangatkannya dengan tangan mungilnya.

"Yaa.. ada apa denganmu ? Kenapa kau bisa demam begini ?"

Junhoe diam. Semua perlakuan Jinhwan yang mengoyak kepalanya dan tubuhnya ia terima pasrah. Tubuhnya terasa lemas, sangat lemas. Ia hanya bisa menatap namja manis yang ia cari-cari semalaman itu dengan tatapan penuh arti. Memang tatapan matanya sayu, tapi tatapan itu akan menusuk mata Jinhwan jika saat itu juga kekasihnya itu menyadari akan tatapannya tersebut.

"June-ya bicaralah. Kenapa bajumu basah begini ? Katakan apa yang terjadi padamu."

Jinhwan masih mencoba mengoyak tubuh lemas Junhoe. Ia masih berusaha membelai rambut basah Junhoe. Mengusap setiap permukaan wajah Junhoe. Mengusap tangan dingin Junhoe yang membiru.

"Kau.. kau yang membuatku begini hyung."

Suara lirih Junhoe seketika menghentikan setiap pergerakan Jinhwan. Dia segera menatap kedua mata Junhoe yang sejak tadi tak lepas menatapnya.

Jinhwan menemukan luka disana. Ya di mata indah yang selalu terlihat eksotis namun kini terlihat sangat sayu. Tatapan itu ternyata mampu menusuk hatinya saat itu juga. Pedih, Jinhwan langsung merasakan kepedihan di dalam dirinya.

"Apa kau benar-benar sudah kembali padaku ?"

Mata sayu itu kini tampak semakin menyedihkan. Ada semburat kebeningan yang mulai berlinang disana. Benarkah namja tingginya itu akan menitihkan airmata ? Jinhwan berusaha untuk mengelak.

"Ini aku June. Kim Jinhwan kekasihmu. Apa maksud pertanyaanmu tadi ?"

"Kim.. Jin.. hwan.."

Junhoe mengeja nama Jinhwan.

"Benarkah kau kekasihku ?"

"Yaa ! Bicara apa kau ? Sudah jangan berkata apa-apa lagi. Kau demam. Tubuhmu menggigil. Cepat lepaslah baju basahmu ini. Ini akan membuatmu semakin demam. Rebahkan tubuhmu, aku akan mengambil baju ganti untukmu."

Jinhwan berusaha meraih kancing kemeja yang Junhoe kenakan. Ia segera membukanya. Tapi baru satu kancing berhasil ia lepas, tiba-tiba saja tangan kekar Junhoe menampik tangan mungilnya.

"Dari mana saja kau ?"

Kali ini suara Junhoe terdengar begitu angkuh. Jinhwan yang merasakan tangannya baru saja dihempaskan langsung mematung menatap kekasihnya itu.

"Kau jahat hyung. Kau sangat kejam. Kau pergi begitu saja tanpa berkata apa-apa padaku. Kau juga tak peduli berapa kali aku mencoba menghubungimu. Apa seperti ini kekasihku yang sebenarnya ?"

Jinhwan merasa ditusuk dengan kata-kata Junhoe. Dia semakin bingung, mengapa namjanya berkata seperti itu. Apakah Junhoe tau kemana dia semalam dan dengan siapa dia semalam. Hati Jinhwan kian was-was. Apa yang akan ia jelaskan pada kekasihnya itu ? Apa dia harus berkata jujur ? Apa setega itu Jinhwan mengecewakan Junhoe ? Lalu jika dia berbohong, bukankah itu itu malah lebih kejam ?

"June-yaa.. mi.. miane.."

"Jangan meminta maaf hyung. Kau malah terlihat semakin kejam padaku dengan kata maaf mu itu. Atau malah aku yang terlalu lemah menghadapi kenyataan ini ? Kenyataan bahwa kekasihku ternyata masih menaruh hati pada mantan kekasihnya. Orang yang sudah memberimu luka. Atau mungkin se-

" Diamlah. Kita tak perlu membahasnya sekarang. Aku akan merawatmu lebih dulu. Cepatlah lepaskan bajumu agar kau tidak semakin demam."

