🍃
🍃🍃🍃
Lian memasuki rumah nya perlahan karena tidak ingin membuat kebisingan. Karena saat ini sudah menunjuk kan pukul 7 malam yang berarti papa, bunda. Abang nya vian dan juga mirza.
Saat ini pasti sedang menyantap makan malam mereka, dan ia benar-benar tidak ingin mengganggu makan malam anggota keluarga nya
"Lian?" Panggil sesorang dari arah dapur sesaat setelah lian menginjak anak tangga pertama hingga dengan cepat lian menoleh dan menatap ratu yang tersenyum ke arah nya dengan membawa piring berisi ikan bakar yang sangat ia sukai
"Apa gue mimpi?
Gue gak salah denger kan?
Bunda manggil nama gue?"
Lirih lian dan tanpa sadar bibir nya tertarik membentuk senyuman dengan air mata yang mulai menetes membuat ratu mulai merasakan kembali perasaan rasa bersalah itu.
"Kenapa menangis nak?" Tanya ratu yang saat ini mencoba menahan air mata nya agar tidak jatuh.
Karena tidak ingin membuat putra bungsu nya tersebut menjadi mengkhawatir kan nya.
"Enggak bunda! Lian gak papa" ujar lian dan menghapus air mata nya kasar
"Bunda udah masakin ikan bakar kesukaan lian, makan ya nak?" Ujar ratu pelan
Lian mengangguk dengan semangat sembari mengambil alih piring yang di bawa oleh ratu.
Meskipun sejak pagi tadi ia tidak nafsu makan dan juga merasa sangat mual.
Diri nya tidak mungkin menolak ajakan sang bunda dan menyia-nyia kan kesempatan yang selalu ia tunggu setelah sekian lama nya.
"Avlian, sini nak! Duduk di samping papa" ujar niko di saat melihat kedatangan lian yang berjalan di samping istri nya membuat baik aluna maupun mirza yang ada di sana benar-benar terkejut akibat perubahan sikap papa mereka yang berubah lembut kepada sang adik
"Pah..?" Ujar lian lirih dan mengikuti permintaan sang papa setelah ia meletakkan piring yang ia pegang ke atas meja
Perlahan tangan niko terulur menarik kursi yang ada di sebelah nya memudahkan putra bungsu nya itu untuk duduk membuat aluna tersenyum menatap interaksi sang adik dan juga papa nya tersebut
Aluna benar-benar tidak menyangka dengan apa yang ia lihat.
Dirinya benar-benar tidak lagi merasakan ke khawatiran di saat lian ikut bergabung bersama mereka di meja makan.
Entah kapan kali terakhir sang adik bergabung bersama mereka di meja makan tanpa ada nya keributan.
Yang pasti semua itu sudah sangat lama sekali, karena.. setiap kali lian duduk di meja makan baik itu vian maupun kedua orang tua nya pasti akan menyakiti lian dengan kata-kata mereka
"Zadi gak pulang lagi sayang?" Tanya ratu menatap aluna sembari menyendok kan nasi ke piring lian hingga membuat sang putra tersenyum
"Makasih bunda.." ujar lian pelan
"Makan yang banyak ya sayang" ujar ratu menjawab lian dengan senyuman
"Pulang bunda tapi sedikit larut, soal nya masih ada satu pasien lagi yang harus di operasi. Nanti juga pakde bakal jemput aluna bunda" ujar aluna dan pakde yang di maksud adalah supir pribadi nya
Ratu mengangguk dan tersenyum menanggapi putri sulung nya tersebut dan mulai menikmati makan malam nya sembari memperhatikan putra bungsu nya yang terlihat hanya mengaduk-aduk makanan nya dengan wajah yang sedikit pucat.
"Kenapa sayang, makanan yang bunda masak gak enak ya? Kalo gitu biar bunda delivery untuk lian" ujar ratu membuat lian sedikit terkejut dan mulai menggeleng pelan.
