berkunjung

14.8K 1K 8
                                    

Selena tidak menyangka akan demam. Ia padahal sudah mewanti wanti agar tidak kembali terjangkit wabah itu.

Tapi..gejala penyakit itu tidak sama dengan gejala penyakit yang menimpanya, kepalanya hanya pusing, lemas, dan suhu badannya naik. Sedangkan indra penciuman nya masih normal, Jika ia terjangkit pastinya indra penciuman sudah hilang.

Sepertinya ia memang demam biasa karena terlalu lelah selama tiga hari ini. Apalagi, saat di perjalanan cuaca sangat buruk, dan mungkin karena itulah, tubuhnya menjadi lelah dan berakhir tumbang seperti ini.

Ceklek

Pintu kamarnya terbuka, menampilkan Vina yang membawa nampan berisi makanan.

"Makan dulu, kau belum makan apapun sedari pagi." Vina membantu Selena untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang.

"Terimakasih ibu."

Vina memperhatikan Selena yang makan. "Sebenarnya tabib melarang ibu untuk berdekatan dengan mu.." Vina menghela nafas. "Apakah kau benar benar terjangkit?" ada nada sedih sekaligus cemas saat Vina bertanya.

Selena meminum air lalu menjawab. "Sejauh ini, aku sama sekali tidak merasakan gejala yang mirip dengan penyakit itu, aku hanya mengalami demam biasa bu. Tenanglah."

Helaan nafas lega keluar dari sela sela bibir Vina, ia bahkan sudah menangis seharian gara gara mengira putri semata wayangnya terjangkit. Lagipula, ibu mana yang tidak sedih ketika anaknya sakit?

"Kau beristirahatlah, ibu akan kemari saat makan malam. Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa memanggil pelayan yang berjaga di luar kamarmu."

Selena mengangguk, sebenarnya ia harus bertemu Cleo, tapi karena kondisinya yang tidak memungkinkan mengharuskannya menunda pekerjaan.

Vina tersenyum lembut lalu mengusap kepala Selena. "Ibu keluar dulu, kau beristirahatlah."

-

Seakan lain di hati dan pikiran, Arviant malah memutar arah menuju Fransem ketika perjalanan pulang dari desa Amerley.

Ingin rasanya ia memutar arah kembali ke rute awal yaitu rute menuju kediamannya. Tapi tubuhnya seakan menolak, dan terus mengacu kuda hitamnya untuk berjalan menuju Daerah fransem.

Fransem dan Desa Amerley tidak begitu jauh, jadi, saat matahari terbenam Arviant sampai di Fransem. Kudanya terhenti di sebuah gerbang yang merupakan gerbang kediaman Vernant.

"Aku akan masuk, kalian berjaga di luar." perkataannya barusan tertuju pada kedua pengawal nya, dan hanya Betran yang mengikutinya.

Langkah tegas dan penuh wibawa itu membuat beberapa prajurit yang berjaga bergeser dari tempatnya. Mereka kenal siapa orang itu, Duke Arviant sekaligus keponakan raja Denan. Mereka segan dengan aura yang di tebarkan oleh Arviant, begitupun Aura pengawal pria itu yang tak kalah kuat.

Mereka menganggap Arviant sebagai tamu, karena tak ada yang tahu jika pria itu adalah suami Selena.

"Salam hormat saya kepada Duke. Apakah Duke Arviant membutuhkan bantuan?"

Arviant menatap seseorang di hadapannya, orang itu memakai seragam yang sama dengan prajurit, namun hanya dia yang memiliki lencana bergambar burung merak khas simbol Vernant. Jadi bisa di simpulkan, jika yang di hadapannya ini adalah ketua dari prajurit prajurit itu.

"Saya ingin bertemu Duke Azer."

Pria bernama Ziro mengangguk. "Mari."f

Selena's Second LifeWhere stories live. Discover now