-AFTER RAIN-

By andinienggar

41.1K 1.7K 50

{(COMPLETED}) Pasti di antara kalian ada yang suka hujan. Yah pasti banyak. Hujan itu indah. Ketika menikmat... More

Sekolah Baru
Teman Baru
jawaban masalalu yang terungkap
Lapangan Basket
Mobil Sport metalik
Jus alpukat
Karena Matematika wajib
Meet again
secangkir kopi hitam
x²-5x+4 = jadian yuk?
Dia kembali (again?)
one day full with most wanted ( Aldo)
Melatiku kembali
dua pangeran berkuda putih
malam penerbitan (part 1)
malam penerbitan (part 2)
three hopes (Lian)
Hukuman yang mengesankan
Lian tidak membenci hujan (lagi)
pertama dan terakhir (part 1)
pertama dan terakhir (part 2)
pertemuan yang tak di sangka
Gubuk Impian
penculikan paling indah (part 1)
penculikan paling indah (part 2)
Danau Pelangi
Pengakuan sebenarnya
not me
but she
kebenaran perasaan
kepergian (lagi)
penghindaran
penjelasan dan kejelasan
with you
Update Instagram ( Rano)
Surprise for you
bertemu lagi
Menghilang
dua hati satu cinta
terulang kembali
pernyataan dan kepergian
Kotak merah dan pesan singkat
Dear Desky
After Rain .. (end)
Extra part
PENTING!

cooking

824 40 0
By andinienggar

Sehabis pulang sekolah, gerombolan kurcaci yang kurang 3 anggota itu memutuskan untuk ke kantin ngapel pak encus duluan.

"Eh eh lo tau kaga?" Lian menatap Anya. Tangannya sibuk mengaduk mie ayam yang ada di depannya

"Kaga" jawab Anya polos

"Ah elo mah" jawab Lian lesu

"Ya kan elo belum ngasih tau bego" Katrin menjitak kepala Lian

"Oh iya ya" Lian meneplak jidatnya sendiri

"Lo tadi mau bilang paan?" Nadin menyerutup jus jambunya. Enggak nyerutup deng. Cuma mainin sedotannya aja.

"Gue punya berita" muka Lian berubah menjadi muka serius

"Happy or bad?" Nadin mencomot bakwan dan menatap Lian dengan tatapan serius

"Happy dong" Lian kegirangan

"Paan emang?" Katrin melahap bakso yang tinggal sebutir itu.

"Minggu depan itu gue .. "

"Terus? Apa hubungannya sama gajah lompat?" semprot Nadin

"Gue belum selesai ngomong nyonya Nadinku sayangku unyu-unyuku" Lian mencubit pipi Nadin gemas

"Adau, sakit bego" Nadin mengelus elus pipinya yang tembem kaya bakpao itu.

"Terus-terus ?" Anya antusias

"Minggu depan itu novel gue mau di terbitin." Lian tersenyum sumringah

"Seriusan?! " Anya mendebrak mejanya

"Buset. Biasa aja neng. Lo hampir bikin jantung gue copot" Lian menghela nafas panjang

"Ya gak papa. Yang penting bukan hati no yang copot? Entar gak bisa ngerasain jatuh cinta samaa Rano lagi" Anya tersenyum licik

"Sekali lagi elo nyebut Rano, gue jejelin elo pake ini" Lian mencopot sepatunya dan menujukkan ke arah Anya

"Ampun neng" Anya nyengir

"Eh tapi seriusan bro, novel elo mau di terbitin?" Katrin menatap Lian. Intens.

"Iyalah. Sejak kapan gue bohong sama lo pada?" Lian menatap temannya satu persatu

"Iya juga sih. " Nadin mangut mangut

"Kok ada ya yang mau nerbitin novel lo?" Katrin berpikir keras

"Iya juga sih. Elo kalo ngomong ada benernya juga" Nadin mangut-mangut membenarkan kata-kata Katrin

"Ah elo mah pada gitu" Lian melengos

"Acaranya kapan? Malem?" Nadin menyerutup es tehnya

"Yups! Dan kalian gue undang jadi tamu spesial" Lian tersenyum gembira

"Oke bos"

"Siyap"

"Wokee bro"

Lian iseng mengambil handphone dari sakunya. Ia membuka handphonenya.

