Reis [Re-write]

By mawaddah288

154K 5.8K 220

[[ Hutama Family-season 2 ]] Judulnya COME LATE tapi saya ganti menjadi Reis. Cerita ini sudah pernah d... More

2. I See You Again
4. Jyväskylä
7. You Get Her
8. I Get Hurt
9. Angel of Me
10. Move On
11. I Did What You Do
12. Lucky
13. Spesial
14. Kebersamaan yang tak akan terulang
15. Sebelah Mata
16. My Prince
17. Heaven Sin
18. One Last Cry
19. Ex-bf
20. Nightmare
21. Already gone
22. Say Good Bye
23. Surprise
24. Back To Him
25. Best Mistake
26. Accident
27. Divorce me, please.
28. My Son?
29. Ternyata
30. Ending
Secuil perkembangan Kelvin dan lain2

6. Just A Friend To You

4.7K 229 6
By mawaddah288

“Kita harus buat publik mengira kita sudah break!” Irina mendorong bahu Al dengan sebal.

Al melirik ke arah Irina yang sedang merengut, bibirnya yang mengerucut serta dorongan-dorongan pelan yang dilakukan tangan Irina selalu membuat Al terdiam. Sepanjang perjalanan mencari keberadaan Sandra, sahabatnya itu hanya menyuruhnya untuk membuat keributan yang mungkin akan menjadi konsumsi publik.

“Hanya mengira saja’kan?” tanya Al dengan malas, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri mencari kemungkinan bertemu dengan Sandra.

God! Harusnya dari awal aku tidak menawarkan jasa ‘numpang pamor’ kepadamu.”

Al terkekeh lalu mengacak rambut Irina dengan gemas, membiarkan perempuan itu memendam kekesalan sendiri. Sudah hari kedua, Sandra tidak memberinya kabar atau Irina. Wanita itu hilang tanpa jejak, bahkan beberapa kenalan Al yang bekerja di imigrasi tak mendapatkan informasi mengenai wanita itu.

“Kamu yakin Sandra masih di Moskow?” tanya Al menatap Irina sekilas.

Irina menoleh, sebelah alisnya terangkat sebelah. “Menurutmu? Apa dia bodoh membiarkan barang-barang berharga ditinggal begitu saja di tempat penginapan?”

“Tapi kemarin kamu denger’kan kata orang penginapan, Sandra pergi –“

“Aku yakin ada seseorang yang menariknya untuk bicara,” Irina mensela ucapan Al. “Dia tidak mungkin membiarkan liburannya direnggut siapa pun atau apa pun.”

Al mengangguk mempercayai ucapan Irina, karena bagaimana pun perempuan itu adalah sepupu dari wanita incarannya, wanita yang akan menjadi calon nyonya Hutama. Ia meminggirkan mobilnya, sudah hampir senja dan mereka belum makan sejak tadi atau lebih tepatnya Al yang belum makan.

“Pilihan tepat!” seru Irina yang langsung membuat Al menahan pintu mobil, perempuan itu tampak tersenyum lebar menatapnya. “Tempat ini penuh dengan paparazi, kita mulai di sini?”

Sebelah alis Al terangkat, lalu menatap keluar jendela. Memang benar, tempat yang ia pilih ini banyak paparazi dan mungkin markas para penyantap gosip. “Harus hari ini?”

“Kapan lagi? Aku ingin sebelum kamu dan Sandra jadian, kita sudah tidak ada hubungan Al.” Kata Irina dengan yakin.

Al menyipitkan matanya, memajukan kepalanya ke arah Irina hingga jarak mereka benar-benar dekat. “Tidak ada hubungan katamu? Kita tetap menjadi partner terbaik sepanjang masa Irina.” Al menekankan setiap kalimat dengan mata cokelatnya yang bening pada Irina.

“Pengen banget ya?” Irina menggoda Al dengan mendorong-dorong bahu Al dengan manja. “Sayangnya, aku benci banget sama kamu!” Irina langsung mendorong tubuh Al dengan kasar.

“Oh God, Irina! kamu dari dulu enggak pernah bisa benci sama aku, ingat –“

“Masa lalu tidak baik diungkit, Alexander!” sela Irina dengan sebal, ia langsung keluar dari mobil Al dan membanting mobil Al dengan kasar.

Perlahan kepala Irina menoleh, ia mencari keberadaan para wartawan ketika ia keluar dari mobil Al. Jika Al tidak ingin bersandiwara, baiklah, maka ia sendiri yang akan menyudahi permainan yang ia mulai tanpa meminta untuk kedua kalinya pada Al. Ia menegakkan kepalanya, melihat ada seseorang yang bersembunyi di seberang jalan dengan kamera melingkar di lehernya. Tak lama pula, Al keluar dari mobil dengan kacamata hitam melindungi mata cokelatnya.

