Between Me And You

By kim_nann

26.3K 2.5K 446

"Jika mencintaimu akan membuat hati orang lain terluka, maka meninggalkanmu adalah hal yang paling membuatku... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Survey... :)
Chapter 23 - End
Epilog
Last Page

Chapter 18

906 86 18
By kim_nann

Silau cahaya mentari pagi yang menembus tirai jendela menyinari wajah mungil namja yang masih tertidur lelap. Salah satu tangan seorang namja tampan yang sudah bangun dari alam mimpinya mencoba menghalangi sinar mentari itu menerangi wajah mungil namja kecintaannya.

Hanbin menatap setiap lekuk wajah Jinhwan yang ada di depannya. Mantan kekasihnya itu masih tertidur pulas di samping tubuhnya. Untuk waktu yang sudah cukup lama ia tak bersanding dengan Jinhwan di atas ranjang yang sama seperti kali ini. Dan sudah cukup lama pula ia tak merasakan tidur berdampingan dengan kecintaannya itu. Karena memang semua sudah berakhir. Hubungan kisah cinta mereka. Yang dulu memang sangatlah indah bagi keduanya. Kini meskipun Hanbin bisa merasakan kembali tidur berdampingan dengan kecintaannya itu, status mereka sudah berbeda. Mereka bukan lagi sepasang kekasih. Kini mereka hanyalah teman antar satu member saja, tidak lebih.

Tapi meskipun semua sudah berakhir, ternyata belum ada kata akhir bagi perasaan Hanbin untuk Jinhwan. Masih sama, dan tetap sama. Namja tampan itu masih mencintai Jinhwan.

"Semoga kau bahagia bersama June hyung."

Masih dengan tatapan lembutnya Hanbin mengelus surai hitam Jinhwan. Ia tersenyum manis. Menatap kedua mata Jinhwan yang masih tertutup rapat. Mengamati wajah imut yang dulu selalu menampilkan senyum cerianya hanya untuk Hanbin seorang. Satu persatu kenangan indah mereka yang dulu pernah ia lalu mulai melintasi fikiran Hanbin. Ketika Jinhwan selalu dengan mudahnya membuat rasa lelahnya hilang hanya dengan tawa renyah namja manis itu. Lalu suara cerewetnya yang menggema di telinga Hanbin ketika namja itu terlalu sibuk berkutat pada lirik-lirik lagu. Jinhwan akan selalu mengomelinya jika ia hanya menghabiskan waktunya di dalam ruangan kerjanya bersama laptop dan kertas-kertas yang penuh dengan coret-coretan.

Hanbin merindukan masa-masa indahnya dulu. Dan moment bersama Jinhwan yang sangat ia rindukan adalah moment mereka sewaktu pagi hari. Hanbin akan menunggu suara cempreng Jinhwan memanggil dirinya dari arah dapur.

"Binie-ahh.. hanbin-ahhh.."

Saat itu juga meskipun Hanbin masih berkutat dibalik selimut tebalnya, ia akan segera berlari menemui kecintaannya itu ke arah dapur. Dengan hati bahagia dan senyum sumigrahnya ia akan memeluk kekasihnya itu dari belakang. Yang saat itu sedang berusaha meraih susu serealnya di rak atas. Saat itu juga Hanbin akan menuntun Jinhwan ke kursi dan memintanya untuk duduk.

"Kau memang kekasihku yang paling terbaik Hanbin-ah."

"Yaa.. memangnya kau punya kekasih berapa ?"

"Eemmm.. dua." Jinhwan tampak berfikir sejenak.

"Ahh ani.. ani.. tiga."

Hanbin langsung mengerucutkan bibirnya maju. Sejak kapan dia ditigakan oleh namja kecil ini ?

