-AFTER RAIN-

By andinienggar

41.1K 1.7K 50

{(COMPLETED}) Pasti di antara kalian ada yang suka hujan. Yah pasti banyak. Hujan itu indah. Ketika menikmat... More

Sekolah Baru
Teman Baru
jawaban masalalu yang terungkap
Lapangan Basket
Mobil Sport metalik
Jus alpukat
Karena Matematika wajib
Meet again
x²-5x+4 = jadian yuk?
Dia kembali (again?)
cooking
one day full with most wanted ( Aldo)
Melatiku kembali
dua pangeran berkuda putih
malam penerbitan (part 1)
malam penerbitan (part 2)
three hopes (Lian)
Hukuman yang mengesankan
Lian tidak membenci hujan (lagi)
pertama dan terakhir (part 1)
pertama dan terakhir (part 2)
pertemuan yang tak di sangka
Gubuk Impian
penculikan paling indah (part 1)
penculikan paling indah (part 2)
Danau Pelangi
Pengakuan sebenarnya
not me
but she
kebenaran perasaan
kepergian (lagi)
penghindaran
penjelasan dan kejelasan
with you
Update Instagram ( Rano)
Surprise for you
bertemu lagi
Menghilang
dua hati satu cinta
terulang kembali
pernyataan dan kepergian
Kotak merah dan pesan singkat
Dear Desky
After Rain .. (end)
Extra part
PENTING!

secangkir kopi hitam

1K 48 0
By andinienggar

Seperti biasa, hari kamis adalah jatahnya para geng baperan (iya baperan, penulisnya juga sama bapernya) kumpul di rumahnya Nadin yang Lian sebut sebagai miniatur suaka margasatwa. Dan kenapa harus rumahnya Nadin. Alesan pertama adalah karena rumahnya Nadin banyak makanan ( tuh kan ketahuan kalo pada rakus) kedua, karena rumahnya Nadin sejuk, indah, asri dan adem buat ngademin pikiran ( emang rumahnya Nadin hutan apa? Bisa bikin adem?) ketiga, kalo di rumahnya Nadin semua kebutuhan terpenuhi, termasuk elo mau makan apa aja, elo butuh buku apa aja semua ada di rumah Nadin ( sebenernya rumahnya Nadin itu jelmaan Doraemon apa ya?). Oke-oke kita kembali ke topik pembicaraan yang sempat tertunda. Di kamar Lantai tiga, yang bernuansa pink semua, terdapat empat kunyuk yang sedang asyik ngerumpi ria. Entah apa yang di bahas, tapi mereka selalu tidak pernah kehabisan stok sama sekali.

"Eh eh, lo tau gak?" Katrin membuka pembicaraan

"Apaan?"

"Masak kemaren Anya di godain bencong yang ada di nol km itu"

"Seriusan lo? Wah, jangan-jangan elo ikutan geng mereka lagi?" Lian menatap Anya penuh selidik

"Wah, gitu amat lo jadi temen. Sesungguhnya fitnah itu lebih kejam dari pada tidak memfitnah" Anya tiba-tiba berubah menjadi seperti seorang ustad yang sedang ceramah di depan jamaahnya

"Iya itu gue juga tau kerak lumut!"

"Ah bego lo gak ketulungan" Katrin meneplak pundak Anya pelan

"Dedeq sakit bang, jangan di gituin dong dedeqnya" Anya malah jadi alay

"Hayati kaga kuat bang" Lian menambahkan

"Plis deh sejak kapan lo bedua jadi alay gini sih?" Nadin menatap Anya dan Lian dengan tatapan risih

"Emm sejak negara api menyerang dan-" Lian mulai berlagak berpikir

"Dan di guyur dengan ladang coklat dan jadilah cococran" Anya menambahkan

"Sabar. Kenapa gue di lahirin untuk ketemu sama tiga makhluk astral ini. Apa salah gue?" Nadin meneplak jidatnya

"Banyak!!" semprot Nadin dan Anya bebarengan

"Syudah-syudah" Katrin melerai teman-temannya

"Eh eh, gue mau bilang deh sama kalian" tiba-tiba muka Lian berubah jadi muka serius

"Gak boleh!" ketiganya kompak

"Yah kok gitu? Hayati kaga kuat bang di giniin" Lian masak muka sok melas

"Bapernya mulai deh"

"Iya-iya, ngomong aja gak usah pake izin. Emang kita lagi terlibat musyawarah RW ya?"

