Reis [Re-write]

By mawaddah288

154K 5.8K 220

[[ Hutama Family-season 2 ]] Judulnya COME LATE tapi saya ganti menjadi Reis. Cerita ini sudah pernah d... More

2. I See You Again
4. Jyväskylä
6. Just A Friend To You
7. You Get Her
8. I Get Hurt
9. Angel of Me
10. Move On
11. I Did What You Do
12. Lucky
13. Spesial
14. Kebersamaan yang tak akan terulang
15. Sebelah Mata
16. My Prince
17. Heaven Sin
18. One Last Cry
20. Nightmare
21. Already gone
22. Say Good Bye
23. Surprise
24. Back To Him
25. Best Mistake
26. Accident
27. Divorce me, please.
28. My Son?
29. Ternyata
30. Ending
Secuil perkembangan Kelvin dan lain2

19. Ex-bf

3.5K 206 4
By mawaddah288

"I can't breath for the first time," sebuah senyuman manis yang dibasahi air hujan menatap Irina dengan lembut. Bagaimana pria itu berada di hadapannya dengan sikap yang berubah drastis, semua terlihat apik di matanya. "I had a feeling we should kiss."

Irina melemparkan bantal ke muka tampan itu, ia terkekeh dan menyunggingkan senyuman. "Kalimat sapaan paling basi."

"Kamu makin cantik aja ya? Padahal sudah hampir sepuluh tahun aku enggak lihat kamu, kecuali di majalah." Tatapan Dhirgo begitu tenang, mengalihkan pertanyaan Irina.

Irina dibawa ke hotel tempat Dhirgo menginap, karena ia tidak tahu harus ke mana lagi dan tidak mungkin ia kembali ke hotel dan mendengar permohonan Al meminta maaf. Jadi ia memutuskan ikut bersama Dhirgo dan kini ia sedang makan malam berdua, memakai baju entah milik siapa yang pasti sangat pas di tubuh Irina dan sangat indah.

Ia menyunggingkan senyum tipis menjawab perkataan Dhirgo, mantan pertama bagi Irina yang sangat berkesan sebelum Christian. Saat mereka berpacaran, Dhirgo selalu membuatnya nyaman dan mengabaikan statusnya yang saat itu menjadi kekasih Al dan lebih parahnya lagi ia memilih Dhirgo dibanding Al. Terjadilah perang dingin antara Irina dan Al sejak itu, begitu pula Dhirgo yang sekelas dengan Al menjadi bahan bullyan Al yang berstatus jagoan, sedangkan dirinya? Adik kelas dua tahun di bawah mereka yang dicemooh oleh siswi yang mendeklarasikan dirinya sebagai fans Dhirgo dan Al.

"Baju yang kamu pakai cocok ya? Itu harusnya jadi hadiah buat kamu waktu ulang tahun kamu ke 17," Dhirgo menyunggingkan senyum simpul menatap Irina yang cantik memakai gaun merah marun.

Ulang tahun ke 17. Di mana Dhirgo berpamitan dengannya untuk urusan pendidikannya, namun yang terjadi malah Irina memberikan tubuhnya ke Al di malam harinya dan kekasihnya itu mengetahuinya. Setelah itu Dhirgo menghilang bagai ditelan bumi tapi sekarang kembali muncul dan mengingat kejadian itu.

"Aku kira tubuh kamu bakal berubah, ternyata enggak." Lagi Dhirgo bersuara tanpa menghapus senyumnya seakan bertanya tentang efek yang dimaksud malam itu oleh Dhirgo, begitu jelas kalimat sindiran yang dilakukan Dhirga.

"Dhir, aku tahu saat itu aku mengecewakanmu. Bukan cuma kamu doang yang aku kecewakan, tapi juga dengan Al. Kenapa kamu bantu aku hari ini?" tanya Irina dengan gelisah dan menutup makannya.

"Aku enggak ngerasa dikecewain kok, aku ngerti keadaanmu saat itu dan aku tidak peduli siapa yang kamu kecewain selain aku seperti yang kamu bilang. Aku membantumu karena aku mengenalmu, Irina." Jawab Dhirgo, Irina menatap mata Dhirgo yang masih sama seperti dulu, memancarkan ketenangan dan serius yang selalu membuatnya nyaman.

"Aku tahu aku salah -"

"Kamu enggak pernah salah, Irina. Semua sudah terjadi dan lupakan, sekarang yang ingin aku tanya kenapa kamu menangis?" tanya Dhirgo menutup bibir Irina dengan telunjuknya, mensela ucapan Irina yang belum selesai dengan tatapan penuh perhatian membuat Irina merelakskan tubuhnya yang tegang.