"Kekasihku yang pertama dia adalah seorang leader yang selalu bersikap tegas dan adil pada semua member. Saat aku salah dalam berlatih dia akan tetap memarahiku tanpa memandangku sebagai kekasihnya sedikitpun. Kekasihku yang kedua, aahh aku terlalu sebal dengan yang ini. Tapi aku juga sangat mengagumi kerja kerasnya. Dia adalah namja pintar yang selalu menghabiskan waktunya di depan laptop dan kertas-kertas berserakan di atas mejanya. Dia akan selalu mengabaikanku jika sudah berkutat pada lirik-lirik lagu. Dia juga selalu lupa waktu untuk tidur, makan, mandi dan.. lupa untuk menemuiku. Lalu kekasihku yang terakhir..."

Jinhwan tersenyum menggoda ke arah Hanbin. Kedua mata sipitnya ia kejapkan berulang kali tanda menggoda.

"Dia adalah kau. Kekasih terbaikku. Yang setiap pagi selalu membuatkan sereal untukku. Yang setiap pagi selalu bergegas menemuiku hanya dengan satu kali panggilan dariku. Kekasih yang selalu memanjakanku. Aku sangat sangat mencintainya. Dialah yang paling terbaik diantara yang lain."

"Hwanie.. kau membuatku hampir jatungan saja."

Hanbin langsung mengecup dahi namja manis yang duduk di depannya itu. Ia lalu tersenyum manis ke arahnya.

"Gumawo hyung."

Dengan kelembutan penuh kasih sayang ia mengacak pelan rambut Jinhwan. Sang empunya hanya diam nenerimanya sambil tersenyum imut.

"Palli buatkan serealnya. Aku sudah lapar Bin-ahh."

Saat itu juga Hanbin membalikan tubuhnya. Ia segera meraih kaleng susu sereal yang ada di rak atas. Lalu menyeduhnya.

"Haahh aku selalu lupa mau mengomeli si koki Yunhyeong. Dia selalu saja menaruh serealku di rak paling atas. Sudah tau aku pendek. Mana bisa aku menggapainya. Kalau aku bisa meraihnya sendiri, aku kan tidak perlu repot-repot memanggilmu setiap pagi Bin-ahh. Hanya untuk membuatkan ku serealnya."

Jinhwan mengeluh dengan raut wajah sebalnya. Hanbin yang sedang menyeduh sereal untuknya hanya tersenyum-senyum nakal mendengarnya. Dia seperti tau akan sesuatu hal.

"Kalau kau berusaha meraihnya sendiri, itu bisa membantu tubuhmu agar lebih tinggi hyung. Hitung-hitung setiap pagi kau sedang berusaha menambah tinggi badanmu biar tidak pendek terus."

"Yaa ! Memangnya kenapa kalau tubuhku pendek terus. Memang sudah dari sananya begini mau bagaimana lagi. Kalau kau tak suka pergi saja cari yang lebih tinggi dariku."

"Hwanie.. kenapa jadi ngambek begini." Hanbin mendekati kekasihnya yang sudah memasang raut wajah kesal. Ia lalu menyodorkan segelas susu sereal ke namja manis itu.

"Sudah jadi. Cepat minum, biar kau lekas tumbuh dewasa."

Plak.

"Yaa! Kau kira aku anak kecil !"

Satu pukulan mendarat di perut Hanbin.

"Aaww.. aku hanya bercanda hyung." Hanbin lalu tertawa menggoda kekasihnya.

"Jangan sekali-kali membahas tinggi badan lagi padaku. Kalau kau mengatakannya, kau akan mati."

Jinhwan memelototkan kedua matanya ke arah Hanbin. Ia lalu mencubit lengan kekasihnya itu. Hanbin hanya tersenyum meringis menahan sakit.