Notif? dari Rano? Ngapain lagi sih nih anak?! Lian berdecak kesal.

Elo harus ke rumah gue. Sekarang. Gak ada tapi-tapian. Gak ada mampir-mapiran. Pokoknya elo ke rumah gue. Gue tunggu. Masih inget janji lo kan?

" Aishh! Nih orang maksa banget sih!? " Lian kesal

"Emm.. Teman teman dan saudaraku semua. Maafin eneng yak. Eneng mau pergi dulu" Lian mengambil tasnya

"Eitss! Mau kemana lo? Sibuk banget sih akhir-akhir ini?" Nadin menahan tangan Lian

"Egg, anu gue ada urusan. Ya pokoknya ada. Pan kapan gue ceritain tapi bukan sekarang. Tunggu waktu yang tepat" Lian melambai-lambaikan tangan ke arah teman-temannya dan ngeloyor gitu aja.

***

"Tokk! Tokk!! Tok!!! Aloo. Assalammualaikum" Lian mengetuk pintu rumah besar itu.
Drrttt drttttttt drttttttt

Masuk aja. Gue ada di dapur. Males gue bukain pintu. Mager. Pintu kaga di kunci :) .

"Tuh kan, udah gue bilang. Di rumah ni anak, tamu itu adalah raja yang merangkap jadi pembokat" Lian

Lian memasuki rumah besar itu persis kaya masuk ke dalam rumah hantu yang super duper mengerikan (tuh kan lebay). Sejujurnya Lian masih kagum sama rumah besar itu. Ia melangkah menuju dapur. Di lihatnya seorang cowok yang sedang duduk di bangku tinggi. Tampaknya cowok itu sedang membalik balikkan sesuatu.

"Ekhem" Lian berdehem

"Oh udah dateng tuan putri?" Rano membalikkan posisi duduknya. Sekarang posisinya berhadapan dengan Lian.

"Ya ampun sumpah. Keren banget dah ni orang." muka Lian berubah jadi mupeng

"Mengagumi wajah gue? Hm? "

"Egg, enggak lah" jawab Lian setengah kaget

"Lo tau tugas lo kan?" Rano menaikkan alisnya sebelah

"Ya kagalah. Orang lo gak kasih tau. Gue tiba-tiba suruh ke rumah lo. Ngatur-ngatur gue lagi" Lian kembali ke habitat aslinya. Judes. Cuek.

"Oke. Sekarang gue laper."

"Lha terus? Apa hubungannya sama gue dateng ke sini?" Lian menggerutkan dahinya

"Bisa masak kan?"

"Emang napa?"

"Ya jawab aja. Tinggal jawab aja susah banget sih tuan putri" Rano tersenyum miring

"Bisalah" jawab Lian datar

"Nah. Sekarang masakin gue makan siang. Yang enak ya tuan putri. Kalo gak enak ada hukumannya" Rano tersenyum licik

"Emang lo siapa gue? Ngatur-ngatur gue ?" Lian melengos

"Pacar gue nona Desky" jawab Rano enteng

"Ngarep banget!" jawab Lian ketus. Ketika Lian mendengar kata pacar, ia baru sadar kalo ia sekarang udah melepas status predikat JOMBLO di dirinya. Karena ia telah memberikan hatinya ke Aldo. (Cie cie yang udah gak jomblo, gue aja jomblo. Gak deng. Di gantungin )

Yang di cela malah cuma bisa senyum senyum gak jelas kaya orang agak kurang waras.

"Ngapain lo masih di sini?"

"Liat lo masak lah" Lian membalik balikkan buku yang ada di depannya.

"Gue gak bisa masak kalo lo pantegin kaya gitu" Lian menatap Rano tajam

"Dan gue mau liat elo masak nona Desky. Ini rumah gue. Permainan di pegang sama gue. Jadi elo nona Desky harus ikutin permainan gue" Rano mengedipakan sebelah matanya

"Rese lo!" Lian membuang muka ke depan membelakangi Rano.

Lian memandang peralatan yang ada di depannya saat ini. Bersih. Terawat. Jarang banget kan ada seorang cowok, di rumah sendiri, gak ada pembantu, dan elo tau apa yang terjadi di dapurnya? Bersih banget. Kalo kalian jadi Lian pasti gak nyangka juga.