"Aku dengar kau menikah dengan Al? Benarkah?" tanya Dhirgo lagi, Irina mengangkat wajahnya dengan kaget namun suaranya tak terdengar.

"Aku baca di sebuah majalah Indonesia yang kebetulan dibawa oleh Erik," jawab Dhirgo yang menyadari keterkejutan Irina. Erik adalah kakak Dhirgo yang kebetulan dekat juga dengan Irina.

"Iya aku dijodohkan," jawab Irina singkat. Pandangan penuh tanya Irina rasakan dari tatapan Dhirgo. "Kami menikah sebulan yang lalu. Kejadian aku menangis karena aku berantem dengan manajerku."

"Lalu di mana Al?"

"Dia sedang di Indonesia. Oh iya bagaimana kabarmu?" tanya Irina mencoba mengalihkan pertanyaan Dhirgo yang terlihat begitu bingung.

Dhirgo mengerutkan keningnya, menatap Irina yang mencoba mengalihkan topik. "I'm fine," katanya.

"Kebetulan banget ya ketemu di kedai tadi, aku enggak nyangka bakal ketemu kamu." Kata Irina yang kembali menormalkan moodnya.

Dhirgo tersenyum, menganggukan kepalanya dengan pelan. "Iya aku juga. Kamu pasti enggak percaya kalau aku ke kedai karena ingat kamu," katanya, mimik wajahnya terlihat antusias begitu Irina tak percaya.

"Serius?" tanya Irina sambil tersenyum penasaran.

"Besok aku gelar konser tunggal di sini, dan baru tiba kemarin di sini. Boleh aku cerita konyol?" tanya Dhirgo sambil menyembunyikan tawanya. Tak dipungkiri oleh Irina jika ia senang bertemu dengan Dhirgo hingga ia mengangguk dan menunggu cerita Dhirgo.

"Aku membawa baju itu sejak terakhir kita bertemu," Dhirgo menunjuk baju yang dipakai Irina. "Semacam memiliki perasaan, jika aku akan bertemu kamu lagi dan kemarin saat melihat baju itu aku langsung ingat kamu.

Aku ingat kamu selalu nongkrong di kedai dekat sekolah, kedai tempat kita pacaran dulu. Kalau aku ajak kamu ke tempat lain pasti enggak mau, alesannya mahallah, jauhlah padahal kamu tinggal duduk dan genggam tanganku." Dhirgo menerawang matanya, seakan memutar kembali masa indah pacaran dengan Irina.

"Saat mendarat aku tidak langsung pergi ke kedai karena harus menghadiri meet and great, jadi aku tunda, tapi tadi aku kabur dan langsung ke kedai yang percis seperti kedai favorit kamu. Sepi, tenang dan eksotik. Kebetulan pemiliknya ijinin aku main piano, pokoknya aku merasa seperti mengulang masa-masa bersamamu." Senyuman manis terukir di wajah Dhirgo.

Irina terdiam dengan senyum tipis yang ia sunggingkan. Bagaimana bisa? Bradhirgo Marques Louis, seorang pianist terkenal yang setara dengan Yiruma masih mengingat hal manis bersama Irina? Saat Dhirgo menembaknya di kedai favorit dengan memainkan piano, masih begitu diingat Irina.

"Lebih baik aku balik ke hotel, terima kasih sudah menolong. See you!" Irina berlalu meninggalkan Dhirgo yang berniat menghentikannya.

Namun Dhirgo dapat menarik tangan Irina yang mencoba pergi dengan taxi. "Maukah kamu datang ke konserku?" tanya Dhirgo dengan tatapan memelas. "Besok aku jemput sebelum dimulai, aku mohon."

"Baiklah. Jam 4 sore aku menginap di Ritz hotel."

💔💔

"Kamu kenal sama pria itu?" tanya Sandra yang mengikuti Al menguntit Irina. Kesal memang namun, Sandra tersenyum.

"Mantannya Irina, pria yang berhasil menyita perhatian Irina sejak pertama kali ketemu." jawab Al dengan bibir tipis seakan menahan amarahnya.

"Apa yang dia lakuin?" desis Al pelan, tanpa berkata dengan Sandra.

"Mungkin minta kembali bersama Irina." Jawab Sandra asal.

Perkataan Sandra membuatnya panas, namun disatu sisi dia merasa tak peduli karena dihubungan ini mereka bebas dan tak ada perjanjian memiliki kekasih lain. "Aku mau balik ke hotel." Kata Al yang langsung disemangati oleh Sandra.