"Lo tau kan, cowok yang ngasih gue jus alpukat?"

"Maksud lo Aldo?" Nadin yang baru saja mau menyerutup jus jambunya mendadak berhenti

"He'em" jawab Lian santai

"Terus-terus?" Anya yang mendengar kata Aldo langsung Antusias

"Nabrak" Lian menjawab dengan datar

"Yee, gue seriusan Li" Anya cemberut

"Iya-iya. Sory bro. Jadi gini, gue kemaren kan pulangnya kaga ada yang jemput tuh, di pos itu gue ketemu Aldo deh, terus Aldo nganter gue pulang. Dan malemnya dia ngeline gue, katanya sih dia minta di ajarin matika. Katanya sih weekend." Lian menceritakan dengan panjang

"Apa?! Seriusan lo?" Katrin menguncang-guncang tubuh Lian dengan hebohnya

"Ya iya gue serius. Apa muka gue ada unsur bercandanya?" Lian menatap Katrin dengan kerutan samar

"Ya kaga sih, secara tampang lo itu tampang kriminal gitu" Nadin menjawab dengan polosnya

"Dasar jamur sapi" Lian meneplak pundak Katrin pelan

"Lo tau gak li?" Anya menatap Lian dengan mata berbinar-binar

"Kaga" Lian menjawab ala kadarnya

"Itu adalah awal yang baik buat elo sama Aldo li. Jarang-jarang Aldo mau nganter orang, apalagi elo juga baru kenal." Anya menjelaskan

"Elo emaknya Aldo ya?" Lian menatap Anya penuhs selidik

"Emang kenapa?" Anya mengrenyitkan keningnya samar

"Kayaknya elo tau semua tentang Aldo lebih dari emaknya"

"Elo sebenernya deg-degan gak sih kalo ketemu Aldo?"

"Dikit sih"

"Tanda-tanda tuh" katrin menaikkan alisnya

"Paan?"

"Tanda-tanda kalo elo naksir sama Aldo lah"

"Entah. Gue juga kaga tau" Lian mengangkat bahunya sebentar. Ada perasaan aneh ketika Katrin bertanya padanya tentang bagaimana keadaan jantungnya ketika berasama Aldo. Tak bisa di pungkiri wajahnya memang tampan. Entah kenapa dia baru menyadarinya kemarin.

Drerttttt drtttttt ..
Lian merasakan ada yang bergetar beberapa kali di sakunya. Lian membuka layar handphonennya. Di lihat ada notif bbm. Lian hampir terlonjak kaget. Dari Rano.

Hirano : cepet lo ke rumah gue. Gak ada tapi-tapian, gak usah banyak alesan. Sekarang!

Lian yang membaca bbm itu mau gak mau langsung menurutinya.

"Oh shitt! Kalo bukan karena persetan dengan taruhan itu semua gak bakal kaya gini!" umpat Lian dalam hati.

Lian mengemasi tasnya, mengambil jaketnya.

"Bro, gue pulang duluan yak?" Lian berpamitan pada ketiga temennya

"Buru-buru amat" Katrin mengerutkan keningnya samar

"Biasa. Ada urusan dadakan."

"Oh gitu. Ya udah deh ati-ati ya beb" Nadin melambai-lambaikan tangan ke arah Lian. Lian membalas dengan mengedipkan matanya. Lian bergegas keluar dari rumah Nadin. Mengenakan jaket. Dan menaiki si merah. Dalam kejapan mata, motor Lian hilang dari pandangan.
***

Lian melangkahkan kaki di atas lantai dengan deretan taman mawar merah di sekelilingnya. Indah. Lian membunyikann bel rumah itu. Tidak ada jawaban dari si pemilik rumah. Ia membunyikan bel itu sekali lagi. Dan masih tidak ada jawaban. Lian membuka handphonennya.

