Between Me And You

By kim_nann

26.3K 2.5K 446

"Jika mencintaimu akan membuat hati orang lain terluka, maka meninggalkanmu adalah hal yang paling membuatku... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Survey... :)
Chapter 23 - End
Epilog
Last Page

Chapter 16

910 95 30
By kim_nann

Tangan mungil seorang namja manis bernama Kim Jinhwan masih saja berada di genggaman tangan namja tampan yang berjalan satu langkah di depannya. Dia lah Kim Hanbin, mantan kekasihnya. Namja itu membimbing langkah kecilnya ke sebuah gedung apartemen mewah begitu keduanya turun dari taxi. Jinhwan berusaha mengimbangi langkah lebar Hanbin. Tangannya yang masih saja berada di genggaman Hanbin, membuat tubuh mungilnya terpaksa harus tetap mengikuti kemana orang yang menariknya itu melangkah. Fikirannya masih berantakan. Yang terlintas di fikirannya hanyalah sebuah tanya, apa yang sedang Habin lakukan kepada dirinya saat ini ? Kenapa mantan namjachingunya itu membawanya kabur dari jadwal latihan yang sudah ia buat sendiri. Lalu mengapa sekarang Hanbin membawanya ke sebuah aparteman ? Apartemen siapa ini ?

Sampai akhirnya Hanbin berhenti di salah satu pintu apartemen. Jinhwan yang berada dibelakangnya pun ikut berhenti. Salah satu tangan Hanbin yang sejak tadi menganggur memencet pasword pintu apartemen.

"Masuklah."

Begitu pintu terbuka, Hanbin menyuruh Jinhwan untuk masuk ke dalam. Tapi Jinhwan masih berdiri mematung. Tak menuruti perkataan Hanbin.

"Kenapa kau membawa ku kesini ?"

"Sudahlah ayo cepat masuk hyung."

"Apartemen siapa ini ?"

Hanbin yang sudah berdiri di ambang pintu segera menarik tangan Jinhwan. Ia segera menutup pintu begitu ia berhasil membawa Jinhwan masuk ke dalam.

"Duduklah dulu. Aku akan mengambil minuman."

"Kau belum menjawab pertanyaanku Habin-ah."

Kini giliran Jinhwan yang menarik salah satu tangan Hanbin, begitu namja itu hendak berlalu dari dekatnya.

"Apa ?"

"Apartemen siapa ini ?"

"Tentu saja punyaku." Seru Hanbin sambil menepis tangan Jinhwan. Lalu kembali berjalan.

"Kau orang pertama yang ku bawa ke tempat ini."

Hanbin lalu menghilang masuk ke sebuah ruangan. Jinhwan mengernyitkan dahinya. Sejak kapan leadernya itu mempunyai apartemen sendiri ? Selama ini dia tak pernah tau. Bahkan dulu saat dia menjadi kekasihnya pun, Hanbin tak pernah bercerita apa-apa tentang apartemen pribadinya ini.

Jinhwan lalu berjalan masuk ke ruangan. Matanya bergerak-gerak melihat seisi ruangan. Mengamati setiap benda yang ada disana. Ia lalu mendekati sebuah rak dinding yang menempel di samping jendela. Ada beberapa foto yang terpajang rapi. Jinhwan mengamati foto-foto itu satu persatu. Foto Hanbin semasa dia masih kecil, foto Hanbin bersama adik perempuannya, Hanbyul. Dan foto Hanbin bersama keluarganya yang lain.

Bibir tipis Jinhwan bergerak menyimpulkan sebuah senyum manis saat ia menatap foto Hanbin yang sedang menggendong Hanbyul di bahunya. Kedua kakak beradik itu tampak sedang tertawa bersama. Hanbyul kecil yang berada di atas bahu Hanbin dengan kedua tangannya yang mencambak rambut sang kakak. Hanbin tampak menahan sakit meskipun dia tertawa. Foto itu terlihat begitu lucu bagi Jinhwan. Seperti itulah sosok Hanbin yang ia kenal selama ini. Dia tau, Hanbin adalah seorang kakak yang sangat menyayangi adiknya itu. Dia akan selalu tertawa bahagia jika sedang bersama Hanbyul.