Jinhwan kembali meraih kancing kemeja yang Junhoe kenakan. Dia kembali berusaha melepaskan baju basah itu dari tubuh kekasihnya.

"Kau malah membuatku semakin terlihat bodoh hyung."

Dengan tangan kekarnya lagi-lagi Junhoe menampik tangan mungil Jinhwan. Ia lalu melepas kemejanya dengan kasar.

"Aku baik-baik saja."

"Kau demam June. Tubuhmu begitu dingin. Kau sudah seperti mayat hidup di mataku." Seru Jinhwan dengan nada bicara yang mulai meninggi.

"Mayat hidup. Yaa.. aku memang mayat hidup yang berharap untuk segera mati."

"Yaa! Diamlah !"

Teriak Jinhwan.

"Cepat lepas kaosmu itu !"

"Sudahlah hyung. Berhenti bersikap seperti ini padaku."

Junhoe melempar kemeja yang sudah ia lepaskan itu ke arah Jinhwan. Sikapnya sangat angkuh, membuat hati Jinhwan malah terasa tersakiti melihatnya.

"JUNE-YAA !"

Tak tanggung-tanggung lagi, Jinhwan akhirnya berteriak kencang. Ia sudah mulai kesal. Dia hanya ingin merawat kekasihnya itu saja, tapi sikap Junhoe malah berusaha untuk menolak. Dengan perasaan yang saat itu makin tak karuan, Jinhwan menatap Junhoe lekat-lekat. Nafasnya tampak memburu. Namja itu juga balas menatapnya. Tatapan angkuh. Yaa, Jinhwan melihatnya disana. Tapi tunggu sebentar, itu bukan hanya tatapan angkuh saja. Jinhwan melihat begitu banyak hal disana. Luka, kekecewaan dan kepedihan. Dan perlu untuk Jinhwan ketahui, dialah yang menciptakan semua itu.

"Jinhwan hyung."

Sebuah suara dari arah pintu memecah keheningan yang melanda keduanya. Jinhwan tau betul suara siapa itu.

"Wae hyung ? Apa yang terjadi pada June ? Kenapa kau berteriak kencang ?"

Semua member iKON kini sudah memasuki kamar Jinhwan. Mereka mendekati Jinhwan yang berdiri di samping ranjang.

"Kau.."

BUGH

Tanpa ada yang menduga, Junhoe yang sejak tadi duduk di atas ranjang bangun dengan sigapnya lalu melayangkan pukulan tepat pada sosok wajah namja yang berdiri di samping Jinhwan.

"Dasar pecundang."

BUGH

Satu pukulan lagi Junhoe layangkan ke arah Hanbin, namja yang sudah membawa kabur kekasihnya.

Hanbin terhuyung kebelakang. Tubuhnya yang mungkin tidak siap untuk menerima pukulan Junhoe yang tiba-tiba itu akhirnya terasungkur juga ke lantai.

"JUNE-YAA !"

"YAA KO JUNHOE !"

Semua berteriak. Yunhyoeng segera menahan tubuh Junhoe yang hendak mendekati Hanbin yang terjatuh di lantai. Dengan sisa-sisa tenaganya Junhoe berusaha melepaskan diri dari Yunhyeong.

"Lepaskan aku. Aku belum selesai menghajarnya."

Hanbin meringis merasakan perih di sudut bibirnya. Darah merah sudah menghiasi sudut bibirnya itu. Tangannya lalu mengelapnya.

"Hanbin-ahh.. kau tak apa ?"

Junhoe semakin berusaha melepaskan diri kala Jinhwan sang kekasih malah mendekati Hanbin yang masih berada di atas lantai. Aahh kini hatinya malah mulai terbakar emosi. Tangannya ingin kembali memukul wajah Hanbin berulang-ulang kali. Tapi ternyata kini Chanwoo ikut menahan tubuhnya. Tenaganya perlahan mulai hilang. Lemas, ia merasa semakin lemas. Kepalanya menjadi sangat pening. Pandangan matanya mulai kabur. Tak lama kemudian ia sudah merasa tak sanggup lagi berdiri.