Hirano : masuk aja. Enggak di kunci. Gue ada di ruang tamu. Mager gue. :)

"Dasar cowok rese! Katanya tamu itu adalah raja. Lha kalo di rumahnya dia mah beda. Tamu adalah raja yang merangkap jadi pembokat!.." umpat Lian kesal

Dengan penuh keraguan, Lian membuka pintu rumah megah itu. Yah memang benar pintunya tidak di kunci. Dengan hati-hati Lian melangkahkan kakinya di atas ubin marmer itu. Ia sangat terpesona dengan rumah Rano. Padahal ini kedua kalinya ia ke rumah cowok itu.

"Dari mana saja kau tuan putri?" suara bass itu mengangetkan Lian

"Egg- anu dari rumahnya Nadin" Lian menhentikan langkahnya. Ia gugup.

"Santai saja tuan putri. Gue gak bakalan makan elo" Rano tersenyum miring

" apa maksud lo nyuruh gue ke rumah lo?! Ganggu ketenangan gue aja" lagi-lagi Lian ketus.

Lian duduk di sofa hijau tosca itu. Tidak peduli pemilik rumah itu sudah menyuruhnya duduk atau belum.

"Siapa suruh elo kalah pas maen basket" lagi-lagi Rano tersenyum miring

"Shitt! " umpat Lian kesal

"Cepet lo bilang apa mau elo? Kalo gak to the point gue bakalan pergi dari sini" ucap Lian ketus sekali

"Oke girl. Berhubung gue suka kopi, jadi sekarang Buatin gue kopi hitam ala elo"

"What!? Jadi gue bela-belain ninggalin quality time sama temen-temen gue, ngebut-ngebutan di jalan, cuma buat bikinin elo kopi hitam doang?" Lian bengong, mulutnya mengangga selebar kalo kuda nil lagi mengangga.

"Yups" jawab Rano santai

"Astaga! Gila lo!?"

"Siapa suruh kalah" Rano tersenyum tipis. sebenernya dalam hatinya dia bahagia karena bisa punya waktu banyak dengan gadis unik ini. Walaupun dia harus mempersulit hidup gadis ini terlebih dahulu.

"Dimana dapur lo?" Lian bangkit dari sofa

"Oh gampang. Tinggal lurus saja mentok. Pertigaan belok kiri. Nanti di situ ada perempatan yang ada lampu merahnya elo ambil kanan. Lurus aja sampe ketemu perempatan lagi elo belok kiri. dan dapur gue di kiri pojok situ" Rano dengan santainya menjelaskan

"Buset! Tuh jalan ke dapur apa jalan mau ke dunia lain sih, kok ribet amat? Pake perempatan, ada lampu merahnya segala lagi? Yang bego gue apa dia ya? " Lian membatin dalam hati. Dia menggaruk garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali.

"Tuan putri kok bengong aja?" Rano membuyarkan lamunan Lian

"Eggak kok, gue kaga bengong" Lian kaget.

Ia bergegas berjalan menuju dapur. Dan benar saja, memang jalan menuju dapur di rumah Rano itu begitu teramat sulit. Kaya benang ruwet deh pokoknya. Sesampainya di dapur, Lian mengagumi dapur Rano sebentar. Dapur itu terawat dan sangat bersih. Begitu terjaga kebersihannya. Lian mengambil toples bubuk kopi hitam dan dua cangkir. Dia menuangkan air panas ke dalamnya. Di aduknya kopi itu dengan segenap hatinya ( lebay kaga?). Dan kopi itu pun siap.

"Ini kopinya" Lian menaruh dua cangkir kopi tadi di atas meja.

"Kok dua?"

"Satu buat gue"

"Oh elo juga suka kopi hitam?" Rano menatap Lian pas di manik matanya

"Emm, gak terlalu sih, cuma kadang-kadang."