💔💔💔💔

Irina menatap sarapannya, di hadapannya sana terlihat sepasang kekasih yang sedang makan dengan romantis seakan tidak menyadari kehadirannya yang berada di ujung meja. Salah Irina sendiri kenapa harus menyembunyikan diri dengan bergabung di meja makan sekelompok orang tua.

Ia melihat Al mengecup punggung tangan Sandra setelah makan dengan mengucapkan kata yang membuat pipi Sandra merona, ia memejamkan matanya sejenak. Bisa saja ia pergi meninggalkan Al sesuai perjanjian awal karena Al telah menyakitinya tapi dia tak serendah itu, dia akan buktikan kalau dia masih mampu bertahan kecuali Al benar-benar menyakitinya hingga ia tak bisa memaafkannya.

Irina menggeram kesal saat pandangannya menangkap Al mencium bibir Sandra di depan umum, tak kuat melihatnya akhirnya Irina bangkit dari kursi dan berlari kecil hingga ia membuat gaduh dengan menabrak seseorang.

"Irina?" panggilan itu langsung membuat Irina mengangjat kepalanya.

"Dhirgo?" desisnya pelan namun semua pengunjung telah melihat kejadian di mana Dhirgo menarik Irina bangun dengan menarik pinggang Irina mendekat ketubuhnya, termasuk Al yang menatap mereka dengan sengit.

"Bukannya nanti sore?" tanya Irina yang masih betah dalam pelukan Dhirgo, tidak sadar lebih tepatnya.

"Aku ingin mengajakmu... kencan?" tawar Dhirgo dengan cengiran namun serius, hingga akhirnya Irina setuju dan keluar dari tempat itu.

Tangan Al mencengkram erat hingga kukunya putih menahan gejolak amarah. Egois memang, menginginkan Irina juga Sandra tapi sekarang ia melihat Istrinya pergi tanpa pamit. Oke dia juga salah, tapi intinya Al tidak suka Irina berhubungan dengan lelaki lain selain dirinya.

Teriak sepuas kalian jika Al egois.

"Al kamu mau ke mana?" teriak Sandra saat menyadari Al berjalan meninggalkannya.

"Elo cepet pergi ke bandara, pesawat elo bakal berangkat setengah jam lagi! Secepatnya gue bakal datengin elo ke Belgia atau ke mana pun." Ujar Al tanpa bisa Sandra tolak, langkah Al menyusul Irina dan Dhirgo.

Namun langkahnya kalah karena sekarang Irina dan Dhirgo telah meninggalkan tempat dengan mobil mewah, Al langsung menyetop taxi dan meminta mengikuti mobil yang ditumpangi Irina dan Dhirgo.

Ternyata mereka berhenti di sebuah toko baju, Dhirgo membukakan pintu kaca saat Irina berdiri di depannya. Senyuman tipis itu membuat Al terdiam, sudah lama ia tidak melihat senyum Irina yang seperti itu. Ia lalu membayar taxi dan mencoba masuk ke dalam butik itu.

"Ngapain kamu ngajak aku ke sini?" tanya Irina yang hanya mengijuti langkah Dhirgo.

"Aku ingin di konserku nanti kamu terlihat cantik, hitung-hitung perwakilan dari keluargaku." Dhirgo menyunggingkan senyuman.

"Kamu pilih gaun yang paling cantik, oke?" ujar Dhirgo meninggalkan Irina agar memilih sendiri.

💔💔💔

Sejak tadi Al hanya diam tanpa berkutik, namun emosinya serta rasa cemburu telah membara dalam tubuhnya. Hingga ia mengikuti Irina dan Dhirgo ke sebuah konser, Al membaca papan yang bertuliskan sebuah konser yang dilakukan Dhirgo. Al mendengus karena ia menghadiri sebuah konser musuhnya.

Di sanalah Al melihat Dhirgo tampil bersama pianist terkenal, Yiruma yang memainkan lagu Kiss In The Rain. Tatapan Dhirgo pun tak putus menatap Irina yang malam itu terlihat anggun dan sangat cantik, seakan hanya ada mereka berdua. Perasaannya saat ini hanya ingin membawa Irina pergi dan menariknya ke suatu tempat.

Irina terdiam saat merasakan bangku di sampingnya, seharusnya bangku di sampingnya diisi oleh orang khusus namun saat ia melirik ternyata Al yang dengan santai duduk disampingnya.

"Ternyata Dhirgo berhasil luluhin elo lagi ya?" sindir Al pelan namun dapat didengar oleh Irina.

"Ngapain elo ke sini?" tanya Irina dengan santai.