"Kagum sama dapur gue nona Desky? Hm? " suara ngebas itu terdengar lagi di telinga Lian

"Em kaga sih. Cuma gak nyangka aja, elo kan cowok, tapi dapur elo bersih banget. Terawat." sumpah kali ini Lian jawab tulus dari hatinya

"O" Rano ber o ria.

Lian kembali memposisikan badannya ke posisi semula. Ia mulai mengambil bahan-bahan makanan. Dan mulai menyulapnya menjadi sesuatu yang mengenyangkan dan memanjakan lidah. Dari kejauhan, Rano mengamati setiap jengkal gerak gerik Lian. Rambutnya yang di cepol ke atas dengan asal dengan rambut kecil yang berkeliaran di mana-mana, muka yang cemong sana sini, persis deh kaya ibu-ibu yang sibuk bergelut dengan masakannya.

"Elo memang cocok jadi ibu dari anak-anak gue nona desky" Rano tersenyum tipis.

Lian yang denger kata-kata itu langsung spontan kaget. Entah kenapa jantungnya berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya. Tapi ia sebisa mungkin menetralisir jantungnya itu.

"Oke Lian. Inget! Elo udah gak jomblo! Elo udah milik orang lain! Dan jantung ayolah bersahabatlah sama gue kali ini aja" Lian membatin dalam hati

"Nih, makanannya udah jadi" Lian menaruhnya di meja. Dan ikut duduk di kursi tinggi berhadapan dengan Rano.

"Ini kaga lo kasih racun tikus kan?" Rano mengamati makanan yang ada di depannya dengan seksama.

"Emang gue setega itu? Tampang gue ada tampang kriminalnya?" Lian menunjuk mukanya sendiri dengan telunjuknya

"Dikit" Rano menjawab kaya orang gak punya salah

Lian menjitak kepala Rano dengan semangat 45.

"Adau!! Sakit bego" Rano mengelus elus kepalanya

"Salah siapa ngatain gue tampang kriminal? Udah di buatin makanan, kaga trima pula!?" Lian tampak gemas dengan Rano. Mungkin kalo di ibaratin gunung, Lian sudah mencapai status awas.

Rano mencoba masakan buatan ala Lian. Entah apa yang di rasakan Rano. Tapi jujur. Masakan Lian emang enak.

" gue tau ada yang beda dari masakan yang elo bikin. Dan yang beda adalah bikinnya pake perasaan elo nona desky " Rano tersenyum tipis.

"Perasaan? Perasaan lo peang!?" Lian menoyor kepala Rano

"Cantik-cantik main kasar" Desis Rano sambil memegang kepala yang habis di toyor Lian

"Bodo!" Lian melengos dan ngeloyor gitu aja dari dapur

"Elo cantik kalo lagi marahin gue nona Desky " Rano tersenyum dalam hati.

Rano menyusul Lian yang sudah ngeloyor gitu aja dengan membawa kamera canon kesayangannya. Matanya nanar mencari sosok Lian di lantai 1, tapi hasilnya nihil. Otaknya berpikir. Bakat cenayangnya mengatakan bahwa gadisnya berada di lantai 4. Rano memasuki lift tabung. Memencet tombol menuju lantai 4. Dan dalam hitungan detik ia sampai di lantai 4. Dan benar saja, seorang Lian tengah berdiri di dekat dinding yang terbuat dari kaca. Pandangannya lurus kedepan memandang hamparan taman bunga, sawah-sawah, dan gunung yang tampak kecil dari rumah lantai 4 pemilik mata biru itu. Rano menghempaskan pantatnya di sofa hijau tosca favoritnya. Di arahkannya camera canonnya itu ke satu objek di ujung sana. Yah objek itu tak lain dan tak bukan adalah Lian. Rano memotret Lian beberapa kali dengan sudut pandang berbeda. Di letakannya cameranya itu di meja. Ia lalu menghampiri Lian dan berdiri di samping Lian persis. Lian yang sadar akan kedatangan Rano hanya diam mematung. Pandangannya tetap tidak berpaling dari pemandangan di depannya.

"Apa pemandangan itu lebih menarik dari pada gue?" suara ngebas Rano keluar

"Pastinya" jawab Lian datar.