Moment indah yang pernah Hanbin lalui bersama Jinhwan di pagi hari kala itu membuat Hanbin semakin menyunggingkan senyum manisnya. Ahh dia benar-benar merindukan teriakan di pagi hari itu. Karena semenjak mereka putus tidak ada lagi teriakan Jinhwan di pagi hari yang memanggilnya. Namja pendek itu akan berusaha meraih serealnya sendiri, menyeduhnya sendiri. Tanpa meminta bantuan Hanbin lagi. Dia bahkan juga pernah memergoki mantan kekasihnya itu sedang berusaha meraih serealnya dengan susah payah. Dan alhasil dialah yang meraihnya. Aahh moment itu, Hanbin masih ingat betul. Setelah meraih sereal itu, ia mencium Jinhwan begitu saja. Itu adalah ciuman pertama mereka setelah hubungan mereka berakhir. Dan pada akhirnya, Junhoe menjadi orang yang memergoki keduanya.

Setelah cukup lama Hanbin memandang wajah imut mantan kekasihnya itu, tak lama kemudian kedua mata namja mungil itu mulai bergerak pelan. Seperti anak bayi yang baru saja terbangun dari tidur lelapnya, Jinhwan mengerjapkan matanya lucu. Hanbin merasa gemas melihatnya.

"Morning hyung."

"Eehhmmm... kau sudah bangun ?"

"Baru saja."

"Kenapa tidak membangunkanku ?"

"Karena aku suka melihatmu sedang tertidur."

Jinhwan mengusap wajahnya dengan telapak tangannya. Mengucek kedua matanya itu pelan.

"Sudah pagi, ayo kita kembali ke dorm. Mereka pasti sudah menunggu kita."

Hanbin segera menahan Jinhwan, begitu namja manis itu hendak bangkit dari posisinya.

"Hyung."

"Eemmm."

Tubuh mungil Jinhwan langsung menghadap ke arah Hanbin. Pandangan mereka beradu. Jinhwan bisa merasakan tatapan penuh arti dari bola mata indah Hanbin yang sangat intens menatap kedua matanya. Ia sampai menjadi tak berkutik dan seperti hilang kesadaran dibuatnya.

"Apa kau masih mencintaiku ?"

Akhirnya pertanyaan itu lolos sudah dari bibir ranum Hanbin. Jinhwan yang mendengarnya semakin hilang kesadaran. Pertanyaan Hanbin barusan bagaikan teka-teki yang harus ia pecahkan di pagi hari begini. Bisakah dirinya menjawab pertanyaan itu dengan benar ? Tanpa kesalahan dan tanpa keraguan.

Tidak. Jinhwan tak bisa memecahkan teka-teki itu saat ini juga. Dia tak bisa menjawab itu sekarang. Dia butuh berfikir. Tunggu, bukan berfikir lebih tepatnya memahami. Karena cinta yang bersemayam di dalam hati tidak bisa untuk kita dapatkan keberadaannya dengan jalan memikirkannya. Dia butuh waktu untuk memahami hatinya. Memahami apa yang hatinya itu rasakan.

"Lupakanlah. Kau tak perlu menjawabnya. Tak usah kau fikirkan. Itu hanya akan membuat hatimu menjadi rumit. Rasakanlah apa yang sedang kau rasakan. Tak usah kau mencari perasaan yang kau sendiri juga tak tau ada atau tidaknya di dalam hatimu. Tetaplah mencintai June. Dia pantas untuk kau cintai. Jangan pernah membuat hatimu menjadi rumit. Jangan menaruh kasihan padaku. Aku bisa mengurus perasaanku. Kau tetaplah teguh pada perasaan yang ada dihatimu. Jangan membuat dirimu sendiri ragu."

Apa yang baru saja Jinhwan dengar rasanya membuatnya merasa sesak. Hanbin ternyata telah merelakannya. Merelakan dirinya untuk Junhoe. Ya,, namja tinggi itu. Jinhwan hampir lupa bahwa saat ini dia adalah kekasihnya. Kekasih ? Kekasih macam apa dia yang kabur dengan mantan kekasihnya dan menginap di apartemen seperti ini tanpa memberinya kabar sama sekali. Kekasih yang seperti inikah Jinhwan ? Kejam. Jinhwan mengganggap dirinya benar-benar kejam.

