🍃
🍃🍃🍃
"Mas zadi..?" Panggil anya kepada zadi yang baru saja keluar dari ruang rawat lian namun dengan cepat ia menyusul nya, membuat zadi langsung menoleh dan menatap gadis yang ada di hadapannya saat ini
Geovanya terdiam dan menunduk dalam sembari meremat gardigan panjang yang ia kenakan membuat zadi khawatir dan mulai menatap gadis itu dengan penuh tanda tanya
"Kenapa anya?" Tanya zadi dengan nada suara lembut, tetapi anya hanya diam dan mulai mengangkat kepala nya untuk menatap mata zadi namun detik berikut nya ia kembali menunduk dalam lalu mulai terisak pelan.
"Heii kenapa an? Kok nangis!" Tanya zadi lagi karena, bukan nya mendapat jawaban diri nya malah melihat anya menangis
Anya menggeleng lalu kembali mengangkat kepala nya mengumpulkan keberanian untuk berbicara kepada zadi
"Maafin anya ya mas" ujar anya pada akhir nya dan masih terisak pelan dengan bahu nya yang naik turun tidak beraturan karena berusaha meredam suara isak tangis nya
"Ehh kenapa minta maaf? Kan bukan anya yang salah, papi anya hanya salah paham sama lian Semua udah selesai kan? Papi anya juga sudah minta maaf" ujar zadi dan menepuk bahu anya dengan pelan
"Tapi! Karena anya kondisi lian semakin memburuk mas. Bahkan tadi lian sangat kesakitan" ujar anya lirih
"Tadi kan dokter wiguna bilang dia sudah kasih obat pereda sakit untuk lian. Jadi, untuk sekarang lian bakal baik-baik saja"
"Dan untuk seterus nya, anya harus hati-hati merawat lian ya? Karena kondisi tubuh nya dalam fase terendah saat ini"
"Lian sekarang benar-benar butuh istirahat total dan jangan membebani fikiran nya karena kanker yang ada di otak nya bisa saja menyebar dengan sangat cepat ke organ tubuh nya yang lain" ujar zadi dengan panjang lebar namun sukses membuat anya mengerti dan sedikit merasa tenang
Anya mengangguk dan terlihat masih terisak setelah mendengar penjelasan dari zadi barusan tanpa mereka ketahui bahwa ada sepasang mata yang mendengar percakapan mereka sedari tadi dengan kedua tangan yang terkepal kuat
"Udah. hapus air mata nya, terus basuh muka.. anya harus tenang, kalo anya begini nanti lian malah kefikiran dan tambah sakit" ujar zadi
"Iya mas zadi, makasih.."
💔💔💔
Avlian tersenyum dan menatap penuh harap pada wishlist yang ia buat beberapa bulan lalu..
Dua keinginan nya telah ia penuhi, semua berkas saham netzard milik nya yang ia tinggalkan nanti akan di berikan kepada mirza dan juga vian
Tidak lupa juga darren, abi dan juga ghava yang membantu diri nya juga nathan hingga bisa sesukses sekarang.
Namun..
Tatapan mata nya kembali sendu, karena beberapa list yang ia buat terasa sangat sulit dan juga mustahil untuk diri nya dapatkan.
Walaupun nanti ia tidak bisa memenuhi semua list yang ia buat, setidak nya keinginan yang ke enam akan benar-benar terjadi.
Dan hal itu membawa kebahagiaan tersendiri bagi diri nya, karena menurut nya keinginan tersebut adalah sebuah penebusan dosa
"Lo bakal pergi han..
Tidak perlu mengkhawatir kan hal yang lain saat ini
Jika sempat...
Gue sangat ingin di berikan senyuman dari papa dan bunda untuk yang terakhir kali nya...
Tidak perlu pelukan, tidak perlu usapan lembut atau bahkan kata penyemangat.
Cukup senyuman!!
Meskipun senyuman itu nanti adalah senyuman kebahagiaan mereka atas kepergian gue untuk selamanya,
Terus usaha han, lo bisa!"