"Gue mau narik istri gue dan ngajak dia pulang." Jawab Al menengok kepalanya menatap Al dengan tajam.

"Pulang aja -"

"Ikut gue atau gue hancurin konser si Cupu?" bibir tipis hingga membentuk segaris menandakan Al sedang mengintimidasinya ditambah tatapan cokelat bening yang berubah menjadi tajam.

Irina melirik ke panggung, tatapan penuh tanya terbaca di matanya Dhirgo meskipun jarinya masih bermain di tut berwarna putih itu. Irina tersenyum tipis sebagai tanda ia pamit pulang. Namun tak lama ia menatap Dhirgo, Al langsung menarik tangannya dengan kasar hingga timbul sedikit keributan.

Al tak peduli dengan rintihan Irina di belakangnya, ia terus menarik Irina menuju hotel terdekat. Tak perlu berpikir panjang karena di depan sudah ada hotel berbintang lima, tanpa melepas genggamannya Al melakukan check in.

"Lepasin Al!" pekik Irina pelan karena sudah tidak ada tenaga lagi.

Al tak menjawab, ia langsung membawa Irina mengikuti petugas hotel yang akan menunjukan kamarnya. Irina tidak mengerti dengan sikap Al yang tidak jelas ini, padahal baru tadi pagi ia melihat Al bermesraan dengan pandangan lembut menatap Sandra tapi sekarang dengan tajam Al menatapnya tanpa berkedip mengabaikan petugas hotel yang sejak tadi melirik kepada mereka.

Memberi tip ke petugas hotel, Al langsung mengunci kamar dan menarik Irina dengan kasar. Tatapan mata yang terlihat berkabut serta rahang wajah yang mengatup ditambah keringat yang mengalir di pelipis Al membuat Irina menelan ludah, dia tahu itu. Al langsung mendorong tubuh Irina ke kasur dengan kasar, tanpa peduli apapun.

"Al gue mohon lepasin gue." Ujar Irina lagi dengan menggelengkan kepalanya pelan.

Al tidak menggubris perkataan Irina dia malah menyeringai. "Lepasin elo? Dan elo bakal pergi sama si Cupu itu?" Al mendengus geli.

Al langsung menarik Irina, memposisikan tubuh Irina dengan benar lalu menindihnya dengan tumpuan kedua tangannya hingga Irina tak bisa kabur, ah tak lupa Al telah mengikat kedua tangan Irina dengan dasinya.

"Pergi dari atas gue!" desis Irina dengan matanya yang melotot.

"Gue rasa itu tidak akan terjadi sebelum elo laksanain kewajiban lo sebagai istri terbaik." Seringai Al tercetak jelan, lalu jarinya membelai wajah Irina dengan lembut.

"Ingat perjanjian kita, Al! Without sex and love." Irina mencoba memperingati Al dengan mengabaikan getaran yang dibuat Al dengan tangannya.

"Dan seharusnya elo tahu, kalau suami elo ini The Big Liar." Al berbisik tepat di telinga Irina, menyentuh wajah Irina dengan bibirnya. Mengecup wajah dengan kecupan-kecupan kecil di sisi wajah Irina hingga di leher Irina. Rasa geli Irina rasakan, lidah Al yang bergerak menggoda di sekitar lehernya berjalan hingga satu titik di mana semua terasa nyata, Al menciumnya tepat di bibirnya. Al yang sudah ahli, terus menggodanya. Tangan Al mulai memegang pinggangnya, dress yang ia gunakan sudah tersingkap. Jemari Al semakin naik dan menyentuh dadanya, meremas pelan miliknya.

"Al stop! atau gue akan -" bentak Irina saat Al dengan beraninya membuka resleting gaunnya, tangannya telah bekerja.

"Akan apa Rin? Enjoy aja, ini bukan yang pertama bagi kita." bisik Al dengan tersenyum sensual tanpa menyingkirkan tangannya.

Irina langsung mendorong tubuh Al dengan kakinya, dia tidak ingin hal selanjutnya terjadi. Dia ingin semua berjalan karena keduanya ingin, bukan hanya satu pihak.

Al langsung menatap Irina yang meneteskan air matanya, lalu ia menghampiri Irina namun Irina dengan cekatan menghindari Al, membuang mukanya. Irina terdiam saat Al melepaskan ikatan dasi ditangannya lalu menghilang meninggalkan Irina sendiri.

Continue Reading

You'll Also Like

7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
30.7M 2M 103
COMPLETED! MASIH LENGKAP DI WATTPAD. DON'T COPY MY STORY! NO PLAGIAT!! (Beberapa bagian yang 18+ dipisah dari cerita, ada di cerita berjudul "Private...