"Gumawo sudah mendengar semua ceritaku. Aku tak meminta pengertian darimu hyung. Niatku hanya ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi saja. Aku tak memintamu kembali padaku. Aku juga tak meminta belas kasihmu. Setidaknya aku sudah lega jika sudah bercerita seperti ini. Aku tak menanggung beban apa-apa lagi sekarang. Aku tak menyembunyikan rahasia lagi padamu. Mungkin dengan begini aku bisa mengatur perasaanku."

Diam.
Jinhwan masih tetap diam. Menatap Hanbin. Tak berniat sedikitpun untuk mengalihkan tatapannya ke arah lain. Menyadari sikap diam Jinhwan yang penuh arti itu, Hanbin membalas tatapannya. Penuh ketulusan. Aahh lebih tepatnya penuh luka. Ya, Jinhwan mendapatkan itu dari sorot mata indah itu. Haruskah ia mengobati luka itu ? Luka yang Hanbin rasakan ? Tapi untuk apa dia mengobatinya ? Sedang dia sendiri juga pernah merasakan luka itu dari namja di depannya itu sendiri. Tapi apa ? Apa namja itu mengobati lukanya ? Tidak. Hanbin tak pernah mengobati luka hatinya. Sosok lainlah yang sudah mengobati luka itu. Lalu sekarang, apa Jinhwan harus mengobati luka yang Hanbin rasakan ?

Perlahan Hanbin mulai mendekatkan wajahnya. Kali ini saja. Mungkin untuk terakhir kalinya, dia ingin mencium namja manis di depannya itu. Beradu kasih dengan penuh kelembutan. Hanbin ingin merasakan itu untuk terakhir kalinya. Sebelum semuanya benar-benar berakhir. Karena dia sudah berpatut pada satu pilihan yang sudah ia pilih.

Bibir tibis Jinhwan akhirnya kembali ia rasakan menempel di bibirnya. Setelah semalam cukup lama ia melumat bibir itu. Pagi ini Hanbin benar-benar ingin merasakannya lagi.

Penuh kelembutan Hanbin melumat bibir tipis Jinhwan. Mengecup bibir bawahnya, menghisapnya pelan. Lidahnya mulai bergerak menjilati bibir tipis itu nikmat. Semakin lama dia melumatnya, menjilatinya, semakin membuncah pula gairahnya. Bibir Jinhwan yang ternyata tak hanya diam malah semakin membuatnya bergairah. Namja manis itu membalas setiap lumatannya. Mantan kekasihnya itu berarti menerima ciuman itu. Jinhwan berarti menerima perlakuan Hanbin.

Tanpan berfikir lebih jauh lagi. Hanbin kian melakukan tindakannya itu penuh nafsu. Dia tak perlu lagi berfikir soal tanggapan Jinhwan. Toh mantan kekasihnya itu menerimanya. Ini bukan ciuman sepihak. Ini juga bukan pemaksaan. Hanbin tak perlu merasa bersalah. Dia malah menjadi kian mantap memperdalam ciumannya. Lidahnya semakin bergerak bebas di dalam rongga mulut Jinhwan. Beradu bersama lidah pendek namja itu.

Suasana semakin panas bagi Hanbin. Nafsunya kini sudah tak bisa ia bendung. Tangannya menjadi berani untuk bergerak menggerayangi badan Jinhwan. Bermain di atas dada Jinhwan. Masuk ke dalam tshirt tipis Jinhwan. Ia mengelus perut mulus namja mungil itu. Jinhwan mulai bergidik geli karena perlakuaannya itu. Kakinya bergerak tak tertahan memepet kedua kaki Hanbin.

Hanbin menaikan sedikit badannya agar berada di atas tubuh Jinhwan. Salah satu siku tangannya ia jadikan penyangga agar tubuhnya tidak jatuh sepenuhnya.

"Mmmpphhh.. binn.. nngghh...

Suara eluhan Jinhwan terdengar tak begitu jelas di sela-sela ciuman mereka. Dia sepertinya sudah kehabisan nafas karena Hanbin terus saja memojokan bibirnya.

