Between Me And You

By kim_nann

26.3K 2.5K 446

"Jika mencintaimu akan membuat hati orang lain terluka, maka meninggalkanmu adalah hal yang paling membuatku... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Survey... :)
Chapter 23 - End
Epilog
Last Page

Chapter 10

892 92 11
By kim_nann

Jinhwan menangkupkan kedua tangannya di atas dada. Pandangannya lurus ke atas, ke langit-langit kamarnya. Lampu kamar sudah ia matikan. Tinggalah lampu meja kecil yang menyala remang menyinari ruangan. Waktu sudah menunjukan pukul 1 malam. Tapi kedua matanya belum juga terpejam.

Saat ini fikirannya seperti sedang dilema. Dia sendiri juga tak tau kenapa dia harus repot-repot memikirkan hal yang beberapa hari ini sudah jarang sekali singgah di fikirannya. Dia sudah berusaha tak peduli, tapi sepertinya usahanya sia-sia.

"Aaiisshh ayolah Kim Jinhwan, berhentilah memikirkan dia. Bukankah dari kemarin kau sudah berhasil melupakannya ?" Serunya terdengar mengeluh pada dirinya sendiri. Kedua matanya lalu terpejam.

"Tapi tatapan matanya tadi ? Ucapannya tadi ? Kenapa sangat mengganggu fikiranku ?"

Kedua mata Jinhwan kembali terbuka. Dia gagal lagi untuk menuju alam mimpinya.

"Aku tau tatapan mata yang seperti itu. Kau pasti sedang menyimpan masalah Hanbin-ah." Seru Jinhwan lirih.

Hatinya kembali merasakan perasaan yang dulu sering menyinggahinya. Perasaan sakit disaat ia melihat orang yang dulu sangat ia cintai itu sedang bersedih. Moment-moment bersama Hanbin di kala dulu melintasi khayalannya. Ingatannya flashback ke cerita cintanya dulu.

"Stop Kim Jinhwan !"

Jinhwan memukul kepalanya pelan. Lalu menggelengkan kepalanya itu. Dia berusaha menepis semua ingatan yang mencoba hadir ke fikirannya saat ini.

"Sudahlah.. lupakan semuanya. Ini sudah berakhir Jinhwan. Lebih baik aku tidur sekarang. Besok ada schedule take vocal, aku tak boleh bangun kesiangan."

Jinhwan langsung menutup kepalanya dengan selimut tebal yang tadi hanya menutupi kaki hingga dadanya saja. Ia pejamkan matanya itu dalam kegelapan di balik selimut.

Tok Tok Tok

Namun belum ada satu menit matanya terpejam, terdengar suara ketukan pintu. Jinhwan membuka selimutnya dari kepalanya. Wajahnya tampak mengernyit keheranan.

"Jinhwan hyung, apa kau sudah tidur ?"

Itu suara Junhoe. Jinhwan langsung mengenal suara serak yang terdengar pelan itu. Baru saja dia hendak menyahut, pintu kamarnya terbuka pelan. Junhoe sudah membuka pintu yang memang tak pernah Jinhwan kunci itu.

"Ada apa June-ya ?" Tanya Jinhwan sambil menatap namja tinggi yang berjalan ke arahnya itu.

Junhoe berjalan mendekat ke arah tempat tidur. Ia langsung merebahkan tubuhnya di samping tubuh mungil Jinhwan. Badannya sudah menelusup masuk di balik selimut tebal Jinhwan.

"Yaa! Kenapa kau kesini ? Apa Yunhyeong memarahimu lagi ?" Jinhwan kembali bertanya meskipun pertanyaannya tadi belum juga di jawab oleh Junhoe. Dia berusaha menggeser tubuhnya, memberi ruang untuk tubuh Junhoe.

"Aku yakin malam ini kau tak akan bisa tidur, makanya aku datang kesini untuk membuatmu tidur nyenyak hyung."

Jinhwan nampak heran dengan jawaban Junhoe. Ia menatap wajah Junhoe.

"Apa maksudmu ?"

"Sudahlah, aku tak perlu menjelaskannya. Tapi perkataanku tadi benar kan ?" Junhoe merubah posisi tidurnya. Ia memiringkan tubuhnya ke arah Jinhwan. Sehingga membuat matanya itu lebih leluasa melihat setiap lekuk wajah Jinhwan. Ia diam menatap Jinhwan, menunggu sebuah jawaban dari hyungnya tersebut.

