Jangan Bilang Papa!

By gigrey

349K 42.3K 2.8K

Pak Saujana adalah seorang asisten Komisaris dari Salim Group. Sudah lima tahun terakhir ia mencoba untuk res... More

Characters
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
PROMOSI SEBENTAR
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39 (18+)
40
41
42
44
45
46
47
48
49
SPESIAL: Belajar Mengemudi part 1
SPESIAL: Belajar Mengemudi part 2
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62

43

6K 705 103
By gigrey

Jangan lupa tinggalin vote dan komen yang banyak yaa ehe makasih! ^^

Prabas merasa sangat senang. Dirinya seperti hidup di dunia mimpi. Seharusnya dari dulu seperti ini saja. Sejak hubungannya dengan Kaia diketahui oleh Kevin, pria itu bisa leluasa untuk bertemu dengan kekasih hatinya itu. Setiap sore, Kaia akan selalu berkunjung ke rumah sakit setelah pulang kantor. tentu diantar oleh Kevin. Prabas jadi semakin malas untuk sembuh. Rasanya ingin sekali untuk sakit hingga akhir pekan nanti.

Keinginannya pun terkabul. meskipun dirinya sudah dinyatakan sehat. tapi berpura-pura batuk setiap ada kunjungan dokter atau memasang kerutan di kening dengan berkata kepalanya selalu pusing membuatnya bisa berleha-leha hingga akhir pekan. Prabas tahu bahwa tingkahnya ini memiliki konsekuensi. yaitu pekerjaannya akan menumpuk seminggu penuh. Prabas akan sulit bertemu Kaia setelah ini karena kesibukannya. Tapi tidak apa-apa. Berbagai macam konsekuensi akan Prabas terima dengan kedua tangan yang terbuka selama Kaia ada di sisinya.

Prabas memastikan semuanya sesuai di tempatnya. Foto Kaia yang dicurinya pun sudah disimpan di laci dengan baik. Prabas menunggu dengan sabar sampai pintu kamarnya diketuk. Tidak lupa pria itu berpura-pura batuk agar terlihat semakin meyakinkan.

"Hai, selamat pagi, Bas," sapa Kaia dengan ramah.

"Pintu dibuka, ya, kayak tunggu di depan." Kaia mengangguk ke arah Kevin yang berdiri di ujung pintu kamar. Pria itu berdiri sejenak untuk memantau. Jangan sampai Prabas berani menyentuh adiknya secara berlebihan. Ia menghela napas saat Kaia memeluk Prabas sebentar dan melepaskan pelukan mereka.

Ia mengusap tengkuknya dengan canggung. Rasanya sangat aneh melihat adiknya memiliki pacar sekarang. Kevin masih belum sepenuhnya terbiasa. Apalagi pacarnya adalah manusia sejenis Prabas. Seharusnya ini adalah hari liburnya. Namun Prabas meminta Kaia untuk mengunjungi apartemennya, tentu saja Kevin harus menemani adiknya agar tidak diserang oleh serigala berbulu domba itu.

Kevin berbalik untuk duduk di ruang tamu untuk bermain dengan ponselnya.

Kaia mengecek suhu tubuh Prabas yang sudah normal.

"Kamu kenapa belum sembuh? Masih sakit apa?" tanya Kaia yang khawatir.

"Kurang tahu, tapi setiap malam masih sering dapat mimpi buruk sampai sakit kepala, terus masih batuk juga-uhuk!"

"Astaga... kamu nggak lupa minum obat kan?"

"Ada dokter yang selalu datang dan mengecek."

Kaia sedikit kasihan melihat kondisi Prabas. Ia mengusap tangan Prabas yang menggenggam tangannya. Pria itu memiliki trauma yang sangat besar sampai satu minggu lebih tak kunjung sembuh.

"Kamu sudah sarapan?" tanya Prabas yang melihat jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi.

"Sudah, tadi papa masak. Oh iya, kamu mau makan juga? Aku juga bawakan masakan papa. Ini sop iga papa sangat enak. Mumpung masih hangat, aku bawakan juga nasi putih."

