[✔] 1. HIS LAST STOP

By aeraxiee

90.7K 10.7K 1.1K

"Gue ngantuk, tapi kalau tidur takut gak bangun lagi" "Lo ngomong apaan sih Lin?!" Halilintar Gadeon Fernande... More

001.My morning routine
002. Because of the ball
003. Like not Halilintar
004. Not childcare
005. Unconcious
006. Just asking
007. Knife cut
008. Fight
009. I'm going home dad
010. Taufan was crying
011. Son of devil
012. Hugs for Shireen
014. Bullying
015. Small punishment
016. Mama?
017. Some time
018. Roftoop
019. Don't believe
020. Sick Mama
021. Does not matter
022. Hold on
023. Apology
024. Looking for evidence
025. Startled
026. Truth
027.Pain
028. Papa?
029. I wanna die
030. wake up
031. When will I die?
032. Lost
033. Failed assassination
034. Canteen
035. Dream?
036. End of year exam
037. To the hospital
038. Cats understand better
039. Tired
040. Angeline's talk
041. Who is sick?
042. Don't cry it's ugly
043. Insect repellent
044. Apologies from Beliung
045. End of it all (END)
Info sequel
Satu Tahun Setelah Kamu Pergi

013. Don't want to hug

1.5K 221 15
By aeraxiee

HAPPY READING

───────🍋🍰───────

"Dia yang duluan, bukan Lintar!"

"Kenapa Kakek gak percaya sama Lintar? Kan bukan Lintar yang salah," Halilintar berucap dengan bersungguh-sungguh pada sang kakek yang tengah menatapnya bengis.

"Bohong Papa! Dia bohong! Lintar tadi pukul Bel, terus dia dorong Bel juga dari tangga!" adu Beliung pada Papanya, Raven Gale Fernandez anak keenam Gazza Fernandez dan Angeline Olivia.

Kepala Halilintar tertoleh kesamping saat Raven menamparnya keras hingga rasa perih dan sakit dapat dirasakan oleh anak berusia 6 tahun itu.

"Saya sudah mencoba bersabar dengan sikap kamu selama ini Halilintar, tapi kali ini saya tidak bisa diam saja setelah kamu melukai anak saya." desis Raven, matanya berkilat tajam menatap Halilintar.

Yeara yang sejak tadi memeluk Beliung diranjang pesakit nya kini dia melangkah menghampiri Halilintar kemudian berdiri didepan anak itu.

"Kamu sudah hampir membunuh anak saya, saya sebagai seorang ibu tidak mau melihat anaknya tersakiti oleh anak sakit jiwa seperti kamu!" geram Yeara sambil mencengkram bahu Halilintar kuat hingga membuat anak itu meringis.

Bruagh!

"U-ugh" Halilintar memegang kepalanya yang pusing karna baru saja membentur kerasnya tembok rumah sakit karna dirinya baru saja dibanting dengan keras oleh Yeara.

"Sakit?" tanya Yeara yang sekarang tengah berdiri di depan Halilintar yang tengah meringis kesakitan "kamu juga harus merasakan apa yang anak saya rasakan, Halilintar"

"Kakak!" seru Gempa yang baru saja membuka pintu ruang rawat Beliung bersama dengan Taufan yang mengekor dari belakang.

Yeara menoleh kemudian menatap tak suka dia anak dengan wajah serupa itu "saya tidak ingin melihat wajah kalian bertiga lagi!!"

Gazza menghampiri Halilintar kemudian menarik kerah seragam yang anak itu gunakan "berdiri! Tidak ada yang menyuruhmu tidur disini!" desis Gazza, Halilintar mendongak kemudian menatap sayu kakeknya itu.

"Mulai hari ini kalian bukanlah cucu saya lagi,".

"Besok kamu sekolah?" tanya Lucian sambil menatap Halilintar yang tampak sibuk dengan ponselnya dengan bibir yang sesekali meringis, entah kenapa anak itu Lucian sendiri tidak tahu.

"Emangnya Lintar punya kerjaan apa selain sekolah?" bukannya menjawab Halilintar malah balik bertanya.

"Deon-"

"Don't call me Deon, just call Halilintar." cetus Halilintar memotong ucapan Lucian, dan itu membuat Lucian menghela napas.

"Om Luci," panggil Halilintar dan Lucian menoleh untuk menatap pemuda yang saat ini juga sedang menatapnya.

"Gimana kabar Nenek? Waktu ke mansion kemarin Lintar gak sempet ketemu Nenek karna terlalu sibuk dengerin bacotan Kakek".

"Ibu baik, belakangan ini dia sering nanyain cucu tertuanya sampai-sampai kadang dia nangis karna nggak ada yang jawab..." jawab Lucian dan itu membuat Halilintar terkekeh pelan.

"...Ibu juga gak bisa nemuin kamu karena sibuk terus karena jadwalnya dirumah sakit padat banget," Lucian melanjutkan ucapannya.

"Denger Om bilang gitu bikin Lintar ngerasa tua banget." Halilintar meminum cappucino yang tadi diletakan diatas meja.

"Emang udah tua kan?!" Lucian menaik turunkan alisnya menggoda Halilintar, dan Halilintar yang melihat itu mendengus karena kesal.

Halilintar menyesal karna telah mengiyakan ajakan Lucian untuk bertemu dengannya di cafe tempatnya bekerja.

"Om..." Lucian bergumam sebagai jawaban.

"...Lintar pengen mati."



𓏲ּ ֶָ

Brak!

Halilintar terlonjak kaget saat Taufan membuka pintu kamarnya dengan tidak santai "jantung gue cuma satu Taufan." desis Halilintar kesal, dirinya menatap datar Taufan yang sekarang duduk dibibir kasurnya.