Jinhwan mengambil nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya cepat. Apa yang Junhoe katakan memang benar. Dia memang tak bisa tidur.

"Entahlah aku juga tak tau kenapa."

Mendengar jawaban Jinhwan itu, Junhoe langsung merasakan sakit di dalam dadanya. Ternyata dugaannya benar. Kedatangannya ke kamar Jinhwan malam-malam begini berarti sama sekali tak sia-sia. Ia harus berbuat sesuatu, agar keadaan tidak semakin buruk.

Ternyata dugaanku benar. Mungkin memang kau belum bisa melupakannya hyung. Perasaan itu mungkin masih ada.

Tatapan mata Junhoe terus saja menatap wajah Jinhwan yang berada tepat sekali di depannya. Sinar remang lampu meja kamar membuat lekuk wajah Jinhwan semakin indah dimatanya. Inilah sosok namja yang sudah lama Junhoe cintai. Sosok yang selalu saja mampu menyita semua perhatiannya selama ini. Yang kapan saja mampu membuat hatinya merasa bahagia dan sedih tiba-tiba. Seperti saat ini.

"Hyung." Panggil Junhoe pelan dan terdengar lembut.

"Hhhmm." Jinhwan menolehkan wajahnya agar bisa menatap Junhoe yang berada di sampingnya.

Tatapan mereka beradu. Jinhwan bisa melihat dua bola mata Junhoe yang sangat indah. Sorot mata yang mengartikan ada sebuah ketulusan disana. Jinhwan akui, selama ini Junhoe sudah sangat membantunya dalam melupakan Hanbin. Dia selalu ada membuatnya tertawa. Dia juga sempat membuatnya merasa lebih kuat menjalani rasa sakit yang Hanbin berikan. Mungkin jika tanpa Junhoe, dirinya tak akan semudah ini mehilangkan rasa sakit di hatinya itu.

Junhoe belum juga bersuara lagi. Walaupun Jinhwan sudah menatap ke arahnya.

"Wae ?" Tanya Jinhwan.

"Cobalah untuk mencintai orang lain selain dia."

Jinhwan kaget mendegar ucapan Junhoe. Jantungnya langsung berdegub kencang. Apa maksud perkataan Junhoe ? Sampaj sedalam itukah Junhoe mengetahui isi hatinya ? Yang memang saat ini Jinhwan sendiri juga belum bisa menyimpulkan bahwa dia memang benar-benar sudah tak mencintai Hanbin sama sekali. Dia hanya diam, tak membalas ucapan Junhoe. Perasaan bingung langsung melanda hatinya. Kedua matanya sepertinya sudah tak kuasa untuk menatap ke arah Junhoe lagi. Karena kedua mata Junhoe menatapnya dalam, benar-benar dalam. Jinhwan langsung menolehkan kembali wajahnya. Dia menatap kembali langit-langit kamar.

Tapi ternyata Junhoe tak mengijinkannya melakukan hal itu. Tangan kanan Junhoe tiba-tiba sudah memegang pipi kirinya. Tangan itu segera membawa wajah Jinhwan agar menoleh kembali ke arahnya.

"Hyung." Junhoe memanggilnya kembali. Masih terdengar pelan dan sangat lembut.

Jinhwan tak berkutik. Entah mengapa dia menjadi terpaku tak sanggup untuk menggerakan lehernya kembali. Jantungnya berdegub semakin kecang. Dia merasa sangat grogi. Jika lampu kamar masih menyala terang, mungkin Junhoe bisa melihat raut wajahnya yang memerah. Tatapan tajam Junhoe semakin membuatnya bingung. Ia benar-benar merasa tak berdaya lagi. Tangan hangat Junhoe masih berada di pipinya, menahan wajahnya agar tak menoleh kemanapun.

Perlahan Jinhwan mulai menyadari wajah Junhoe yang bergerak pelan mendekat ke arahnya. Dia tak tau apa yang akan Junhoe lakukan. Jinhwaa hanya diam, karena memang dia tak sanggup untuk bergerak. Junhoe membuatnya benar-benar membeku. Terpaku tak kuasa untuk berbuat apa-apa. Degub jantungnya sudah berdetak sangat kencang. Wajahnya terasa panas. Jarak wajah Junhoe semakin dekat dan semakin dekat. Tatapan mata Junhoe juga semakin lekat. Jinhwan sudah tak kuasa lagi membalas tatapan itu. Ia memilih untuk memejamkan kedua matanya, menghindari tatapan tajam tersebut. Dan tak lama setelah matanya terpejam. Jinhwan merasakan sesuatu yang kenyal dan hangat menempel di bibirnya. Junhoe mencium bibir tipisnya.