Al mencoba menarik tangannya, namun Irina menyentakkan tangan Al sehingga pria itu menatapnya bingung. Wajah Irina sudah menatap Al dengan tajam, beberapa orang yang lewat menatap mereka. Irna mengambil napas dalam-dalam, ia tidak cocok menjadi artis dengan skenario dadakan yang akan ia lakukan. Cukup berjalan di panggung dengan pakaian dari brand ternama atau photo shoot menjadi bagian di hidupnya, akting? Terima kasih.

“Lepas! Kamu sendiri yang bilang, kalau aku tidak lebih baik dari wanita-wanita kamu terdahulu. Jadi lebih baik kita over!”

Dahi Al berkerut mendengar ucapan Irina, mata perempuan itu berkedip memberikannya kode. Entah apa yang ada di benak Irina sehingga ingin membuat keributan di saat perutnya sedang kosong.

What did you say?” tanya Al dengan wajah bingung.

Over! Go away from me.” Ujar Irina dengan tangannya yang mengusir Al dari wajahnya, ia menatap Al dengan jijik.

“You said, you love me, Irina.”

Irina ingin tertawa saat itu juga ketika mendengar ucapan Al, akting Al benar-benar diluar dugaannya. “I saw you with her! Enough, Alexander, just leave me.

Tatapan Irina begitu memohon menatap Al, ia ingin Al membiarkannya pergi. Namun siapa sangka, bahkan drama yang sedang Irina mulai hancur seketika. Di luar dari ekspektasinya yang mengharapkan kemudahan keluar dari hubungan yang tidak baik ini, dan nyatanya sekarang ia berada dalam dekapan Al.

Pria itu memeluknya dengan erat, mata Irina terbelalak kaget merasakan hangatnya pelukkan yang Al berikan kepadanya. Tangan Al membelai rambutnya dan menenggelamkan kepalanya di lekuk lehernya, hingga kedua tangan Al berhenti mendekap lebih erat tubuhnya. Sebuah pelukan yang sangat merindukan begitu Irina rasakan, bahkan kedua tangan Irina terasa kaku tak mampu membalas dekapan Al.

________________
Why you gotta hug me
Like that every time you see me?
________________

“Harusnya kamu biarin aku pergi, bukan malah meluk aku, Al.” Bisik Irina dengan lirih.

“Kamu tahu, Ir, kalau aku tidak akan membiarkan kamu pergi tanpa aku sekali pun.” Balas Al dengan lembut.

Tiba-tiba hati Irina terasa menghangat, ia membalas pelukkan Al dengan lebih erat. Merasakan kehangatan yang sudah lama tak ia rasakan dari tubuh Al, pria yang mampu membuat dunianya lebih berwarna dibadingkan hari sebelumnya.

_________________
Why you always making me laugh
Swear you're catching feelings
_________________

“Aku tidak ingin karena hubungan palsu kita, kamu dan Sandra semakin sulit.” Lagi Irina menjelaskan rasa takutnya.

“Tenang, dia tahu kalau kita hanya bersandiwara.”

Irina tersenyum miris mendengar ucapan Al, ia berusaha untuk membuat semua lebih mudah. Memudahkan Al menjalani hubungan dengan Sandra, dan tentu saja memudahkannya lepas dari hidup Al yang selalu membuatnya bergantung pada pria yang memiliki kharisma mematikan. Seperti sekarang, rasanya berat untuk melepas Al dari dekapannya.

🍜🍝🍝🍝🍝🍝🍜
_

___________
I loved you from the start
So it breaks my heart
____________

“Tapi elo kayaknya rela banget Al sama Sandara.” Nathan memberikan hot chocolate kepada Irina, hari ini ia sedang cuti dari dapur dan mengajak sahabatnya itu jalan.

“Iyalah, karena gue tahu Sandra bukan seperti mantan-mantan dia yang lain.” Jawab Irina dengan santai, ia menyesap minuman tersebut dan mengikuti langkah Nathan.

Nathan mengangguk pelan, lalu berhenti dan menghadap Irina. “Elo enggak apa?”

Irina terdiam sejenak, ia menatap air yang berada di dalam gelas. Dinginnya kota Moskow dan hangatnya cokelat, tidak memberikan pengaruh pada hatinya atau pikirannya. Bahkan sekarang ia semakin menggenggam gelas itu dengan erat, tak mengetahui tatapan Nathan.

Perlahan ia mengangkat kepalanya, menyunggingkan senyuman. “Gue enggak apa kok, lagi pula Christian juga sudah enggak neror gue.”

Nathan menyipitkan matanya, ia mencoba melihat lebih dalam mata biru yang sedang menipunya. Perempuan di hadapannya tak akan mampu berbohong, karena bukan bakatnya untuk berakting. “Syukurlah, karena gue takut elo sakit hati terus minta gue jadi pacar elo lagi.”

Good idea, Than. Nyewa elo sebulan sama Kate enggak apa kali ya? Gue bayar deh.”