Sadar akan hal itu Hanbin lalu melepas ciumannya. Ia kemudian mengecup setiap permukaan wajah Jinhwan. Dari dahi, mata, pipi, hidung hingga dagu. Ia mengecupnya lembut. Sampai akhirnya bibirnya mulai bergerak turun ke leher Jinhwan.

" Enngg... eemmm.."

Jinhwan mendesah kala lidah Hanbin membasahi leher mulusnya. Hanbin sudah membuatnya tak berdaya. Setiap ciuman yang di lakukan bibir namja itu seperti memabukkan tubuhnya. Membuatnya menggelinjang penuh kegelian. Ditambah lagi tangan Hanbin yang terus saja bermain di balik tshirtnya. Mengelus perut dan dadanya.

"Eemmm.. annngg.. binn.. aahhh..."

Desahan Jinhwan semakin menjadi saat tangan Hanbin memelintir salah satu nipplenya. Dan saat bersamaan itu juga bibir Hanbin mengecup lehernya sangat dalam. Jinhwan reflek mendongakan kepalanya. Memberi ruang untuk kepala Hanbin agar lebih dalam lagi masuk menuju lehernya. Tangannya yang tadi sempat meremas kain sprei ia gerakan menuju leher namja yang mencumbunya itu.

Kini kedua tangan Jinhwan sudah melingkar di leher Hanbin manja.

"Lepaskan bajumu hyung."

Ditengah-tengah kenikmatan yang sedang ia berikan, Hanbin berseru lirih. Ia lalu segera menaikan kaos Jinhwan. Melepaskan kaos itu dengan tangannya sendiri. Jinhwan seakan pasrah saja dengan apa yang Hanbin lakukan. Ia malah menutup matanya kala Hanbin melepas kaosnya itu.

Begitu tubuh mungil Jinhwan sudah tak berpenghalang lagi, Hanbin segera mendekatkan wajahnya menyerbu kulit putih mulus yang begitu indah dimatanya itu. Ia segera mencumbu setiap permukaan dada Jinhwan. Memberikan kiss mark disana. Hanbin cukup pintar. Ternyata dia tak mengukir kiss mark di leher Jinhwan dengan sengaja. Ia lebih memilih menghasilkan banyak kiss mark di bagian tubuh tertutup Jinhwan.

Tangan mungil Jinhwan mulai bergerak menuju surai lebat Hanbin. Ia mulai meremas rambut namja itu kala dengan penuh kelembutan nipplenya, Hanbin mainkan dengan bibirnya.

"Ehhhmmm.. hann.."

Jinhwan seperti ingin berbicara. Tapi yang ada dia malah mengeluarkan suara desahan. Hanbin yang mendengar hal itu malah semakin bergairah lagi memberi kenikmatan. Bibirnya semakin turun ke perut Jinhwan. Mengecupnya tak henti-henti. Tangannya juga semakin liar mengelus kulit putih Jinhwan.

Sampai pada akhirnya lutut Jinhwan tanpa sengaja menyengol bagian intim Hanbin.

"Aahhh..."

Hanbin mendesah tak tertahan. Sepertinya little brother nya sudah menegang dengan sempurana. Celananya rasanya makin sesak.

"Hann.. binn-ahh.. Nggg.. apa kau...?"

Jinhwan tak kuasa menyelesaikan kalimatnya. Ia seperti sudah di kuasai kenikmatan yang sedang Hanbin berikan.

"Hyung.. apa kau mau melakukannya denganku ?"

Hanbin menegakkan kedua tangannya untuk penyangga badannya. Ia menatap Jinhwan yang berada di bawahnya. Namja mungil itu diam, balas menatapnya.

Lama sekali keduanya saling tatap. Hanbin menatap seksama ke dua mata Jinhwan. Mencari jawaban dari pertanyaannya itu. Jinhwan tak kunjung buka suara. Sampai akhirnya kepala Hanbin turun mendekati wajahnya. Bibir mereka kembali beradu. Hanbin kembali mencium Jinhwan.