Dengan posisi tangan Junhoe yang masih berada di pipinya, membuat Jinhwan tak bisa menggerakan kepalanya ke arah lain. Dia membiarkan bibir Junhoe mengecup bibirnya. Kecupan itu cukup lama. Junhoe menempelkan bibirnya ke bibir Jinhwan. Ia membiarkan hal itu terjadi beberapa saat. Sampai pada akhirnya ia mulai melumat bibir bawah Jinhwan pelan.

Jinhwan diam. Ia tak bergerak sedikitpun. Matanya masih terpejam. Bibirnya juga sama sekalai tak membalas lumatan bibir Junhoe. Apa yang Junhoe lakukan itu membuatnya merasa shock. Dongsaengnya yang ia kenal sangat ceroboh ini saat ini sedang menciumnya. Junhoe, namja tinggi yang akhir-akhir ini membuatnya tertawa lepas. Namja tampan yang waktu itu berjanji pada dirinya bahwa ia akan membuatnya berhenti mencintai Hanbin. Dan saat itu juga fikiran Jinhwan mulai menyimpulkan satu hal. Mungkin inilah cara Junhoe membuatnya berhenti mencintai Hanbin. Dengan membuatnya menjadi mencintai dirinya. Seperti apa yang Junhoe katakan tadi, saat ia dia berkata cobalah untuk mencintai orang lain selain Hanbin. Yaa.. kini Jinhwan mengerti semuanya.

Lumatan bibir Junhoe terasa sangat lembut. Ia seperti menyalurkan arti penuh di ciuman itu. Tapi sayang, Jinhwan masih diam tak merespon setiap ciuman lembut Junhoe. Karena fikirannya terlalu sibuk berfikir hal tadi. Dan saat Jinhwan mulai mengerti semuanya, dan berniat untuk membalas ciuman itu ternyata Junhoe malah melepas bibirnya dari bibir Jinhwan. Dia mengakhiri ciuman sepihaknya itu.

Junhoe memundurkan wajahnya. Ia kembali ke posisinya semula. Saat itu juga Jinhwan kembali membuka kedua matanya yang tadi terpejam. Ia langsung melihat wajah Junhoe. Raut wajah itu tampak menyedihkan. Jinhwan bisa mengartikan raut wajah itu. Ada perasaan sedih penuh kekecewaan di sana.

"Tidurlah hyung, ini sudah malam." Seru Junhoe tak lama setelah itu.

Jinhwan diam, masih menatap ke arah Junhoe. Tiba-tiba saja ia merasa bersalah tak membalas ciuman Junhoe tadi. Dia bisa melihat raut kekecewaan di wajah itu.

"June-ya.."

"Hhhmmm."

Miris sekali, Jinhwan benar-benar merasa bersalah. Raut wajah Junhoe sudah berubah. Bahkan dia hanya menyahut -hhmm- saat Jinhwan memanggilnya.

"Miane." Ucap Jinhwan lirih.

Mendengar hal itu, Junhoe langsung menatap Jinhwan kembali. Tangannya lalu bergerak mendekat ke wajah Jinhwan. Ia membelai pipi Jinhwan lembut.

"Untuk apa kau meminta maaf padaku hyung ? Seharusnya aku yang mengucap maaf karena sudah lancang menciummu."

"Kenapa kau berani mencium ku ?"

Junhoe kaget mendengarnya. Kenapa Jinhwan harus bertanya seperti itu ? Ini pertanyaan jebakan bagi Junhoe. Dia harus menjawab apa ? Tidak mungkin dia jujur akan perasaannya selama ini. Ini belum waktunya.

"Sudahlah ayo kita tidur, ini sudah malam. Besok kita ada schedule take vocal bisa-bisa nanti kita kesiangan." Junhoe mengalihkan pembicaraan, karena dia tak tau akan menjawab apa. Ia lalu membenarkan selimut yang menutupi tubuh Jinhwan.