"Yaa! Ko Junhoe !"

Yunhyeong segera menahan badan Junhoe yang ambruk. Chanwoo juga dengan sigap menahannya.

"June.. Ko June.." Yunhyeong mengoyak tubuh Junhoe.

Jinhwan yang saat itu berjongkok di samping tubuh Hanbin segera menoleh. Dilihatnya Yunhyeong, Chanwoo dan Donghyuk sedang menggotong tubuh Junhoe ke arah ranjang.

"Rawatlah dia. Dia membutuhkanmu hyung."

Suara lirih Hanbin membuyarkan Jinhwan yang terpaku sesaat. Kacau. Rasanya semua benar-benar kacau bagi Jinhwan. Apa lagi ini ? Kenapa harus terjadi hal seperti ini ? Rasanya Jinhwan ingin menangis saat itu juga. Junhoe sang kekasih pingsan begitu saja. Dan namja yang di depannya saat ini, sedang meringis menahan perih di sudut bibirnya.

"Kau.. apa kau tak apa ?"

"Aku tak apa hyung. Cepatlah berdiri, rawatlah June."

Hanbin berusaha untuk bangkit dari posisinya. Ia tak boleh lemah hanya karena pukulan Junhoe tadi. Ini juga bukan waktu yang tepat untuknya menjadi lemah di depan Jinhwan yang sedang terjebak pada keadaan. Dia tak boleh membuat namja yang masih sangat ia cintai itu semakin merasa rumit.

"Bin-ahh. Tapi kau berdarah."

Tangan mungil Jinhwan mencoba menghapus aliran darah yang mau menetes dari sudut bibir Hanbin.

"Jinan hyung. Aku tak apa-apa. Cepat rawat kekasihmu."

Kata terakhir yang Hanbin ucapkan rasanya membuat Jinhwan tersadar. Ada apa dengan Jinhwan ? Heyy Junhoe-lah kekasihnya saat ini. Junhoe yang sedang pingsan. Lalu kenapa Jinhwan dengan gampangnya mengabaikan itu ? Kenapa dia malah menaruh perhatian pada Hanbin ? Hanbin, sang mantan kekasih yang saat ini mendapat luka kecil. Hanya luka kecil di bibirnya. Luka kecil yang Hanbin sendiri pun bisa menanganinya sendiri tanpa butuh bantuan Jinhwan. Tapi kenapa Jinhwan malah menaruh perhatian padanya ? Bukan kepada kekasihnya yang saat ini sedang pingsan.

Bodoh. Sadarlah kau Kim Jinhwan. Jinhwan segera bergegas menuju tempat tidurnya. Junhoe sudah berada disana. Ia segera menangkupkan tangannya di kedua sisi wajah kekasihnya itu.

"June-yaa.. June-yaa.. bangunlah."

"Tadi pagi-pagi sekali dia pulang dengan dengan keadaan mengenaskan. Aku tau bajunya basah. Aku sudah menyuruhnya untuk segera mengganti pakaiannya. Tapi dia malah diam di dalam kamarmu ini. Ku rasa semalam dia mencarimu kemana-mana, hujan-hujannan. Jadi sekarang tubuhnya menjadi demam begitu. Kemarin dia pergi bagitu saja dari tempat latihan. Dan baru kembali tadi pagi."

Yunhyeong berusaha menjelaskan apa yang ia ketahui. Semua mata menatap ke arah Junhoe. Hanbin yang berdiri di belakang tubuh tinggi Chanwoo pun ikut mengintip melihatnya.

"Canu-ya bisakah kau mengambilkan baju ganti June di kamarnya ?"

Seru Jinhwan sambil berusaha melepas tshirt dalaman yang Junhoe kenakan.

"Tolong bawakan air panas dan kain juga."

