obat penawar

14.4K 1K 5
                                    

Pagi telah tiba, namun, kali ini pagi itu terlihat begitu kelabu oleh awan yang terlihat bersedih dan terus menerus menjatuhkan air hujan sedari tadi dan tidak ada tanda tanda untuk berhenti.

Selena menghela nafas berkali-kali saat melihat hujan semakin lebat, dirinya harus pergi, namun terhalang hujan.

Meskipun menaiki kereta kuda dan tak akan terkena hujan, Selena tetap tidak di perbolehkan untuk pergi oleh orang tuanya. Terlebih, di saat hujan begini, jalanan akan licin.

"Bagaimana ini.." Selena kembali menghela nafas pelan. Bahan bahan dan beberapa alat yang ia butuhkan untuk meracik obat penawar dari wabah tersebut sudah ia siapkan.

Tapi apa boleh buat, sepertinya ia harus mengurungkan niatnya untuk pergi menemui Cleo karena cuaca yang tidak mendukung.

Kriett

Pintu kamarnya terbuka, menampilkan ayahnya dan pelayan yang sedang membawa makanan dan kudapan.

Selena tersenyum membalas senyuman sang ayah. "Kau sudah makan?" tanya Azer lalu mendudukkan dirinya di samping Selena yang sedang memandang ke luar jendela.

"Belum."

Azer menghela nafas, lalu mengambil makanan di atas nampan, "buka mulutmu." Azer menyodorkan sendok berisi makanan tepat ke hadapan mulut Selena.

Selena yang melihat ayahnya ingin menyuapi nya dengan segera membuka mulut. Matanya berkaca kaca melihat betapa tulus Azer menyayangi nya dan menjaganya selayaknya berlian yang berharga.

Selena tidak pernah mendapatkan perhatian dan kasih sayang setulus ayah dan ibunya dari orang lain dan suaminya sendiri.

Di masa lalu, dirinya selalu membangkang dan mempermalukan orang tuanya karena mengejar ngejar Arviant, yang berakhir ia dan keluarganya di cap buruk oleh orang orang. Tapi, bukannya mengusirnya atau membencinya karena telah mencoreng nama baik mereka, orang tuanya justru mengulurkan tangannya dan memeluknya hangat penuh kasih sayang.

Sungguh, Selena sangat beruntung memiliki orang tua seperti Azer dan Vina.

"Kenapa menangis putriku?" tanya Azer cemas saat melihat Selena menangis.

Selena menghapus air matanya, lalu mengunyah makanan nya dengan gerakan pelan.

Azer memberikan air minum, Selena menerimanya dan meminumnya hingga tandas.

"Terimakasih, ayah."

Azer tersenyum lembut lalu mengusap kepala anaknya yang paling ia sayangi dan jaga dengan sepenuh hati. "Ada apa? Mengapa kau menangis? Apakah ada sesuatu yang mengganggu mu? Katakan pada ayah."

Selena menggeleng, air matanya kembali luruh. "A-aku menyayangi ayah, sangat."

Azer menaruh makanan yang tersisa setengah itu di atas nampan. Di raihnya tubuh putrinya, dan menepuk nepuk bahu Selena yang bergetar karena menangis.

"Ayah jauh lebih menyayangimu, nak."

Setelah di rasa Selena yang berada di pelukannya kembali tenang, Azer melepas pelukan mereka lalu menangkup wajah Selena yang sembab.

"Dari dulu hingga sekarang dan bahkan sampai ayah mati pun, ayah akan selalu menyayangi kedua anak ayah, yaitu Sam dan Selena, kalian berdua adalah anugerah berharga dari tuhan."

Mendengar nama sam di sebut, Selena kembali menangis mengingat kakaknya yang juga begitu menyayangi nya. "Ayah..apakah kita akan menemukan pelaku dari pembunuhan kakak?"

Dalam sekejap ekspresi lembut Azer berubah menjadi dingin, tatapan pria itu menjadi tajam setajam pedang."Ya, secepatnya, secepatnya ayah akan menangkap pembunuh itu. Dia harus mati dengan cara yang menderita."

Selena's Second LifeWhere stories live. Discover now