wabah

15.7K 1.1K 7
                                    

Tiga hari berlalu, dan mereka sudah tiba di Fransem sejak siang tadi. Tubuh Selena rasanya ingin remuk karena selama tiga hari berturut-turut tidak tidur dengan benar.

Usai membersihkan diri, Selena mengobrol dengan ibu dan ayahnya yang berada di belakang kediaman.

Melihat kehadirannya, Vina dan Azer tersenyum hangat, menyambut putri mereka. Hati Selena menghangat melihat senyum itu, dan tanpa sadar ia menangis.

"Sayang? Kenapa kau menangis?" sang ibu menghampiri dan bertanya khawatir.

Selena menggeleng. "Tidak apa apa, aku hanya merindukan kalian."

Vina dan Azer terkekeh. "Kemarilah putri ku." Azer merentangkan tangannya bermaksud agar Selena memeluk nya. dan dengan senang hati Selena masuk kedalam dekapan hangat ayahnya.

"Putri kesayangan ayah.." Azer mencium puncuk kepalanya.

"Ibu juga ingin memeluk putri ibu!" Vina merajuk, sebab Selena terus menempeli Azer, padahal ia juga ingin memeluk putrinya.

Selena terkekeh lalu memeluk ibunya. "Ibu sangat merindukanmu sayang.." Vina menangkup pipinya.

"Bagaimana di sana? Apakah kau di perlakukan baik oleh suamimu?" tanya Vina. Sebab, selama dua bulan ini mereka sama sekali tidak mendapat kabar dari Selena, terakhir saat bulan pertama pernikahan, orang suruhan Vina dan Azer pasti rutin memberi kabar tentang putri nya. Tapi entah kenapa, setelah bulan kedua dan ketiga, orang suruhannya tidak lagi memberi kabar, entah apa alasannya. Terakhir hanya Aeri yang sesekali memberi kabar melalui surat tentang Selena yang baik baik saja. dan itu cukup membuat mereka sedikit lega.

Selena rasanya ingin berkata jika dia sama sekali tidak pernah mendapatkan perlakuan baik suaminya, tapi karena takut orang tuanya cemas, Selena memilih berbohong. "Tentu saja, bu. Aku sangat di manja oleh duke Arviant." Selena meringis, di manja? Menatap nya saja duke Arviant enggan.

Keduanya menghela nafas lega. "Syukurlah kalau begitu."

"Iya, oh ya aku seperti nya ingin berjalan jalan ke pasar, apakah boleh?"

"Bo—"

"Tidak!" ucapan Vina langsung di sela tegas oleh Azer.

"Kenapa?" tanya Vina heran.

Azer menghela nafas. "Sedang ada wabah, di Fransem, dan wabah itu sangat berbahaya."

"WABAH?!" Vina menutup mulutnya terkejut. "Aku baru tahu ada wabah...oh tuhan lindungi lah masyarakat Fransem."

Selena termenung, wabah? Ia ingat wabah ini, wabah yang menjangkiti nya di saat bulan ke 5 pernikahannya, saat itu, ia pergi ke Fransem untuk menemui orang tuanya. Tapi naasnya, Selena malah terjangkit oleh wabah itu.

Selena sampai tidak menghadiri pesta perayaan ulang tahun Arviant karena Demam tinggi. Dan arviant, dengan teganya mengasingkan dirinya di sebuah menara yang terletak jauh di belakang kediaman. Menara itu adalah gudang yang di pergunakan menyimpan makanan pokok.

"Apakah wabah itu sangat berbahaya?" tanya Vina cemas.

Arzen mengangguk. "Ya, bahkan sudah lebih dari seratus orang meninggal karena wabah itu."

"Oh tuhan.."

Arzen melirik selena yang hanya diam dengan tatapan kosong. "Selena, sebaiknya kau jangan kemana mana dulu. Ayah tidak mau kau terjangkit wabah berbahaya itu."

Kesadaran Selena tertarik ke dasar. Ia memandang ayahnya lamat lalu berujar. "Ayah, bisakah aku ikut melihat kondisi mereka yang terjangkit?"

Arzen ingin menolak namun mendengar kalimat akhir putrinya, Arzen dan Vina mematung.

Selena's Second LifeWhere stories live. Discover now