Prabas melihat tas makanan yang Kaia letakkan di atas nakas. Gadis itu mengeluarkan beberapa jenis kotak makan dengan ukuran yang berbeda. Saat Kaia membuka salah satu yang agak tinggi, aroma sedap menggoda indera penciumannya. Perut Prabas yang hanya menerima setengah helai roti dan segelas susu pun bergejolak.

Kaia mempersiapkan semuanya dan mengambil meja lipat yang ada di atas meja kerja Prabas agar Prabas bisa makan di atas tempat tidurnya.

"Aku makan ya."

"Silahkan," balas Kaia sembari mengulurkan sepasang sendok dan garpu.

Prabas pernah mencicipi sop iga Tio Saujana. Saat Kaia masih mengiranya Pangestu dan saat Prabas membantu Kaia untuk brainstorming ide, Prabas mencicipi sop iga yang sangat lezat buatan Tio. Prabas mulai dengan mencoba kuahnya terlebih dahulu. Alisnya berkerut merasa ada sesuatu yang hilang. Rasanya berbeda.

"Bagaimana?" tanya Kaia penuh harap.

"Hm.." Prabas belum bisa menjawab. Pria itu kembali mencicipinya sekali lagi. Kurang puas, ia mengambil potongan daging kecil dan mengunyahnya. Hm... rasanya memang mirip tapi kurang nendang seperti biasa. Apa yang beda?

"Kamu... nggak suka ya?"

"Suka, ini enak," jawab Prabas berbohong. Ini rasanya seperti sop iga biasa. Tidak seenak buatan Tio Saujana sebelumnya. Mungkin pria itu sudah mulai pikun sehingga lupa akan resep buatannya sendiri.

Kaia menghela napas lega. "Fiuh, senang kalau kamu suka. Nggak sia-sia aku bantu papa."

"Huh? Ini buatanmu?" tanya Prabas bingung.

Kaia mengangguk cepat. Prabas melihat kuah sop di depannya dengan pandangan berbeda sekarang.

"Pantas saja berbeda!" Kaia yang merasa senang seketika menjadi gugup. Ternyata Prabas merasakan perbedaan sop iga yang dibuat. Apakah buatannya tidak enak?

"Aku tahu ini bukan buatan papamu. Ini jauh lebih enak! Setelah suapan pertama aku merasa ada yang aneh. Ini lebih enak. Terima kasih, Ai. Aku akan menikmati ini dengan sepenuh hati."

Kaia hanya bisa melihat Prabas yang makan dengan lahap. Pria itu tidak memberikan jeda. Tak ada satu bulir nasi pun yang tersisa. Bahkan Prabas menghabiskan sopnya hingga tetesan terakhir. Prabas mengembalikan semua peralatan makan dengan senyum lebar.

"Terimakasih, sangat lezat."

Kaia merona atas pujian Prabas.

"Um... kalau kamu mau. Aku bisa buatin makan siang buat kamu di kantor," ucap Kaia malu-malu sambil menutup kembali semua kotak makan dan merapikannya ke dalam tas yang dibawanya.

"Kamu nggak apa-apa? Aku nggak mau buat kamu repot."

"Enggak apa-apa, aku akan melakukannya dengan senang hati."

"Ai... sini sebentar."

Prabas menarik tangan Kaia dan memeluk. Pria itu menahan tubuh Kaia agar tidak menjauh. Kevin tidak akan tahu. Menerima takdirnya, Kaia pun mengalah dan meletakkan kepalanya di pundak Prabas. Ia memejamkan matanya sejenak ketika Prabas mencium pundaknya.

"Ai, kamu buat ini semakin berat. Rasanya ingin aku jadikan istri secepatnya."

Kaia tidak membalas perkataan Prabas. Ia tetap pada pendiriannya. Kaia akan lebih memilih papanya ketimbang Prabas. Namun saat memikirkan itu ada rasa sakit di dadanya. Kaia membiarkan Prabas terus memeluknya karena pelukan Prabas itu perlahan membuat Kaia tenang kembali. Kaia seperti bisa mengandalkan dan bersandar pada Prabas.