Setelah cukup lama memperhatikan foto itu, Jinhwan kembali berjalan melihat-lihat seisi ruangan. Apartemen itu sangat tertata rapi. Apa Hanbin sendiri yang merawat apartemen ini ? Yang benar saja, bukankah selama ini dia sibuk dengan jabatannya sebagai seorang leader di dalam iKON. Dia juga sibuk menulis lagu, mengaransement lagu untuk artist YG lain. Mana ada waktu untuk merawat apartemen ini sendiri ? Kedua mata Jinhwan lalu tertuju ke sebuah benda kecil yang ada di rak TV. Ia lalu mendekatinya, dan meraih benda itu.

"Kau bilang aku orang pertama yang kau bawa kesini.. ciihh." Jinhwan menggerutu pelan. Ia mengamati sebuah jepit rambut cantik yang biasa di pakai oleh para yeoja untuk menghiasi mahkota mereka.

"Lalu apa ini ?"

Jinhwan sedikit merasa kesal dalam hatinya. Bibirnya lalu mencibir ke arah jepit rambut yang ia pegang itu.

"Itu pemberian Lee Hi untuk Hanbyul."

Suara Hanbin mengagetkan Jinhwan. Ia tersentak.

"Aku lupa memberikannya kepada Hanybul."

Mendengar penuturan Hanbin barusan malah membuat Jinhwan bertambah kesal. Lee hi ? Lagi-lagi yeoja itu. Apakah sudah sedekat itu dia dengan keluarga Hanbin ? Jinhwan tak habis fikir.

"Minumlah. Aku tak punya apa-apa di kulkas. Hanya ada minuman kaleng itu saja."

Jinhwan melihat ke arah meja. Dua buah minuman kaleng berada di atasnya.

"Sudah sejauh mana hubunganmu dengan Lee Hi ?"

Entah Jinhwan juga tak tau, kenapa dia tiba-tiba bertanya pertanyaan seperti itu. Tapi jujur saja, dalam diri Jinhwan ia memang penasaran mengenai hal itu. Selama ini ia berusaha untuk tak peduli dengan kedekatan Hanbin dan Lee Hi. Hanya untuk menjaga perasaannya agar dia tidak terluka jika mengetahui lebih dalam tentang mereka. Tapi tetap saja, dalam hati kecilnya dia juga ingin tau.

Hanbin merebahkan tubuhnya di atas sofa. Ia lalu mengeluarkan dua buah ponsel dari sakunya. Ponsel miliknya dan milik Jinhwan yang tadi sempat ia rampas dengan paksa. Melatakan ponsel itu di atas meja.

"Minumlah hyung, mungkin kau merasa haus." Tawarnya dan tidak menjawab pertanyaan Jinhwan tadi.

Jinhwan lalu duduk di sofa yang berbeda dari sofa tempat Hanbin duduk. Tangannya masih memainkan jepitan rambut yang ternyata pemberian Lee Hi untuk Hanbyul.

Suasana mulai hening tak ada pembicaraan. Hanbin yang merebahkan tubuhnya di atas sofa kini sudah memejamkan kedua matanya. Ia tampak kelelahan. Jinhwan yang merasa di abaikan hanya menghembuskan nafasnya kesal. Apa untuk ditinggal tidur seperti ini Hanbin membawanya kesini ? Lebih baik dia ikut latihan bersama yang lain kalau begini. Buang-buang waktu saja.

Tapi di satu sisi Jinhwan mempunyai opini lain. Bukankah situasi seperti ini bisa ia manfaatkan ? Untuk membahas tentang mereka berdua mungkin. Setelah hubungan mereka berakhir, jarang sekali ia berada satu ruangan hanya berdua saja tanpa ada member lain. Mereka juga tak pernah membahas tentang hubungan mereka yang sudah berakhir itu. Tak ada penjelasan dari satu sama lain, tak ada pembelaan dari satu sama lain. Hubungan mereka berakhir begitu saja setelah Jinhwan memutuskan untuk mengakhirinya. Bahkan dia juga belum sempat mengeluarkan alasan-alasan mengapa ia mengakhirinya. Dia hanya meminta Hanbin untuk menerima keputusannya itu. Meminta namja itu untuk melupakan semuanya dan menjalani kehidupan masing-masing tanpa ada status spesial diantara keduanya. Lalu Hanbin, selama ini dia juga tak menjelaskan apa-apa pada Jinhwan. Tentang kedekatannya dengan Lee Hi yang berujung dengan kehancuran hubungannya dengan Jinhwan. Keduanya belum sempat mengeluarkan isi hati mereka selama ini. Mereka hanya mengikuti keputusan salah satu diantara mereka. Dan memendam seribu kata yang tersimpan di hati masing-masing. Mencoba menegarkan diri mereka, menganggap bahwa mereka baik-baik saja. Rasanya jalinan kasih mereka belum terselesaikan dengan baik.