"Ne hyung." Chanwoo segera berlari keluar

"Kalian bisa keluar. Aku akan merawatnya."

Semua yang berdiri di samping ranjang Jinhwan mulai berjalan keluar kamar. Bobby yang tadi di ruang depan sempat emosi berjalan lebih dulu, diikuti Donghyuk dan Yunhyeong di belakangnya. Hanbin, namja yang menahan perih di sudut bibirnya itu diam sesaat. Dia memperhatikan Jinhwan dari arah belakang namja mungil itu. Namun tak lama ia akhirnya mengikuti membernya yang lain keluar dari kamar Jinhwan.

.
.

Jinhwan menempelkan kain tebal yang basah oleh air hangat di kening Junhoe. Jemarinya lalu mengelus surai hitam namjanya itu lembut. Ia manatap iba sang kekasih yang masih terpejam di alam bawah sadarnya itu.

"Miane June-ya. Jeongmal miane. Aku tau kau kecewa padaku. Tak seharusnya aku pergi tanpa memberi kabar apa-apa padamu. Bodoh. Aku memang sangat bodoh. Aku terlalu mudah terbuai dengan perasaanku ini."

Semakin lama Jinhwan menatap raut wajah Junhoe yang masih tampak pucat itu, hatinya malah semakin terasa sesak. Dirinyalah yang sudah membuat kekasihnya itu seperti ini. Penjelasan singkat Yunhyeong tadi sangat mengganggu pikiran Jinhwan. Ia menjadi merasa bersalah. Sampai seperti itukah Junhoe semalam ? Apa dia benar-benar hujan-hujanan hanya untuk mencari dirinya ? Rela kedingininan oleh air hujan hanya untuk mencari Jinhwan seorang. Dan kini dia malah jatuh sakit begini.

Jinhwan mengusap pipi halus Junhoe yang sudah tak begitu dingin. Ia berharap demam Junhoe mulai turun dan namja itu lekas siuman dari pingsannya.

"June-yaa.. apa kau sangat mencintaiku ?"

Kali ini rasa sesak di hati Jinhwan mulai membuatnya ingin menangis. Kedua matanya mulai berlinang airmata. Dia tak tega dengan keadaan Junhoe sekarang. Taukah dia bahwa Jinhwan sudah mengkhianatinya semalam tadi ? Aahh Jinhwan semakin merasa bersalah. Semalam padahal dia tidur dengan nyamannya di kamar apartemen Hanbin bersama namja itu. Semalam padahal dia sudah terbuai dengan perlakuan Hanbin padanya. Dan tadi pagi, ya Jinhwan semakin ingin menangis deras mengingat apa yang sudah ia lakukan bersama Hanbin pagi tadi.

Airmata Jinhwan mulai mengalir kian deras. Hal bodoh apa yang sudah ia lakukan pada kekasih setianya itu ? Sekejam inikah dirinya semalam ? Membiarkan Junhoe mencarinya kalang kabut, sedang dirinya malah asik bercinta dengan namja lain. Membiarkan Junhoe menantinya kembali dalam keadaan demam begini. Jinhwan merasa gagal sebagai kekasih. Ia menyesal. Ingin sekali ia memaki dirinya sendiri.

"Jeongmal miane June-ya. Bangunlah, makilah aku sepuasmu. Kau bisa menamparku jika perlu. Aku pantas mendapatkannya. Cepatlah bangun, ku mohon."

Jinhwan mengangkat kepala Junhoe, mendekatkannya di dalam peluknya. Ia mengusap wajah tampan itu penuh kasih.

.
.

BRUK

Hanbin menjatuhkan tubuhnya di sebuah kursi kesayangannya. Suasana hatinya saat ini membuat mood dirinya tak bergairah. Sekelebat bayang-bayang Jinhwan ketika sedang melepas baju Junhoe tadi hilir mudik di fikirannya. Rasanya sulit sekali untuk merelakan ini semua. Entah sampai kapan ia akan merasa baik-baik melihat kedekatan Jinhwan dan Junhoe. Selama ini dia sudah susah payah menahannya. Menyembunyikan rasa ketidaksukaannya itu dari siapapun. Menutupi rasa tidak terimanya itu rapat-rapat.