Hening. Suasana sangat hening. Atmosfer dingin itu seakan sulit di pecahkan di antara keduanya. Lian berjalan menuju balkon di ikuti Rano yang menguntit di belakangnya bagaikan anak ayam yang mengekor induknya. Lian termenung di sisi tengah pinggir balkon itu. Matanya kembali fokus ke depan. Diikuti Rano di sampingnya. Tiba-tiba ada sesuatu yang menarik mata Lian. Yaitu bangunan besar nan megah persis kaya rumah yang sekarang ia pijaki. Tetapi bedanya rumah itu berwarna merah marun berpadu hitam. Yah elegan sekali. Bangunan itu berada di sebrang taman rumah Rano. Tapi masih dalam lingkup beteng dan gerbang rumah Rano.

"Itu rumah elo?" Lian yang penasaran akhirnya menanyakan hal itu ke Rano. Tangan kanannya menunjuk rumah yang di maksud

"Bukanlah"

"Lha terus?"

Entah kenapa ketika Lian menunjuk sosok rumah yang ada di sebrang sana hatinya merasakan kerinduan yang dalam sekali terhadap sahabatnya itu. Memori otaknya mengajak untuk membuka satu lipatan kecil kenangan bersama sahabatnya dulu. Sungguh ia sangat rindu. Sudah 3 tahun ia tidak bertemu.

"Halo? Sini ada yang ngomong" Lian melambai lambaikan tangnnya di depan muka Rano. Yang membuat Rano sesegera mungkin menghilangkan gelembung gelembung kenangan yang datang memenuhi pikirannya.

"Eg.. Rumah sahabat gue" jawab Rano singkat.

Maafin gue des. Gue belum bisa cerita sekarang. Tapi nanti kalo udah saatnya gue bakalan ceritain semuanya. Maaf. Rano membatin dalam hati.

"Oh, lha sekarang dia kemana? "

"Jerman"

"Ngapain?" Lian semakin penasaran

"Pengobatan penyembuhan penyakit jantungnya" Rano tertunduk lesu. Lemas. Ia selalu begitu tiap kali mengingat sahabatnya.

"Dia seumuran kita?"

"Iya"

"Kasian banget. Gue harap dia cepet sembuh" Lian tersenyum ke arah Rano yang tertunduk. Yang di senyumin juga langsung mengangkat kepalanya dan membalas dengan anggukan mantap. Suasana kembali hening. Angin sore mulai berebutan masuk ke dalam celah celah kaos yang Lian kenakan. Rambutnya terhempas angin pelan. Membuat rambut lurus nan hitam itu seperti melambai lambai. Yah indah sekali. Lian begitu indah bagi seorang Rano.

"Ran?" leher Lian sepertinya enggan untuk menengok

"Hmm?"

"Boleh nanya?"

"Boleh"

"Kalo elo, 3 hal yang paling elo suka di dunia ini apa? "

"Oh, senja, matahari terbit dan.." Rano tak melanjutkan perkataannya. Pandangnnya kini menerawang jauh ke depan

"Dan apa?" Lian menoleh sebentar

"Elo" entah kenapa tiba-tiba saja kata-kata itu terjun bebas dari mulut seorang Hirano Sadewa.

Deg!

Tiba-tiba saja jantung Lian kaya mau loncat terjun payung saat itu juga. Jantungnya berdegup 2 kali lebih cepat, oh salah. Malah 4 kali lebih cepat.

Oh tuhann. Apa maksud makhluk abstrak ini? Gue? Maksudnya apa?
****

Halo readerss 😊, maafin eneng ya baru update. Soalnya sibuk banget sih. Ditambah UKK pula. Ada remidian segala. Alamah eneng capek kale. 😂😂

Oke. Maafin eneng kalo ceritanya jelek. Jangan lupa vote nya ya ceman ceman 😍😍

Continue Reading

You'll Also Like

5.3K 682 15
sayangnya gue baru suka sama lo sekarang
3.1K 1K 34
"Van?" "Apa?" "Lo sebenernya cinta beneran ga sih sama gue?" "Yah tergantung" "Tergantung?" "Kalo lo udah yakin dan sayang sama gue, gue jamin g...
68.8K 1.9K 95
#private acak follow Penulis doelue? Gak usah berurusan sama cinta - cintaan si cinta nya juga gak kenal lu kan ? Bukan cerita hanya quote ya bebp ❤
2.3M 71.5K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPEE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...