"Di kenalin siapa lo soal kopi hitam? "

"Oh sama seseorang" Lian menjawab dengan datar

"Siapa?" Rano mengerutkan keningnya samar

"Nothing" Lian menggeleng gelengkan kepalanya pelan

Rano mengambil secangkir kopi itu dan kemudia menyesapnya. Seketika ia merasakan kenikmatan yang berbeda. Kopi hitam itu terasa berbeda di bawah tangan Lian. Terasa nikmat di bawah tangan Lian. Entah kenapa ia tidak bisa mengatakan betapa enak dan nikmatnya kopi buatan Lian. Berbeda dengan kopi yang selalu ia buat sendiri setiap malamnya. Padahal kopi yang ia buat sendiri dengan yang di buat Lian mempunyai merk kopi yang sama. Ia merasakan di dalan kopi itu di buat dengan sepenuh hati. Cita rasanya berbeda. Sepertinya ia akan ketagihan dengan kopi buatan Lian (yakin? Bukan ketagihan sama orangnya?).

"Gimana? Enak?" Lian tidak menatap Rano, ia masih menyesap kopinya, pandangannya di buang ke sembarang arah.

"Emm, enak juga" Rano mangut-mangut

"Gue boleh tanya kaga?" Kali ini Lian menatap Rano

"Boleh" Rano mangut mangut

"Kenapa sih elo suka kopi hitam?" Lian menampakkan wajah serius

Rano tersenyum tipis

"Yah suka aja" Jawab Rano singkat

Kurang puas dengan jawaban Rano, Lian menatap Rano tajam. Rano yang tau maksud Lian. Kemudian melanjutkan.

"Ada banyak pelajaran yang elo dapet dari si kopi hitam ini"

Lian mengerutkan keningnya sebentar "apa?"

"Kopi hitam ini, walaupun dia hitam dan pahit, tapi dia tidak pernah malu menunjukkan kebenaran dirinya bahwa dia pahit, dan kenyataannya memang begitu. Walaupun kaya gitu, dia tetap jadi diri sendiri. Tidak pernah ingin jadi orang lain"

Lian mangut-mangut.

"Lo tau es krim kan? Es krim itu emang keliatan enak, menyejukkan. Tapi, jika kita terus memandangnya bakalan meleleh, hilang di telan uap panas. Sedangkan kopi hitam ini, memang dia hitam, jelek, pahit dan tidak kelihatan menarik. Tapi kopi hitam ini tetap enak di nimati, walaupun dingin sekalipun dia masih tetap mengandung kafein yang tidak akan hilang meski kopi itu dingin"

"Oh, artinya, kita enggak boleh ngeliat sesuatu dari covernya aja. Kalo kita ngelihat cover alias wajah aja, semua itu bisa menua dan hilang. Beda kalo kita ngeliat sesuatu itu dari hatinya, maka sampe kita tua sekalipun hati baik itu akan tetap ada"

"Cepet juga lo nyerna kata-kata gue" Rano tesenyum

"Iya dong. Gue kan suka nulis kata-kata buat cerita gue." kali ini Lian tersenyum. Manis dan tulus.

"Mulai sekarang, setiap hari elo harus buatin gue kopi pas gue jemput elo tuan putri" Rano mengacak acak rambut Lian

"Iya" jawab Lian dengan senyum simpul

Entah mengapa, Lian merasakan ada yang de javu dari kata-kata Rano tentang kopi hitam tadi. Oh Lian baru ingat kalo kata-kata itu juga pernah di katakan sama Bara saat mereka sedang menikmati secangkir kopi hitam di bawah naungan sinar bulan dan berpayung bintang-bintang. Entah kenapa ia merasa ada rasa nyaman bahwa Rano masuk ke kehidupannya. Lian berharap Rano adalah teman yang baik. Yah Semoga saja.

***

Haloo readersss 😘, salammm!! Tolong vote nya yakkk. Thanks you 😘😍.
Maaf ya , untuk 3 hari ini saya istirahat dulu, penulis baru mau Camping 😍😘

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 72.3K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPEE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...
5.3K 682 15
sayangnya gue baru suka sama lo sekarang
428K 1.4K 1
Bercerita tentang kehidupan Miracle Cinta A. Seorang janda muda yang dikaruniai anak kembar 4. Bagaimana dengan kehidupan asmara? ...
2.3M 81.8K 44
Jangan jadi pembaca gelap! Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus g...