Selena's Second Life

By Lilie_written

566K 37.8K 787

menikah dengan duke Arviant adalah hal yang paling Selena syukuri sepanjang hidupnya, ia bahkan melakukan seg... More

00
kembali
aneh
wabah
berkunjung
obat penawar
hilang rasa
informasi yang salah
budak tidak tahu diri
berhasil
Inara
serangan
ibu mertua
pengacau
perpisahan?
Jelia menghilang
ketahuan
makan bersama ibu mertua
Feter
persiapan pesta
Jelia(?)
hari jadi Arviant
racun
racun 2
bimbang
melarikan diri
Diana pelakunya?
penghianat
kehilangan
khawatir
sahabat lama(?)
menyusul
ke pasar
kemarahan Alvaro
perselisihan
kejutan (?)
masalah
tawanan
penyiksaan
musuh dalam selimut?
kata maaf yang terlambat
harapan
kembali berseteru

Raja Denan sakit

10.3K 687 15
By Lilie_written

Vote dulu sebelum membaca!
-
-
-
Happy reading sayangku

-

Selena tertawa kecil mendengarkan lelucon Cleo, begitu pun Jelia yang ikut tertawa sesekali menimpali lelucon yang Cleo buat.

Arviant yang sedang berdiri di samping pilar sambil bersedekap dada, menyaksikan lelucon ketiga orang itu yang menurutnya tidak lucu sama sekali.

Rahang nya mengeras melihat Selena begitu ceria ketika bersama mereka. Sedangkan saat bersamanya..jangankan tertawa, Selena bahkan selalu menghindarinya.

Ia tak ikut bergabung meskipun tadi Cleo dan Jelia mengajaknya.

"Duke."

Arviant berbalik saat seseorang memanggilnya, Betran membisikkan sesuatu kepada Arviant.

"Bagaimana bisa? Siapkan kuda, aku akan ke istana sekarang juga."

Betran mengangguk dan langsung melaksanakan perintahnya.

Sebelum pergi, Arviant menoleh sekali lagi kebelakang melihat Selena yang masih asyik tertawa.

"Perketat keamanan kediaman." Perintah Arviant kepada salah satu prajurit di sana.

Selena yang melihat Arviant sudah pergi menghela nafas lega, ia cukup canggung saat pria itu terus mengawasinya sedari tadi.

Tapi ada yang aneh, mengapa Arviant terlihat begitu terburu buru...

"Ck, mengapa aku memikirkannya." Gumam Selena.

"Hah? Apa yang kau katakan, Sel? Aku tak mendengarnya." Jelia bersuara.

Selena mengibaskan tangannya, "tidak apa apa."

-

Kuda putih milik Arviant berhenti di depan gerbang istana. Saat seorang penjaga membuka pintu gerbang, barulah Arviant turun dari kudanya begitupun Betran.

"Di mana, yang mulia Raja?" Tanya Arviant kepada seorang pelayan istana yang kebetulan lewat.

Pelayan itu menunduk, takut bertatapan dengan Arviant, jarinya menunjuk sebuah ruangan berukuran cukup besar.

"Yang mulia sedang berada di dalam kamarnya, Duke."

Arviant dengan langkah cepat menghampiri kamar raja Denan. Penjaga yang melihatnya langsung membukakan pintu.

"Paman?" Panggil Arviant sesaat setelah ia memasuki kamar raja Denan.

Kamar ini memiliki ukuran yang cukup besar, ornamen ornamen yang menghiasi kamar ini dominan berwarna emas bercampur putih.

Raja Denan yang semulanya memejamkan matanya kembali membuka matanya saat mendengar suara Arviant, "Arviant..."

Arviant duduk di sisi kasur Raja Denan. Ia mengamati secara keseluruhan Raja Denan yang terlihat begitu lemas dan pucat.

"Apa yang terjadi, paman?"

"Seperti yang kau tahu..aku baru saja muntah darah."

Arviant menghela nafas, "cepatlah sembuh."

"Umurku sudah tak lama lagi, Arviant.." Celetuk Raja Denan tiba tiba.

Dahi Arviant mengerut sempurna, apa maksdunya? "Apa yang paman Maksud?"