"Akhh sshh" lian merintih lalu mulai berbaring setelah menutup dengan rapat buku nya
"Tidur lebih baik! Semoga bisa kembali membuka mata esok pagi" ujar nya lirih bahkan tanpa ada niatan untuk meminum obat nya dan malah memilih untuk berbaring di tempat tidur nya
Lian berbaring menyamping menatap jendela kamar nya yang terbuka lebar hingga membuat gorden yang menghiasi jendela itu seperti akan terbang karena tertiup angin
Entah apa yang terjadi?
Namun saat ini tangan dan juga kaki nya tidak dapat di gerakkan hingga membuat diri nya sendiri cukup merasa ketakutan.
"Pah.." rintih nya dengan air mata yang mengalir dan tanpa mampu ia tahan hingga tidak berapa lama setelah ia menyebut kan nama sang papa.
Pintu kamar nya dengan tiba-tiba di buka oleh seseorang yang ternyata adalah sang papa hingga membuat dirinya dengan cepat memaksa tubuh nya untuk bangkit meski tangan dan juga kaki nya benar-benar terasa sakit untuk di gerakkan
"Maaf pah, lian ketiduran"
"Hidung kamu lian!!" Ujar niko terlihat sedikit khawatir
Membuat lian dengan cepat menyentuh bawah hidung nya yang ternyata mulai mengeluarkan darah.
Lian membulat kan mata nya lebar menatap kaget pada darah yang mengotori ibu jari nya.
Namun..
Detik berikut nya pemuda itu tersenyum menatap sang papa dengan senyuman yang di paksakan.
"Ada apa pah?" Tanya lian dengan wajah pucat nya
"Turun, di bawah ada om restu!" Ujar niko menjawab putra bungsu nya tersebut dengan nada suara yang terdengar lebih pelan
Lian mengangguk lalu tersenyum lembut dan mulai mengikuti sang papa setelah membersihkan darah di hidung nya secara kasar menggunakan kaos hitam yang ia pakai sekarang
"Om restu siapa pah?" Tanya lian dengan perasaan takut
Takut pertanyaan dari nya malah mengundang emosi dari papa nya.
Niko menghentikan langkah nya tepat di depan anak tangga pertama lalu mulai berbalik dan mulai menatap lian dengan penuh tanda tanya
Ada apa dengan pertanyaan putra nya tersebut? Pertanyaan apa yang saat ini putra nya itu lontarkan?
Bagaimana bisa lian mengatakan hal seperti itu, sudah jelas bahwa restu adalah om nya sendiri.
Kakak kandung dari istri nya, ratu.
"Pertanyaan macam apa itu?" Ujar niko mulai membentak lian secara kasar
"Pah maaf" ujar lian lirih
"Saya sedang tidak ingin membuat keributan avlian karena sekarang ada om kamu, jaga sikap kamu. Mengerti?" Ujar niko mencengkram pipi lian dengan kuat hingga membuat lian meringis dan hanya mampu mengangguk tanpa mengerti dengan apa yang sebenar nya terjadi
"Kenapa papa sangat kasar ke lian? Apa lian berbuat salah sebelum nya?
Papa tidak pernah sekasar ini sebelum nya! Apa papa masih marah karena lian begadang buat main ps sama bang mirza?" Ujar lian lirih
"Tunggu apa lagi? Cepat turun Avlian!!" Bentak niko membuat lian dengan cepat bergerak dan mulai mengekori sang papa
Lian berjalan perlahan dan terlihat berfikir keras berusaha mengingat sesuatu yang mungkin ia lewatkan.
Apa yang terjadi kepada sang papa? Dan kenapa papa nya itu bisa bersikap sekasar itu terhadap nya.
Ia tau dan bahkan sangat mengerti, niko memang jarang mengajak nya bicara bahkan sekedar untuk menanyakan bagaimana ia di sekolah.
Tetapi papa nya itu tidak pernah sekasar ini. Sebenar nya apa yang telah ia lewatkan? Dan kesalahan apa yang telah ia perbuat sehingga membuat papa nya bisa semarah ini
"Pah..?"
TBC
🔥 NEXT or NO? 🔥