Tapi.. apa masih perlu Jinhwan membahas semua itu ?

"Apa kau membawaku kesini hanya untuk melihatmu tidur ?" Jinhwan memecah kesunyian. Setelah cukup lama ia diabaikan oleh sang pemilik apartemen.

"Haahh.." Deru nafas Hanbin terdengar berat.

"Cepat katakan apa yang ingin kau katakan, setalah itu aku bisa kembali ke dorm."

"Kita kembali ke dorm besok pagi."

"Yaa! Apa kau gila ? Bobby dan yang lain pasti sedang menunggu kita. Kenapa kita belum datang juga ke tempat latihan. Kalau kita kembali ke dorm besok pagi, mereka pasti kebingungan mencari kita."

Dddrrtttt.. dddrrrtttt...

Benar saja, baru saja Jinhwan berhenti bicara ponselnya yang berada di atas meja bergetar. Ada panggilan masuk. Jinhwan segera bangkit dari duduknya, hendak mengambil ponselnya itu. Tapi sayang, Hanbin yang tadi memejamkan matanya itu ternyata lebih sigap dari gerakannya. Dia berhasil menggapai ponsel itu lebih dulu. Dia lalu berjalan mendekati rak, dan memasukkan dua ponsel di tangannya itu ke laci rak. Lalu menguncinya. Sebelum memasukkannya ke laci, ia mematikan ponsel itu lebih dulu.

"Hanbin-ah !" Teriak Jinhwan kesal.

"Sudahlah hyung, aku sedang tak ingin berdebat. Kali ini saja ku mohon turuti mauku."

"Aaiisshh menyebalkan sekali."

Jinhwan menghempaskan badannya kembali ke atas sofa. Tangannya lalu ia lipat di depan dadanya. Ekspresinya seperti anak kecil yang sedang ngambek.

Melihat sikap Jinhwan itu, Hanbin lalu mendekatinya. Ia duduk d samping Jinhwan persis. Namun tak lama setelah itu, ia meletakan kepalanya di atas paha Jinhwan. Tubuhnya ia rebahkan di sisi lain sofa panjang itu.

"Yaa.. kauu..." Jinhwan kaget dengan apa yang di lakukan Hanbin. Seenaknya saja namja itu tidur di atas pangkuannya.

"Tetaplah seperti sini sebentar. Aku merindukan kenyamanan darimu hyung." Seru Hanbin lirih. Ia lalu melipat kedua tangannya di atas dadanya. Kedua matanya kemudian mulai terpejam.

Jinhwan tak bisa bergerak. Aahhh kenapa harus seperti ini. Kenapa Hanbin harus bersikap seperti ini ? Tidakah ini membuat hatinya menjadi tak karuan. Ia menjadi tak bisa mengontrol detak jantungnya lagi dengan baik. Tubuhnya tiba-tiba saja menjadi terasa panas. Raut wajahnya juga mulai memerah. Jinhwan menjadi canggung akan berbuat apa. Dia hanya diam. Menuruti apa kata Hanbin, membiarkan namja itu tidur di pangkuannya.

Kedua mata Jinhwan milirik ke bawah. Mengamati Hanbin yang ada di pangkuannya. Namja itu sudah terpejam. Mengetahui hal itu Jinhwan mulai memberanikan diri mengamati wajah Hanbin secara terang-terangan. Memperhatiakan setiap lekuk wajah mantan kekasihnya itu. Hidungnya yang begitu mancung, kedua alisnya yang tertanam tebal, dahinya yang lumayan lebar menandakan dia benar-benar seorang yang pintar, dan bibir ranum merah yang tampak semakin manis tatkala tersenyum simpul.

Semakin lekat Jinhwan memperhatikan wajah Hanbin, semakin merona pula raut wajahnya. Ini tak boleh dilanjutkan. Bisa-bisa Jinhwan terjatuh lagi pada pesona namja itu. Yang benar saja, setelah hubungan mereka berakhir apa dia mau jatuh cinta lagi pada namja ini ? Namja yang sudah mengkhianatinya. Namja yang mendekati yeoja lain disaat dia masih menjadi miliknya. Namja yang selama ini sudah membuat hatinya menjadi berantakan begitu saja. Tidak. Jinhwan tak boleh membiaran hal bodoh itu terjadi.