Cemburu. Hanbin akui hal itu. Dia sangat cemburu melihatnya. Rasa cintanya yang kini masih bersemayam di hatinyalah yang membuat cemburu itu kian bergejolak. Dia merasa iri. Kalau saja kedekatannya dengan Jinhwan masih sama seperti dulu, mungkin dia masih bisa menerimanya. Tapi semenjak keduanya putus, kedekatan mereka sangat berubah. Dan tentu saja Jinhwan menjadi semakin dekat dengan Junhoe, kekasihnya saat ini. Hanbin hanyalah masa lalu bagi Jinhwan. Dia hanya seorang yang dulu sempat mengisi hari-hari Jinhwan. Sekarang, dia tak layak untuk berkhayal terlalu banyak. Semua tidak akan kembali seperti dulu.

Sesak di dalam dadanya membuat Hanbin memukul dada bidangnya itu pelan. Ia pejamkan kedua matanya. Berusaha untuk menolak segala halusinasinya tentang sosok Jinhwan. Digigitnya bibir bawahnya yang terluka oleh pukulan Junhoe tadi. Mungkin itu bisa mengurangi rasa sesaknya meski hanya sedikit.

"Aku mengikhlaskanmu hyung."

Suara lirihnya terdengar getir. Tapi dia tau, sepertinya kalimat itu memang keluar dari lubuk hatinya.

"Mianhae."

Hanbin membuang nafasnya tegas. Mencoba untuk memantapkan isi hatinya.

Melepas sosok Kim Jinhwan. Semoga apa yang sudah ia tetapkan itu tak akan membawanya pada sebuah penyesalan. Dia benar-benar akan berusaha semampunya untuk merelakan namja manis itu. Merelakan Jinhwan untuk Junhoe. Namja tinggi yang sudah menggantikan posisinya. Rasanya dia terlalu serakah jika harus merebut Jinhwan. Itu juga akan membuat Jinhwan merasa bersalah. Hanbin tau betul seperti apa kekasihnya itu. Dia tak akan dengan mudahnya kembali padanya. Dan satu hal lagi jika ia kembali lagi pada Jinhwan, eommanya. Sang eomma yang sudah begitu menderita karena kehidupan. Sampai kapanpun eommanya akan tetap membenci sosok namja seperti dirinya ini. Hati kecil Hanbin juga terlalu berat jika harus membuat eommanya merasa kecewa padanya. Dia tidak akan sepintar itu melukai hati sang eomma.

"Haahh.. sudahlah. Semua ini memang sudah saatnya untuk dilupakan."

Hanbin mengusap wajahnya dengan telapak tangannya. Ia lalu meraih selembar kertas yang ada di atas meja kerjanya.

Just Go

Hanbin menampilkan smirknya begitu ia membaca sebuah judul lagu yang belum ia garap sampai selesai. Ia tersenyum getir, seperti merendahkan dirinya sendiri.

"You are mine.. but I'm not yours."




☆☆☆






Sampai disini mungkin teman-teman udah bisa nebak ending ceritanya. Semoga kalian bisa menerimanya 😊
Mungkin tinggal 4 chapter lagi nih FF.. Klow author bisa update cepet bakalan author kelarin dengan cepat.

Tapi sebelum author ngelarin between me and you ini, sebenernya author pengen fokus juga ama incredible love. Kasian ntu ff gk pernah author tengok sama sekali ㅠㅠ besok deh klow bisa bakalan author lanjutin coret-coretan yg baru itu..

Thanks buat yang udah setia kasih vote n coment2.. 🙇 🙇

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

727K 34.7K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
982K 59.6K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
1.3M 35.4K 8
Di balik dunia yang serba normal, ada hal-hal yang tidak bisa disangkut pautkan dengan kelogisan. Tak selamanya dunia ini masuk akal. Pasti, ada saat...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...