Karena memang pada dasarnya Halilintar itu kagetan orangnya.

Dan tak lama kemudian Gempa datang dengan Bell di pangkuannya, Taufan tersenyum kemudian dia merubah posisinya menjadi tertidur lalu memeluk Halilintar yang sekarang sedang merebahkan tubuhnya

"Gak usah peluk-peluk!" decak Halilintar sambil mendorong Taufan agar menjauh darinya.

Bukannya menjauhkan diri dari Halilintar, Taufan malah semakin mengeratkan pelukannya pada Halilintar, sementara Gempa, pemuda itu malah asik bermain dengan Bell di karpet berbulu dibawah ranjang baby size bertema dark milik Halilintar.

"Alin-Chan..." panggil Taufan namun sama sekali tak digubris oleh Halilintar yang sekarang sudah terbebas dari pelukan maut Taufan.

"...gue pengen dipeluk, bukan meluk" lanjut Taufan sambil memberikan senyum tipis pada Halilintar yang kini menatapnya tanpa ekspresi.

"Suatu saat nanti." sahut Halilintar.

"Apanya?"

"Lo dapat pelukan dari gue, kan?" Taufan mengangguk kecil lalu melanjutkan kembali memeluk Halilintar.



𓏲ּ ֶָ

Dasar sampah!

Mati sana

Beban!

Sampah mah sampah aja!

Bitch

Parasit

Gempa menatap coretan-coretan di mejanya dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan, sejak tadi dia terus menghapus coretan-coretan itu menggunakan tisu namun sama sekali tidak hilang.

Dia tidak tahu siapa yang melakukan ini karna yang dia tahu semua orang di kelas ini membencinya.

Air matanya perlahan lolos membasahi pipi putih mulusnya, bibirnya bergetar menahan isak tangis.

"Kenapa kalian lalakuin ini sama aku?!" tanya Gempa dengan parau kepada murid-murid yang saat ini tengah menatapnya dengan berbagai ekspresi.

"Karena lo emang pantes dapetin semua ini" sahut seorang gadis yang baru saja memasuki kelas, dia Gavesha.

Sebuah kertas mengenai kepala Gempa dan membuat pemuda itu menoleh kearah lemparan, dan pelakunya tentu saja Gavesha.

Gavesha menghampiri Gempa lalu menatap pemuda yang lebih tinggi darinya itu, Gavesha mendorong Gempa dan membuat pemuda itu terhuyung kebelakang.

Gempa meringis saat punggungnya bertabrakan dengan sudut runcing meja.

"Lemah," hina Gavesha. Gadis itu mencengkram rambut Gempa dan membuat Gempa mendongak dibuatnya.

"Lepasin Gav!" titah Gempa namun Gavesha bergeming tak menuruti permintaan pemuda itu, "aku nggak pernah salah sama kamu..."

"Egh..." Gempa meringis saat Gavesha memperkuat cengkraman tangannya pada rambut Gempa.

"Bukan lo yang salah Rayan, tapi kakak pertama lo itu." desis Gavesha.

"Kak Lin salah apa?"

"Lo mau tau?" Gavesha membanting tubuh Gempa hingga membuat pemuda itu menabrak dinding dengan cukup keras.

Gavesha berlutut didepan Gempa dengan sebelah kaki sebagai penahan nya, gadis itu mengangkat dagu Gempa dengan telunjuknya agar Gempa menatapnya.

"Karena dia udah berani-beraninya nolak perasaan cucu kepala sekolah SMA Galaxy."



𓏲ּ ֶָ

Wanita yang sekarang tengah memakai dress berwarna putih itu tampak sedang membereskan pakaiannya dengan ditemani oleh seorang pria bernama Alfred Grover Christopher .

Pria yang pertama kali dia lihat setelah koma selama 4 bulan akibat kecelakaan pesawat yang dialaminya.

"Aku memesan tiket jam 8 malam" ujar wanita itu, Aurora namanya.

"Joana, kamu benar-benar akan meninggalkanku disini?" tanya Alfred, wajah sedihnya sangat kentara sekali,

Bagaimana tidak sedih, wanita yang dipanggilnya Joana ini sudah menemaninya sejak 12 tahun lalu dan Alfred sudah benar-benar terbiasa dengan kehadirannya.

Aurora mengangguk.

"Aku akan pulang kepada keluargaku, kamu jangan khawatir karena aku akan selalu hubungi kamu " Aurora berucap seraya tersenyum yang mana itu sangatlah manis.

"Bukan itu Joana, " ucapan Alfred membuat alis Aurora menukik bingung.

"Ada apa?" Aurora yang semula tengah menyibukan diri dengan barang-barangnya kembali menatap Alfred.

"Aku..."

Aurora menatap lekat Alfred yang menggantungkan ucapannya.

"...ahh lupakan saja, aku akan mengatakannya lain kali," Alfred tersenyum canggung, malu sekali rasanya untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan sekarang.

"Kenapa tidak sekarang saja?" Aurora menuntut agar Alfred menyampaikan apa yang ingin pria itu katakan.

"Lupakan saja Joana, sebaiknya kamu cepat bereskan bajumu sekarang."

"Okay,"

───────꒰ ᐢ- ༝ -ᐢ ꒱───────

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 112K 46
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
44.2K 3.6K 47
Orang jahat itu lahir dari orang baik yang pernah di khianati oleh seseorang dalam hidupnya. "Memaafkan bukan berarti menerima." @ τ α ν ν
4.1M 313K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
3.2K 394 13
Hidup digelimahi harta dan sudah diatur sebagai penerus perusahaan besar. Hidup Taufan sudah keras sedari kecil, terdoktrin dalam dirinya yang pasti...