Raja Denan terkekeh, ia berusaha mengubah posisinya menjadi duduk, Arviant yang melihat itu dengan sigap membantunya.

"Arviant anakku.." Raja Denan tersenyum ke arah Arviant.

Arviant merupakan anak dari mendiang kakaknya, raja Denan menyayangi Arviant sama seperti ia menyayangi Senan. Bahkan, Raja Denan menganggap Arviant seperti anaknya sendiri.

"aku sudah tua, Vian. Umurku sudah mulai terkikis oleh waktu."

Kerutan pada dahi Arviant semakin dalam, "paman.."

Raja Denan menatap langit langit kamarnya, sembari berujar, "akhir akhir ini aku selalu bermimpi bertemu Soraya, istriku. Aku sangat merindukannya Arviant,"

"Bertahun-tahun setelah kepergiannya, aku sendirian membesarkan Senan yang hidup tanpa peran seorang ibu. Paman sering merasa kasihan terhadap Senan, seharusnya, anak yang baru lahir itu di timang oleh ibunya...tapi ternyata takdir berkata lain, tuhan mengambil ibunya tepat saat ia lahir kedunia. Seiring berjalannya waktu, Senan tumbuh dari hari ke hari.." Raja Denan tersenyum, membayangkan putranya yang ia rawat sendiri tanpa istrinya sekarang sudah besar dan beranjak dewasa.

Raja Denan menarik nafasnya saat merasa dadanya terhimpit."Senan selalu bergantung kepadaku, Senan berkata, bahwa ia tak mau kehilangan sosok ayahnya, Tapi, sepertinya, Senan harus kembali kehilangan...paman takut jikalau  Senan akan marah dan kecewa karena aku meninggalkan nya."

"Apa yang paman katakan? Paman ingin meninggalkan Senan?" Arviant menatap Raja Denan, pupil matanya bergetar.

Raja Denan mengangguk, "paman merasa hidup paman tak akan lama lagi...penyakit yang menggerogoti tubuh paman semakin hari semakin menyiksa. Jadi Arviant.." Raja Denan menjeda kalimatnya.

Raja Denan menatap Arviant penuh permohonan. tatapan yang sangat Arviant benci, "jaga Senan saat paman sudah pergi..bimbinglah ia kejalan yang benar, kau lebih paham segalanya di bandingkan Senan..kau adalah kakak baginya, setelah aku pergi, Senan akan mengemban status dan tanggungjawab yang berat..jadi paman mohon..ajarkan Senan untuk selalu berdiri tegak meskipun di hantam badai..dia harus menjadi pemimpin yang bijaksana di negeri ini."

Air mata Raja Denan meluruh, "dan terakhir.."

"Paman tahu ini adalah urusan mu dengan istrimu, paman tidak seharusnya mencampuri. Tapi sebagai paman sekaligus ayahmu..aku ingin kau berubah Arviant..kau memang memiliki kedudukan yang tinggi saat ini, tapi pernikahan mu di ambang kehancuran. Selena adalah gadis yang baik dan tulus, sedari dulu dia selalu mencintaimu sepenuh hati. Tak ada seorang pun yang bisa mencintaimu setulus Selena, sayangnya, kau menyia-nyiakan ketulusan hatinya...tidak seharusnya kau berperilaku demikian, Arviant. Sejatinya, seorang perempuan itu memiliki hati selembut kain sutra dan serapuh kaca. Sekali jatuh akan hancur berantakan dan tak bisa di perbaiki lagi seperti semula, sama seperti Selena...meskipun dia masih bersamamu hingga saat ini, jika kau terus berperilaku buruk kepadanya tentu saja ia akan lelah sendiri..dan berpotensi meninggalkan mu. paman berharap kau bisa mencintainya, jika memang kau tak mampu...maka ceraikan dia, biarkan dia mencari cinta sejatinya di luar sana." Kata raja Denan panjang lebar.

Arviant merenung, mencoba meresapi setiap kalimat Raja Denan barusan. Apakah ia sejahat itu?