Walaupun ia tak mendapat jawaban atas pertanyaannya tadi, tapi Jinhwan tak bertanya lebih lanjut lagi. Dia diam tak bersuara lagi. Membiarkan tangan Junhoe membenarkan selimut yang menutupinya. Matanya lalu terpejam. Mungkin ini memang bukan waktunya untuk membicarakan hal tadi. Junhoe juga sepertinya tak mau membahasnya.

Tangan Junhoe membelai pipi Jinhwan lembut begitu Jinhwan sudah menutup kedua matanya. Ia mengamati wajah mungil itu lekat-lekat.

"Aku akan selalu ada untukmu hyung." Seru Junhoe.

Jinhwan akhirnya membuka matanya kembali. Tapi tangan Junhoe sudah dengan sigap menutupi matanya itu.

"Tetaplah pejamkan matamu hyung. Kau cukup dengarkan saja apa yang akan aku katakan." Tak lama setalah itu tangan Junhoe berpindah dari depan mata Jinhwan. Jinhwan ternyata menuruti ucapannya tadi. Matanya kini terpejam kembali.

"Jangan pernah kau simpan luka itu seorang diri. Katakan jika memang kau sangat terluka dengan perasaanmu. jangan kau lukai hatimu sendiri. Lepaskan apa yang memang seharusnya pantas untuk kau lepaskan. Tak usah kau pertahankan apa yang sudah menyakitimu. Fikirkan akan kebahagianmu hyung. Ciptakanlah kebahagian yang sudah kau rindukan selama ini. Tak usah lagi kau tengok masa lalumu, jika itu malah membuatmu semakin merasa sakit. Jangan kau posisikan dirimu kedalam kebimbangan. Cukup kau putuskan satu hal saja."

Ucap Junhoe penuh dengan kelembutan. Suara seraknya membuat perasaan Jinhwan bergetar. Apa ini ? Kenapa hati Jinhwan jadi terasa berbeda ? Ada apa dengan ucapan Junhoe barusan ? Sepeduli itukah Junhoe terhadap dirinya ?

"Ku mohon berhentilah memikirkannya. Aku tak mau melihat kau terluka lagi hyung. Karena disaat kau terluka saat itu juga aku ikut terluka."

Jinhwan semakin bingung. Dia sungguh tak mengerti dengan maksud dari ucapan Junhoe itu. Atas dasar apa Junhoe mengucapkan hal itu ? Bukankah dia hanya sebatas dongsaeng untuknya, tapi kenapa sepeduli ini dia kepadanya ? Apakah Junhoe menyimpan perasaan untuknya ? Tapi Jinhwan sama sekali tak mendengar Junhoe berkata bahwa ia menyukainya. Jadi tidak semudah itu dia bisa menyimpulkannya.

Cup.

Junhoe mengecup kening Jinhwan.

"Tidurlah yang nyenyak hyung. Semoga kau mimpi indah."

Kecupan Junhoe di dahinya terasa sangat lembut sekali bagi Jinhwan. Ia mulai merasakan ketenangan di dalam hatinya. Apa yang tadi menganggu fikirannya kini dengan mudah ia tepiskan. Sudah, ia tak mau memikirkan hal itu lagi. Dia sudah merasa nyaman seperti ini. Kecupan Junhoe sangat membuatnya merasa damai. Dia tak peduli lagi dengan kebingungannya tadi. Terserah saja atas perasaan Junhoe yang menyukainya atau tidak. Yang penting kali ini ia mulai merasa nyaman. Berada di samping Junhoe seperti ini. Ketenangan dan kenyamanan yang ia rasakan akhirnya membuatnya dengan mudah terlelap ke alam tidurnya.

☆☆☆


Junhwan moment hadir lagi 😊
seperti yang author bilang waktu itu, habis ini bakalan lebih banyak Junhwan moment. Heheee
Tapi tunggu duluu,, ini belom ending yaa. Jadi buat Binhwan shipper jangan pada kabur yaaa.. tetep terus ikutin kelanjutan ini FF. Soalnya nanti masih ada Binhwan moment lagi lhoo.. Bener dehh nanti masih banyak Binhwan moment lagi. Author udah siapin.
Bocoran dikit deehh, di chapter nanti gak tau chapter berapa author mau kasih 'nc' 😂😂
Kira-kira 'nc' Binhwan atau Junhwan yaaa ????
Yyukkk coment
thanks buat yg udah setia kasih vote 😙

Continue Reading

You'll Also Like

15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
9.7M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
8.3M 518K 34
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
676K 32.5K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...