Tapi semakin Jinhwan menepis semua itu, semakin berantakan pula fikirannya. Ingatannya tentang masa lalu mereka tiba-tiba saja terlintas di benaknya. Canda tawa mereka dulu. Keseruan meraka dulu jika sedang bercanda bersama. Kejahilan Hanbin dulu saat menggodanya. Masa-masa indah yang dulu sempat mereka lalui. Satu persatu kenangan itu mulai muncul di fikiran Jinhwan. Raut wajah Hanbin yang sedang tertidur di pangkuannya tiba-tiba berubah di mata Jinhwan. Hanbin tampak tersenyum menggoda, lalu tersenyum manis, tak lama setelah itu dia tampak tertawa lebar. Jinhwan segera menggelengkan kepalanya, mencoba menepis halusinasinya itu. Tapi suara gelak tawa Hanbin tiba-tiba terngiang di kepalanya.

Flashback

Jinhwan berlari ke tepi atap gedung begitu ia berhasil membuka pintu atap. Kedua tangannya ia bentangkan lebar untuk menyambut semilir angin senja yang berhembus menyapu kulitnya.

"Huuaaahhh akhirnya aku bertemu angin segar juga." Serunya sambil tersenyum manis. Ia lalu memejamkan matanya, kemudian mengambil nafas dalam-dalam. Setelah itu menghembuskannya pelan.

"Rooftop memang tempat yang paling cocok untuk menikmati senja. Aku sangat menyukainya. Berada di ketinggian seperti ini, menikmati pemandangan kota di waktu senja, melihat matahari yang sebentar lagi akan tenggelam, merasakan semilir angin yang menyejukan. Haahhh cocok sekali untuk melepas lelah setelah seharian ini latihan."

Setelah mengucapkan itu, ia lalu menoleh kebelakang.

"Yaa.. kenapa kau sudah rebahan saja ? Seharusnya kau nikmati dulu udara senja seperti ini Hanbin-ah." Bibirnya lalu mencibir seorang namja yang merebahkan badannya di atas lantai atap. Kedua tangannya terbentang di kanan-kiri. Wajahnya tegak ke atas menatap langit.

"Aku lebih suka menikmati luasnya langit."

Sore itu Jinhwan segera mengajak Hanbin, namja chingunya ke rooftop gedung setelah mereka selesai latihan dance bersama member lain. Jinhwan ingin melepas rasa lelahnya sembari menikmati semilir angin sore hari. Dia juga ingin menikmati pemandangan kota yang tersinari oleh cahaya matahari yang mulai redup. Berbeda dengan Jinhwan, Hanbin sang kekasih malah lebih suka merebahkan tubuhnya tidur di atas lantai atap sambil menatap luasnya langit.

Jinhwan lalu berjalan mendekati kekasihnya. Kemudian duduk di samping Hanbin, meluruskan kedua kakinya kedepan.

"Tidurlah di sampingku."

"Aahh kepalaku malah terasa pusing jika menatap langit luas terus menerus."

"Kau aneh hyung. Dengan menatap luasnya langit seperti ini hatiku malah menjadi terasa tentram. Aku menjadi semakin sadar, bahwa dunia ini sangatlah luas. Buktinya dia memiliki langit yang sangat-sangat luas seperti ini."

"Apa kau ingin mengukur seberapa luas langit itu ?"

"Yaa.. mana bisa hyung."

"Aku bisa."

Jinhwan lalu merebahkan tubuhnya di samping Hanbin. Setelah itu ia mengangkat kedua tanannya ke atas. Telapak tangannya ia buka lebar-lebar. Lalu ia menyipitkan matanya.

"Satu.. dua.. tiga.. empat.. lima.. enam.. tujuh.."

Jinhwan mengukur luasnya langit dari kanan ke kiri menggunakan telapak tangannya. Tangannya yang mungil itu bergerak mengikuti setiap hitungan yang keluar dari mulutnya.

"Tujuh jengkal." Serunya kemudian.

"Ternyata langit yang kau anggap luas itu hanya seluas tujuh jengkal tanganku."

"Hahahaaa.. hyung-ah. Mana bisa kau mengukurnya begitu."

Hanbin tertawa mengejek. Ia lalu meniru apa yang Jinhwan lakukan tadi.

"Satu.. dua.. tiga.. empat.. lima.."

"Kenapa cuma lima Binie ?"

"Hyung,, apa kau tak bisa membedakan tangan ku dan tangan kecil mu ini ?"

Hanbin memegang tangan Jinhwan. Ia lalu mengukur perbedaan telapak tangannya dan milik kekasihnya itu.