"Ehh enggak bunda, lian suka makanan nya. Apa lagi ikan bakar nya!" Jawab lian cepat
"Makan yang banyak dek, masakan bunda selalu enak kok" ujar mirza terdengar sangat bersemangat membuat ratu mulai mengusap rambut mirza dengan lembut.
"Iya bang, enak kok! Ini gue makan.." ujar lian dan mulai memakan makanan yang ada di piring nya dengan lahap lalu mulai meneteskan air mata nya membuat ratu dan juga niko yang melihat lian menangis mulai merasa semakin sangat bersalah kepada putra mereka
"Perjuangan lian gak sia-sia.." bisik aluna pelan ketelinga sang adik yang ada di sebelah nya
"Makasih kak una.." jawab lian dengan tersenyum
"Daging nya buat vian aja bunda" ujar vian menatap sang bunda dengan menggeleng pelan memberi isyarat
Di saat ia melihat sang bunda yang ingin meletakkan sepotong semur daging ke piring sang adik, lian. hingga membuat ratu dengan cepat mengangguk dan memberikan daging tersebut ke vian
Hingga membuat lian dan aluna cukup kebingungan akibat interaksi yang di lakukan vian dan juga bunda nya tersebut.
"Lian.. papa minta berkas beasiswa lian ya! Gak perlu terima beasiswa, biar papa yang bayar semua biaya kuliah lian mulai sekarang" ujar niko tiba-tiba membuat lian sedikit tersedak akibat pertanyaan tiba-tiba dari sang papa.
"Minum dulu dek.." ujar vian cepat sembari menuangkan air putih untuk sang adik dan di terima lian dengan senang hati
"Pah.." ujar lian lirih
"Besok papa ke universitas lian" ujar niko namun lian dengan cepat menggeleng kan kepala nya mencoba menolak papa nya tersebut
"Kenapa?" Tanya niko
"Lian sejak awal tidak menerima beasiswa yang di berikan pah.." ujar mirza membantu lian untuk menjawab nya
"Hah? Terus biaya kuliah lian selama ini dari siapa sayang?" Tanya ratu
"Bener dek, lo uang nya dari mana? Biaya nya juga gak kecil loh.." tanya vian kali ini.
Lian terdiam dan terlihat berfikir, hingga pada akhir nya ia tersenyum seakan sudah memiliki alasan yang pasti akan membuat semua orang percaya
"Kak aluna sama bang zadi yang selama ini kasih lian uang untuk bayar kuliah sama yang lain nya pah!" Ujar lian pada akhir nya membuat aluna membulat kan mata nya lebar dan mirza hanya menghela nafas pelan.
Karena Cukup terkejut dengan apa yang lian katakan..
Bagaimana tidak?
Lian menghidupi diri nya sendiri dengan kemampuan nya sendiri dengan bekerja di netzard group.
Dan sekarang?
Sang adik mengatakan kepada sang papa bahwa diri nya dan suami nya yang telah membantu sang adik selama ini.
Bahkan..
Sejak awal di saat diri nya menawar kan diri untuk membiayai kuliah lian, adik nya itu menolak nya secara halus dan ia tidak mungkin memaksa.
"Apa benar yang lian bilang sayang?" Tanya ratu menatap wajah putri nya tersebut
"I..iya bunda" jawab aluna sedikit gugup
Niko menghela nafas pelan dan merasa tenang setelah mendapat jawaban dari putri nya tersebut.
Meski putra bungsu nya itu tidak mendapat support dari diri nya dan istri nya, namun ternyata..
Putri sulung nya benar-benar memperhatikan adik nya dengan sangat baik, dan ia benar-benar beruntung memiliki anak yang benar-benar perduli satu sama lain.
"Makasih nak, untuk seterus nya biar jadi urusan papa.." ujar niko, baik lian maupun aluna hanya mengangguk pelan sebagai jawaban karena mereka tidak mungkin membantah perkataan dari niko.
🔹
Hoekk..
Hoekkk...
TBC
🔥 NEXT or NO? 🔥