Heum... gue pikirin deh kalau ada duitnya.” Nathan mengulum senyumnya ketika melihat Irina tertawa, raut wajah Irina terlihat semakin cantik jika tersenyum namun ia menyadari ada retakan yang begitu ketara melihatnya.

Mereka melanjutkan perjalanan, Irina akhirnya menghabiskan minumannya lebih dahulu dibandingkan Nathan. Ia tersenyum lega melihat wajah Irina yang tampak tersenyum, andai Irina lebih jujur setidaknya pada dirinya sendiri, maka ia akan bahagia. Bahagia melihat wajah cantik berselimut kebahagian.

Sebuah deringan ponsel mengganggu keduanya, sebuah panggilan dari Al tertera di ponsel Irina. Nathan melirik, lalu matanya menatap Irina yang enggan menjawab panggilan tersebut. Mereka masih terdiam hingga Al berhenti menelpon Irina, mata Nathan menangkap raut wajah Irina yang gelisah. Entah kenapa ia gemas sendiri dengan sahabatnya ini, atau lebih tepatnya dengan dua orang yang sialnya menjadi sahabatnya.

“Angkat aja.” Nathan melihat Al menghubungi Irina untuk ketiga kalinya, ia yakin sahabatnya yang entah di mana sekarang sangat penting hingga menghubungi Irina lebih dari sekali atau mungkin Al merindukan Irina.

Irina menggeser layar sentuhnya dengan ragu, perlahan ia bawa ponselnya ke telinganya. “Apa?”

Kamu di mana, Ir? Terdengar kamu masih di luar? Sama siapa? Sudah hampir tengah malam.”

Nathan menyunggingkan senyumnya, ia mendengar dengan jelas kekhawatiran dari seberang sana. Ia melihat sekilas jam di pergelangan tangan kirinya, bahkan belum jam sepuluh malam.

“Aku sedang di luar sama Nathan, ada apa?” jawab Irina.

Sejenak ada keheningan diantara mereka, lalu tanpa disangka tubuh Irina didekap dari belakang oleh seseorang. Spontan Irina terdiam sejenak, begitu pula dengan Nathan yang menoleh dan mendapatkan pria yang baru saja menghubungi Irina berada di sampingnya. Tanpa merasa berdosa, Al menyunggingkan senyumannya.

_______________________
When you say I'm just a friend to you
Cause friends don't do the things we do
Everybody knows you love me too
_______________________

“Oh God! Kamu ngapain?” tanya Irina yang langsung melepaskan pelukan Al dengan cepat, ia tidak ingin berada di dekat Al semakin lama, ia ingin semua berakhir. Berakhir apa yang telah ia mulai.

“Kalian sendiri ngapain? Jadi kamu mau buat gosip dengan jalan bersama Nathan untuk mengakhiri sandiwara kita?” tanya Al menatap Irina dengan dagunya terangkat.

“Kamu cemburu?” Irina balik tanya, percakapan mereka memang sering tidak menemukan akhir yang ujungnya akan selalu sebuah pertanyaan.

Al terdiam lalu menatap Nathan yang sedang menghabiskan minumannya tanpa memandangnya atau memandang Irina. Tanpa diduga, Al melepaskan mantelnya ketika melihat wajah Irina memucat. Ia melampirkan jaketnya di bahu Irina, menghangat tubuh perempuan di hadapannya.

“Sejak kapan kamu jadi perhatian gini?” bisik Irina ketika kepala Al tak jauh darinya, sejenak Al berhenti dan menatapn kosong ke belakang Irina.

______________________
Tryna be careful with the words I use
I say it cause I'm dying to
I'm so much more than just a friend to you
______________________

“Ir...”

“Kita cuma sahabat loh, Al, enggak baik kamu lakuin ini ke aku.” Sela Irina.

Ucapan Irina yang baru saja tertangkap oleh telinga Al mampu membuat Al terdiam, ia mendesah pelan. Ia menatap mata biru yang begitu datar menatapnya, tatapan biru itu terlihat kosong. Irina yang biasanya terlihat ceria dan mengintimidasi, kali ini ini terlihat berbeda. Jauh dari bayangannya.

Al mengecup kening Irina dengan lembut, kecupan yang cukup lama hingga membuat Irina memejamkan matanya. bibir Al yang hangat langsung merambah ke seluruh tubuhnya, bahkan suhu dingin yang ia rasakan kini berubah. Ia bisa merasakan bagaimana tulusnya Al menciumnya, bagaimana kecupan itu bereaksi ke seluruh organ tubuhnya dan betapan inginnya ia menghentikan waktu sejenak.

_______________________

When there's other people around
You never wanna kiss me
You tell me it's too late to hang out
And you say you miss me
_

______________________

“Karena kamu sudah menjadi bagian hidup aku, Irina.”

Continue Reading

You'll Also Like

54.4M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...
6.1M 704K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
6.3M 324K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...