"Ai, sebentar lagi masa magangmu akan selesai kan? Apa boleh aku sesekali berkunjung ke rumahmu? Atau ... kalau kamu butuh tempat untuk menyelesaikan studimu, kamu bisa ke sini."

Kaia mengangguk. "Kalau kamu nggak keberatan ketemu papa."

"Buktinya Kevin merestui kita kan? Aku yakin papa juga pasti akan merestui kita."

"Papa?"

"Ah, maksud aku papa kamu."

Kaia tertawa kecil dan melepaskan pelukan Prabas.

"Kamu sembuh dulu. Kalau kamu besok ke kantor, aku bisa buatkan kamu makan siang juga," ujar Kaia untuk mengalihkan pembicaraan dari papanya.

Dan keesokan harinya Prabas pun seketika menjadi orang tersehat di dunia. Saat dokternya berkunjung di pagi hari, Prabas yang selalu bermalas-malasan di atas tempat tidurnya sudah terlihat rapi dengan jas kantornya.

Dokter kembali menyarankan mengambil libur agar bisa terus beristirahat. Tapi keras kepala Prabas tidak ada yang bisa mengalahkan. Jika dia berhasil meyakinkan dokternya kalau selama ini dia sakit, maka mudah bagi Prabas untuk meyakinkan dokternya kembali jika dia sudah sangat sehat bugar.

Prabas tidak akan membuang kesempatan mendapatkan makan siang buatan kaia. Bahkan jika harus melewati samudra pasifik hanya demi sepotong ayam goreng gosong pun, akan Prabas arungi lautan.

Prabas tiba di kantor lebih awal, karena Kaia juga berada di lantai sepuluh, Prabas sengaja melambatkan langkahnya berharap melihat sekelebat sosok Kaia di ruangannya tapi Kaia tidak ada. Tiba di depan ruangannya, Kevin sudah tiba dengan tas makanan yang sama seperti yang Kaia bawa kemarin.

"Dari Ai," ucapnya singkat.

Tidak lupa Prabas mengucapkan terimakasih dan membawa tas itu ke dalam ruangannya. Prabas ingin mengintip dulu agar dia semakin semangat mengerjakan semua pekerjaannya yang tertunda.

Prabas membuka kotak makan pertama berisikan potongan buah. Pria itu membuka satu lagi dan senyumnya tiba-tiba menjadi kaku.

"Ah... wah... ayam yang kelewat matang sungguhan," ujar Prabas dengan senyum canggung kemudian menutup kembali semua kotak makan. Prabas tertawa kecil mencoba membohongi dirinya sendiri.

Prabas memotret tas tersebut dan mengirimkannya kepada Kaia.

Untuk: Ai Nona Cantik

Tidak sabar untuk jam makan siang. Terlihat sangat lezat.

***

Kita senang-senang dulu yaa... ^^

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 142K 48
"You all must have heard that a ray of light is definitely visible in the darkness which takes us towards light. But what if instead of light the dev...
538K 1.3K 33
īŧŠâœŋ☆♛☆âœŋīŧŠ 𝐝𝐚đŦ𝐡𝐚 has always struggled with her mental health, but her best friend matt sturniolo is always there to help her through it. she loves...
18.9K 380 29
╰ ⋆ 𝐃𝐀𝐈𝐘𝐀 𝐍𝐎 𝐀𝐂𝐄 ; ダイヤぎA āŦ“.° ╮ 𝙙𝙞𝙖đ™ĸ𝙤đ™Ŗ𝙙𝙨 𝙙𝙤 đ™Ŗ𝙤𝙩 𝙨𝙝𝙞đ™Ŗ𝙚 đ™Ŧ𝙞𝙩𝙝𝙤đ™Ē𝙩 𝙡𝙞𝙜𝙝𝙩 ─ ⠀ ⠀ ❁ÛĒÛĒāŊ´āŊģ ━ ❝ 𝐃𝐄𝐌𝐎𝐍 𝐀𝐂𝐄 ❞ 𑁍ā œāŗ„...
1.3M 33.2K 46
When young Diovanna is framed for something she didn't do and is sent off to a "boarding school" she feels abandoned and betrayed. But one thing was...