"Eengg... eemm.. lakukanlah..."

Suara lirih Jinhwan terdengar sangat pelan kala Hanbin memberi jeda di pergerakan bibirnya yang mencumbu bibir Jinhwan. Mendegar itu Hanbin lalu menciumi setiap permukaan wajah Jinhwan seperti apa yang ia lakukan tadi. Setelah itu wajahnya bergerak mendekati telinga kanan Jinhwan.

"Terimakasih untuk semuanya. Saranghae."

Bruk.

Hanbin menjatuhkan tubuhnya di ranjang.

"Sudah siang hyung. Kita harus segera kembali ke dorm. Kajja."

Saat itu juga Jinhwan ingin menangis. Bodoh. Ia merasa dirinya benar-benar bodoh. Apa yang baru saja ia lakukan ? Kenapa dia sangatlah boodh ? Jinhwan menyesal.

...

Begitu pintu apartemen dorm terbuka, Hanbin masuk terlebih dahulu diikuti Jinhwan yang menundukan kepalanya. Setelah keduanya masuk ke dalam dorm, mereka langsung mendapati Bobby, Donghyuk, Yunghyeong dan Chanwoo sudah menunggu mereka di ruang tengah. Semua langsung menatap dua namja yang sudah mereka tunggu-tunggu kedatangannya itu sejak semalam. Dua namja yang baru saja kabur dari dorm tanpa kabar apa-apa.

Bobby berdiri dari duduknya. Ia menatap Hanbin dan Jinhwan penuh kesinissan.

"Dari mana saja kalian ? Untuk apa kalian kembali ?"

Jinhwan menundukan kepalanya. Dia tak sanggup menerima tatapan tajam dari para member lain yang menatap kearahnya dan Hanbin tajam.

"Miane. Kemarin aku ada urusan yang mendadak jadi pergi tanpa berpamitan pada kalian. Maaf aku sudah kabur dari jadwal latihan kemarin. Aku yang membawa Jinhwan hyung bersamaku. Kalian tak perlu menyalahkan dia. Ini sepenuhnya salahku."

"Ciihh.. mudah sekali kau bicara seperti itu. Kau fikir aku segampang itu percaya padamu ? Dasar bodoh." Yunhyeong menatap rendah ke arah Hanbin.

"Jinhwan hyung. Seharusnya kau memberitahu kami kalau kau mau pergi. Kita sudah menunggu kalian di ruang latihan. Setidaknya kita tau kalau kalian pergi dengan alasan."

Donghyuk ikut berbicara. Nada suaranya cenderung terdengar lembut. Berbeda dari nada bicara Bobby dan Yunhyeong.

"Emm.. mianhae. Jeongmal mianhae. Aku tau aku salah."

"Aku yang salah. Kalian tak perlu menyalahkan Jinhwan hyung. Aku yang sudah memaksanya untuk ikut denganku. Jadi kalian bisa menyalahkanku saja."

"Yaa! Berhentilah membelanya. Kalian berdua sama saja. Tidak bisakah kalian membedakan urusan pribadi kalian dengan urusan di group ini. Kau sebagai leader disini. Seharusnya kau tak melanggar jadwal yang sudah kau tetapkan sendiri. Kau tak bisa kabur begitu saja tanpa memberitahu apa-apa pada kami. Kau tau, ini latihan terakhir kita. Manager tidak mau tau kita harus menyelesaikan koreografi ini pekan ini juga. Seharusnya kau lebih bisa memanage waktu kita yang hanya sedikit ini. Dan kau hyung.."

Bobby beralih ke arah Jinhwan.

"Kau member tertua disini. Tidak bisakah kau menghargai dongsaeng-dongsaeng mu ini ? Kenapa kau seperti anak kecil saja. Kabur begitu saja tanpa ada kabar. Kau harusnya..."

"Hyung.. berhentilah. Sudah ku bilang ini salahku. Jinhwam hyung tak tau apa-apa. Aku yang memaksanya ikut denganku."

