Author's POV ...
Cessie memasuki tempat boling yang ramai, suara pin yang jatuh dan tawa riang memenuhi udara. Dia melihat-lihat jalur-jalur boling, mencari tanda keberadaan Newt. Akhirnya, dia melihat Newt di salah satu jalur, bersiap-siap untuk gilirannya.
Dengan senyum di wajahnya, Cessie mendekati jalur tersebut. Nick sangat bersemangat berada di sana, matanya melebar dengan kegembiraan. Newt memanfaatkan waktu sejenak untuk berinteraksi dengan Nick, membuat wajah lucu dan bercanda untuk membuatnya tertawa.
"Tumben kau membawa Nick." Ucap Newt sambil menggendong Nick, sesekali tangan Newt menepuk-nepuk Nick agar dia nyaman.
"Yeah. Aku tak punya ide lain selain membawanya jalan. Lagian sudah lama aku tak mengajak Nick berjalan. Nick selalu menghabiskan waktu diluar bersama kau dan Andrea." Jelas Cessie.
Newt mengangguk dengan tangan yang memainkan ribut Nick. Rambutnya terlihat hapus, sehat dan mengkilau. Newt mulai menatanya lagi membuat Cessie memukul tangan Newt dengan spontan.
"Aww. Kenapa?" Tanya Newt polos.
"Sudah ku bilang berhenti menata rambutnya atau rambutmu saja yang akan kupotong." Ucap Cessie menakut-nakuti Newt.
"Ibumu memang seperti itu yh Nick. Untung saja kau tampan. Kalau tidak, dia akan membuangmu bersama para Crank di parit." Ucap Newt pada Nick.
Nick menatap Cessie dengan ngeri membuat Cessie tertawa geli lalu memukul bahu Newt. Mereka kembali tertawa dengan ria.
Saat menatap Newt, ada hal yang membuat Cessie ingin segera memperbaikinya.
"Rambutmu sudah panjang sekali, Newt. Apa kau tak terganggu dengan poni yang menutup matamu itu?" Tanya Cessie.
Gadis itu menyentuh ujung rambut Newt yang jatuh tepat depan matanya, menyisir dengan tangannya hingga kebelakang kepala Newt.
"Aku akan memotongnya sebentar dan kau tak boleh menolaknya." Ucap Cessie dengan tegas. Newt mengangguk sambil menatap Cessie dengan tatapan yang kagum.
"Kita terlihat seperti satu keluarga Crank yang romantis." Ucap Newt menggoda Cessie.
Beberapa Crank yang masih waras menatap mereka sambil berbisik-bisik. Mungkin mereka mencurigai bahwa anak itu adalah anak Cessie dan Newt.
Newt menatap Cessie sejenak lalu menatap Nick dan kembali menatap Cessie.
"Alright. Mereka sekarang mencurigai kita." Ucap Newt sambil menggelitik Nick.
Anak itu tertawa hingga meminta tolong menatap Cessie dengan penuh harapan agar Cessie menyuruh Newt berhenti menggelitiknya.
"Okey. Stop it, newt. Giliranmu melempar." Ucap Cessie.
Sungguh menyenangkan melihat kegembiraan dan kepolosan Nick di tengah tantangan yang mereka hadapi di luar tempat boling.
Saat Newt bersiap-siap untuk lemparan berikutnya, Cessie dan Nick menonton dengan penuh antisipasi. Setiap kali Newt menggelindingkan bola boling, Newt bertujuan untuk mencetak strike sempurna, ingin mengesankan penggemar kecilnya. Nick memberikan tepuk tangan dan sorak-sorai, tawa mereka bergema di seluruh tempat boling.
Mereka melakukan hal itu hingga pukul empat sore. Cessie memutuskan untuk mengantar Nick pulang dan segera memandikan anak itu. Cessie dan Newt berpisah tepat didepan bangunan boling. Newt akan menemui Jonesy berbelanja daging untuk kebutuhan makan malam nanti.
Cessie berjalan sambil menggandeng tangan Nick menyusuri kota tersebut. Cessie menatap ke salah satu toko yang memiliki kamar mandi.
"Dengar, mommy ingin buang air sebentar Saja. Kau duduk manis disini dan jangan pernah kemana-mana. Siapapun yang memanggilmu, jangan ikut bersama mereka. Okey?" Jelas Cessie sebelum akhirnya dia meninggalkan Nick sendirian.
Tepat didepan toko terdapat banyak anak-anak Crank yang bermain dengan mainan yang agak lusuh. Nick mencoba mengikuti saran dari ibunya untuk tidak kemana-mana.
Orang-orang terlihat berlalu-lalang membawa makan malam dan beberapa belanjaan.