"Satu jengkal tanganmu sangat berbeda dengan satu jengkal tanganku. Apa kau lupa tanganmu sangatlah kecil ?"

Hanbin lalu tertawa.

"Aaiisshh kau selalu menghina tanganku yang kecil ini."

"Salah siapa kau mengukur langit dengan hal konyol begitu. Hahaa.."

Lagi-lagi Hanbin tertawa. Tawanya kali ini membuat Jinhwan cemberut. Ia lalu bangkit dari tidurnya dan duduk kembali seperti tadi.

"Gumawo hyung." Seru Hanbin setelah tawanya mereda.

"Kau selalu membuatku tertawa. Rasa lelah yang aku rasakan menjadi tak terasa lagi jika sudah bersamu begini."

"Cciihh, baru saja kau mengejekku sekarang sudah merayuku saja."

"Aku butuh paha mu hyung."

"Mwo ??"

"Kepalaku sakit jika tidur di atas ubin terus. Kalau begini kan empuk." Hanbin sudah meletakkan kepalanya dia atas paha Jinhwan.

"Yaa.. manja sekali kau Binie-ah."

"Biarkan saja. Aku kan kekasihmu." Seru Hanbin lalu menjulurkan lidahnya ke arah Jinhwan.

Jinhwan yang melihatnya lalu tersenyum. Sikap manja Hanbin membuat rasa kesalnya yang tadi sempat muncul menjadi menghilang. Ia kini malah merasa gemas dengan namjachingunya itu. Tanganya lalu mengelus kepala Hanbin. Membelai rambutnya penuh kasih.

"Aku mencintaimu hyung."

"Ne."

"Aku mencintaimu hyung."

"Sudah tau."

"Hyung, aku mencintaimu."

"Aku sudah tau Hanbin-ah."

"Yaa.. jawablah seperti biasanya hyung. Aku ingin mendengarnya."

"Aku juga sangat sangat sangat sangattt sangaaaaatttttt mencintaimu Hanbin-ah."

Hanbin tersenyum lebar mendengarnya. Dia lalu mengecup perut Jinhwan yang berada di samping wajahnya.

Cupp.

"Gumawo hyung."

Ia lalu merubah posisi tidurnya miring kesamping. Membuat wajahnya menghadap ke perut Jinhwan. Salah satu tangannya lalu melingkar ke pinggang Jinhwan. Memeluknya erat.

Jinhwan hanya menatap kekasihnya itu. Senyum manis terhias di wajahnya. Dia sangat bahagia, memiliki seorang kekasih seperti Hanbin. Namja aneh yang kadang membuatnya kesal namun dengan sangat cepat mampu membuatnya bahagia. Namja yang kadang bersikap manja kepadanya namun juga selalu bisa memanjakan dirinya juga. Namja yang mencintainya dengan sepenuh hati. Dan namja yang sangat sangat Jinhwan cintai.

Flashback end

"Berhentilah menatapku hyung, kau membuatku tak bisa terlelap tidur."

Suara Hanbin membangunkan lamunan Jinhwan. Ahh sejak tadi dia memang menatap Hanbin lekat-lekat. Bagaimana dia bisa berhenti menatap Hanbin, jika wajah namja itu berada di bawah penghlihatannya seperti ini. Hanbin memang tak tau diri, seenaknya saja tidur di paha Jinhwan. Seenaknya saja meminta Jinhwan untuk membiarkan hal itu sebentar saja. Heyy, ini sudah lebih dari sebentar. Bisa-bisa kaki Jinhwan kram kalau harus menopang kepalanya lebih lama.

Tapi bisa apa Jinhwan. Apa dia harus mendorong kepala Hanbin agar pergi dari pangkuannya itu. Atau sekalian saja menjatuhkan tubuh Hanbin ke lantai. Tapi naasnya Jinhwan tak sampai hati untuk melakukan hal itu. Dia akhirnya merebahkan pugunggnya bersandar di sofa. Baiklah Jinhwan akan membiarkan hal ini. Kita lihat saja sampai berapa lama Hanbin akan menganggap pahanya itu sebagai sebuah bantal.




☆☆☆



Cepet amat yaa author comebacknya.. hehee
Lagi pengen nglanjutin aja nih. Mian low makin gak jelas ceritanya.. mian low chapter nya pendek..
see you 👋👋

Continue Reading

You'll Also Like

950K 77.7K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
9.7M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
955K 57.9K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
30.3M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...