Hanbin memblokir jalan Bobby yang hendak mendekati Jinhwan.

"Masuklah hyung. Biar aku yang selesaikan ini." Seru Hanbin kepada Jinhwan.

Jinhwan yang sejak tadi hanya menundukan kepalanya diam tak bergeming. Entah dia tak tahu. Pikirannya sejak kepulangannya dari apartemen Hanbin tadi terasa kacau. Dia merasa tertekan dalam hatinya. Ada sesuatu yang mengganjal di sana. Hingga saat ini pun dia tak tau harus berbuat apa. Dia tak tau harus melakukan pembelaan apa di depan para dongsaengnya. Karena dia tau, dia memang salah. Jadi dia tak bisa membela apa-apa.

" Ku bilang masuklah hyung !"

Jinhwan akhirnya melangkahkan kakinya. Ia berjalan meninggalkan Hanbin dan yang lain. Rasanya ia sudah seperti pecundang saja. Pergi begitu saja tanpa menyelesaikan masalah yang ada. Tapi jujur saja, dia juga tak tau harus berbuat apa. Karena memang dialah yang salah. Yang jelas dia sudah berusaha meminta maaf pada member lain.

Dengan langkah gontai akhirnya ia berjalan menuju kamarnya. Sepertinya ia butuh ketenangan. Sampai di depan kamar, Jinhwan segera membuka pintu kamarnya itu.

Kedua mata Jinhwan langsung tertuju di atas ranjangnya begitu ia berhasil membuka pintu kamar. Hatinya langsung tak karuan.

Junhoe, namja yang saat ini berstatus sebagai kekasihnya itu duduk terpaku memeluk kedua lututnya. Menenggelamkan kepalanya kebawah, menyembunyikan wajahnya.

Jinhwan menatap tak percaya akan apa yang ia lihat. Dia kini tersadar. Junhoe, namja tinggi itu. Kekasihnya. Yaa, Jinhwan seakan lupa dengan namja ini. Namja yang sudah mengobati lukanya. Namja yang sudah membantunya melupakan sakit hatinya. Seorang namja yang mencintainya.

Setega inikah Jinhwan ? Dalam satu malam dia sudah mengkhianati kekasihnya itu. Meninggalkan namja itu tanpa kabar apapun. Membiarkan June mengkhawatirkan dirinya sementara ia malah asik berduaan dengan mantan kekasihnya dulu. Kejam. Jinhwan merasa dirinya teramat sangat kejam.


☆☆☆


Eetttdaahh chapter sebelumnya aja belum banyak yang kasiu vote author malah udah comeback lagi..
baru kemarin update, kenapa author update lagi yaa ?? 😂😂
Mumpung sedikit nganggur terus mumpung lagi lempeng otak author.. jadi author update dengan cepat.

Mian semua. Author minta maaf kalau udah bikin kalian makin galau ama ini cerita. Maapin author bikin kalian pusing karena cerita yang muter-muter antara binhwan and junhwan ㅠㅠ
Author juga pusing soalnya 😭😭😭
Binhwan or Junhwan ?????????

Author mohon pengertian kalian semua ㅠㅠ Ini FF pasti punya ending kok. Klow berending Binhwan, author minta maaf buat team Junhwan yang sudah kecewa. Dan kalau ini berending Junhwan, author minta maaf juga buat team Binhwan.
Soalnya salah satu dari kalian pasti bakal ada yang kecewa dengan ending cerita jelek ini ㅠㅠㅠㅠ

Huhuhuuu mian semua klow endingnya nanti gak sesuai harapan kalian 😭😭😭 author cuma nulis sesuai jari ini mengetik cerita hehehee

Oke see you again 👋👋

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 35.4K 8
Di balik dunia yang serba normal, ada hal-hal yang tidak bisa disangkut pautkan dengan kelogisan. Tak selamanya dunia ini masuk akal. Pasti, ada saat...
183K 28.7K 52
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...