Cessie yang sudah cukup lega, memutuskan untuk segera menghampiri Nick yang menunggunya.
Betapa terkejut diri Cessie saat dia tak menemui keberadaan Nick. Cessie panik. Sebagian dari dirinya ingin berteriak kuat agar anak itu bisa mendengar suaranya.
Cessie bertanya pada orang-orang yang ada di bangunan itu, tapi jawabannya sama. Tadi dia ada disitu.
Jantungnya berdegup kencang, nafasnya tersengal-sengal. Entah sudah berapa lama dia tak merasakan berada diposisi itu, wanita itu memutuskan untuk mencari Nick di dekat tempatnya menghilang.
Cessie melihat anak-anak Crank yang bermain, tapi tak dia temui keberadaan anaknya disana.
Tidak. Tidak mungkin para Crank menculiknya. Ucapnya dalam hati.
Yh Tuhan, bisa jadi Crank fase tiga membawanya. Sambung Cessie dalah hati.
Mungkin dia harus menemui Newt, memberitahunya bahwa Nick menghilang. Tapi tidak mungkin.
Tempat Jonesy cukup jauh, dan Cessie tak ingin anaknya sendirian, ketakutan di kota yang menakutkan ini.
Cessie berteriak frustasi. Tangannya mulai gemetar, Cessie terhenti saat dia kembali mengingat kejadian disaat dirinya terkena serangan panik, dan Minho ada disana menenangkannya.
Pikirannya semakin kacau. Cessie mengumpat dengan frustasi, menyeka air mata yang mulai jatuh tak terbendung dalam kelopaknya.
Hari sudah hampir malam. Cessie tak kunjung menemui Nick. Dia sudah mencari Nick hingga tiba dijembatan dekat rumah dan mulai berjalan kembali ke toko tadi untuk memastikan bahwa Nick masih disana.
Cessie dibuat gila saat dirinya tiba di tempat terakhir dia meninggalkan Nick, anak itu menatapnya dengan khawatir dan penuh rasa penyesalan.
Anak itu berdiri dengan seorang pria yang mengenakan tudung membuat Cessie tak mengenalinya.
Lagian siapa yang peduli? Yang terpenting adalah anaknya selamat. Tak peduli Nick di jaga Crank, manusia kebal atau apapun yang jelas anak itu sekarang ada di pengelihatannya.
Cessie berlari semakin dekat dengan anak itu. Nick terlihat melepas tangan pria disampingnya dan berlari dengan kedua tangan yang terbuka lebar.
Cessie memeluk Nick membuat tubuhnya berlutut dihadapan pria yang bersama Nick tadi.
"Mommy, im sorry. I didnt Mean to. Im sorry." Ucap anak itu dengan suara yang bergetar saat mengetahui ibunya menangis dalam pelukannya.
Dalam dunia yang penuh dengan gangguan dan kekacauan, mudah sekali bagi Cessie untuk kehilangan pandangan tentang hal-hal yang benar-benar penting. Namun terkadang, pada saat-saat ketika dia merasa tersesat, dia menemukan dirinya sendiri dan menemukan jalan yang sebenarnya selalu dia takdirkan untuk diikuti.
Cessie masih belum mengeluarkan suaranya membuat Nick semakin bersalah. Anak itu tak pernah menyaksikan Cessie menangis. Sedikitpun tidak dan hal itu membuat hati Nick terasa sakit.
Mungkin para hati pertamanya adalah melihat ibunya menangis menghawatirkan dirinya.
"Kenapa kau tak mendengar mommy?" Tanya Cessie mengelus pipinya.
Nick sempat terdiam saat melihat air mata dipipi Cessie. Tangan mungilnya memegang pipi Cessie lalu mengelap sisa air mata yang terlihat dipipinya.
"Im sorry mom." Ucapnya penuh penyesalan.
Cessie menatap pria dibelakang Nick mencoba masuk kedalam kegelapan dibalik tudung untuk mencari tau, siapa pria itu.
"Who are you?" Ucap Cessie sambil menggendong Nick.
Pria itu mulai memajukan langkahnya, melepas tudungnya dan...
"In a world filled with distractions and chaos, it is easy to lose sight of what truly matters. But sometimes, in the moments when we feel lost, we find ourselves and discover the path we were always meant to follow."
-Cessie
Surviving Shadows
Terima kasih masih stay dicerita ini. Semoga kalian suka. Mohon maaf apabila ada kata tidak baku yang terselip dikalimat baku, ataupun sebaliknya. Jika berkenan, bantu correct typo ya.
Tell me anything about your feeling when you read this chapter.
Comment if you like it. (✿ ♡‿♡)