Arviant menunduk dalam, dulu ia selalu bersikap kasar dan ketus terhadap Selena. Tak pernah sekalipun ia bersikap baik, bahkan..yang lebih parahnya, setelah menikah ia menghukum gadis itu dengan hukuman cambuk hanya karena Selena tak sengaja menumpahkan minuman kepakaiannya.

"Uhuk!"

Mata Arviant membola melihat darah segar keluar dari mulut raja Denan saat terbatuk. "Paman!" Arviant menahan tubuh raja Denan yang hampir limbung kesamping.

Ia keluar dari ruangan dan menyuruh penjaga memanggil tabib.

Arviant menunggu di luar kamar saat tabib datang. Ia sungguh cemas saat ini, pamannya itu selama ini selalu terlihat baik baik saja, selalu terlihat sehat padahal nyatanya..ia memiliki penyakit yang serius.

Apakah selama ini ia kurang peka pada sekitarnya? Maka dari itu ia tak tahu jika pamannya sakit parah seperti ini.

Mata menatap sekitar, tak ada Senan, sedari tadi ia hanya melihat pelayan dan pengawal yang berlalu lalang.

"Kemana putra mahkota?" Tanya Arviant pada tangan kanan Raja Denan.

Ganesa menjawab dengan tenang, "putra mahkota sedang berlatih di gunung putih saat ini, Duke."

"Berlatih?"

Ganesa mengangguk, "ya, Duke. Putra mahkota memiliki guru di gunung putih, beliau akan kesana seminggu tiga kali."

Arviant menatap kamar raja Denan yang pintunya tertutup rapat. Bagaimana ini? Ia harus mengabari Senan tentang kondisi raja.

"Kapan putra mahkota akan pulang?"

"Petang nanti, namun karena gunung putih terletak cukup jauh dari Kerajaan, sepertinya putra mahkota akan tiba saat malam hari."

Arviant memijat pangkal hidungnya. Bocah itu seharusnya tidak meninggalkan ayahnya dalam kondisi sekarat begini.

Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok tabib yang rambut dan jenggotnya putih secara keseluruhan, Arviant menegakkan tubuhnya, ia menghampiri tabib itu.

"Bagaimana kondisi yang mulia raja?"

Tabib itu menunduk lesu. "Detak nadi serta jantung raja mulai melemah, nafasnya pun mulai tersenggal. Sepertinya penyakit raja selama ini mulai menggerogoti organ tubuhnya yang lain."

"Kau!" Arviant menarik kerah baju tabib itu, membuat tabib itu bergetar seketika.

"D-duke ap—"

"Mengapa kau tidak memberitahu ku jika yang mulia memiliki penyakit hah?!"

Tabib itu semakin bergetar, "r-raja sendiri yang meminta saya untuk tutup mulut atas penyakit yang beliau derita selama ini."

Arviant memejamkan matanya, kemudian kembali membukanya. ia melepaskan cengkramannya pada kerah baju tabib itu.

"Pergi!"

Tabib itu dengan cepat pergi dari sana. Arviant kembali memijat pangkal hidungnya. "Mengapa paman merahasiakan hal sebesar ini.?" Gumam Arviant.

-

Nantikan chap SSL berikutnya!!

Maaf ya aku bru up, soalnya baru kelar bertapa🤣 ngga ngga aku bercanda🤡🤚 kemarin kemarin emg lagi Hectic bngt in relief jadi ga sempet up.

Trs, tiap ada waktu luang aku habisin buat nonton drama 😭🙏🏻 bahkan aku hampir lupa sama cerita SSL yang harus ku lanjutkan😆

So, semoga kalian ga kecewa ya karena aku baru up sekarang...izin ngilang lagi, bye bye gaisss👋👋👋






Continue Reading

You'll Also Like

363K 20.9K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
60.8K 13.5K 17
Lembayung Rinai Kayana. Wanita itu tidak menyangka bahwa hidupnya dalam sekejap hancur berkeping-keping setelah mengetahui fakta menyakitkan tentang...
383K 25.1K 62
Sebuah kalimat pertama yang diucapkan Esme Andreas begitu dia sadar adalah, "Mari bercerai, Jason." Esme Andreas telah kehilangan bayi dalam perutny...
1.1M 105K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...