ALTEZZA

By devitrnnviii

888K 44.3K 1.9K

"Jangan pernah mencoba lari dariku Sayang, sebab dimana pun kau berlari akan selalu kukejar."Senyum laki-laki... More

PROLOG
ALTEZZA [ 1 ]
ALTEZZA [ 2 ]
ALTEZZA [ 3 ]
ALTEZZA [ 4 ]
ALTEZZA [ 5 ]
ALTEZZA [ 6 ]
ALTEZZA [ 7 ]
ALTEZZA [ 8 ]
ALTEZZA [ 9 ]
ALTEZZA [ 10 ]
ALTEZZA [ 11 ]
ALTEZZA [ 12 ]
ALTEZZA [ 13 ]
ALTEZZA [ 14 ]
ALTEZZA [ 15 ]
ALTEZZA [ 16 ]
ALTEZZA [ 17 ]
ALTEZZA [ 18 ]
ALTEZZA [ ]
ALTEZZA [ 19 ]
ALTEZZA [ 20 ]
ALTEZZA [ 21 ]
ALTEZZA [ 22 ]
ALTEZZA [ 23 ]
ALTEZZA [ 24 ]
ALTEZZA [ 25 ]
ALTEZZA [ 26 ]
ALTEZZA [ 27 ]
ALTEZZA [ 28 ]
ALTEZZA [ 29 ]
ALTEZZA [ 30 ]
ALTEZZA [ 31 ]
ALTEZZA [ 32 ]
ALTEZZA [ 33 ]
ALTEZZA [ 34 ]
ALTEZZA [ 35 ]
ALTEZZA [ 36 ]
ALTEZZA [ 37 ]
ALTEZZA [ 38 ]
ALTEZZA [ 40 ]
ALTEZZA [ 41 ]
ALTEZZA [ 42 ]
ALTEZZA [ 43 ]
ALTEZZA [ 44 ]
ALTEZZA [ 45 ]
ALTEZZA [ 46 ]
ALTEZZA [ 47 ]
ALTEZZA [ 48 ]
ALTEZZA [ 49 ]
ALTEZZA [ 50 ]
ALTEZZA [ 51 ]
ALTEZZA [ 52 ]
ALTEZZA [ 53 ]
ALTEZZA [ 54 ]

ALTEZZA [ 39 ]

9.7K 520 15
By devitrnnviii

Lagi tergila-gila sama lagu big boy : sza😩🤘

Jangan lupa vote 🌟 dan komennya 🙌

Part ini panjang loh jadi harap yang sabar kalo baca. Karena kemarin aku ga up jadi aku gabung satu chapter.

Ohya satu lagi!
⚠️ Jadi aku ga buat cast-cast tokoh ya, cuma penggambaran aja. Misal si dia pake baju apa aku kasih foto bajunya. Kalau orangnya aku mau kalian bayangin aja, berimajinasi gitu✨ kan udah ada penggambarannya diawal-awal part.⚠️

Terimakasih, nanti kalau belum paham kalian bisa komen yang bakal aku bales.

"Jems! Segera kemari," Ucap Altezza dari telpon.

Jems terkekeh. "Baiklah, dengan senang hati Tuan," Balas Jems dan sambungan langsung terputus.

Altezza menggenggam pisaunya dengan erat, otot-otot tubuhnya terlihat menonjol menatap laki-laki dan perempuan yang sudah tersungkur dibawah dengan keadaan mengenaskan.

Keadaan Altezza yang seperti ini begitu jelas menggambarkan bahwa laki-laki itu sedang dipuncak emosinya.

Pakaiannya pun sudah dipenuhi dengan bercak darah dari dua manusia itu. Nafasnya memburu mencoba mengatur emosinya.

"Jawab! Siapa yang menyuruh kalian?!" Gertak Altezza dengan suara menekan dan meninggi.

Dua manusia itu tetap diam. Tangannya yang memegang pisau itu mengoyak lengan kedua orang tersebut.

"Siapa yang menyuruh kalian sebagai mata-mata gadis ku heh?!" Tanya Altezza yang masih dengan menahan emosinya.

Lagi-lagi tak mendapatkan jawaban dari dua orang yang sudah lemas itu. Gigi Altezza bergeletuk. Dirinya tak memiliki banyak kesabaran.

Meraih tangan wanita yang terduduk itu dan memutarnya dengan perlahan tanpa perasaan kasihan sekali pun.

"Akhh!" Erang wanita itu merasakan tangannya yang terpelintir begitu sakit.

"Saya kira bisu." Desis Altezza yang masih secara perlahan memutar tangan wanita itu. "Cepat katakan! Atau saya akan melepaskan tangan mu dari tubuh mu ini!" Ancam Altezza dengan raut yang begitu menyakinkan.

"Ba-baik! Dia tidak memberitahu kita siapa namanya!" Ujar wanita itu dengan lantang karena merasakan sakitnya tangannya yang diputar oleh manusia kejam didepannya ini, Altezza.

Altezza langsung menghempaskan tangan itu kebawah, hingga terdengar suara tulang patah.
"Bodoh! Memangnya saya percaya!" Serkas Altezza beralih pada laki-laki disebelah wanita itu.

Menginjak perut laki-laki itu dengan kencang, hingga darah mengalir semakin banyak melewati bekas tujahan pisaunya.

"Katakan! Sebelum saya membunuh mu!" Tekan Altezza sambil semakin menekan perut laki-laki itu.

Melihat darah yang keluar banyak itu membuat Altezza tiba-tiba tersenyum smirk. Jiwanya yang tertidur seakan bangun. Emosinya yang tadinya berada diujung kepala kini menghilang entah kemana.

Kakinya turun dari perut laki-laki itu dan menginjak-nginjak darah yang dilantai. Altezza terkekeh menyeramkan.

"Jika kau tak ingin berbicara maka nikmati saja nantinya," Tukas Altezza dan kembali menyiksa laki-laki dengan menggoreskan dalam pisau ditangannya. Juga menujam tubuh laki-laki itu hingga kehabisan darah. Bahkan dia sudah diambang kematian.

Tak lama pintu terbuka dan menampilkan Jems yang tercengang melihat ruangan itu hampir penuh dengan cairan berwarna merah pekat. Bahkan pakaian Tuannya pun seakan berubah warna menjadi warna darah.

Tak urung Jems tersenyum lebar. Bau anyir, adalah bau yang Jems sukai dari dirinya setiap membunuh. "Tuan Altezza, apa kau sudah puas?" Tanya Jems menepuk beberapa kali bahu temannya itu. Tapi kali ini sepertinya benar-benar temannya yang penyuka darah.

Altezza tersadar, lalu berdiri dan menggelengkan kepalanya pelan. Merubah wajahnya menjadi datar. "Bereskan semua Jems," Ucap Altezza dan langsung melenggang pergi meninggalkan tiga manusia itu.

Jems tertawa senang. Lalu berjongkok pada wanita yang menatap kosong didepannya. "Mainan baru," bisik Jems dan langsung melancarkan aksinya.

•oOo•

Divanya merengut kesal didalam kamarnya Altezza. Sejak pulang dari rumah dikampungnya tiba-tiba saja Altezza mengurungnya. Tak membiarkan dirinya berangkat kuliah atau pergi kemanapun. Keluar mension untuk jalan-jalan saja tidak boleh.

Ponselnya pun untung saja sudah di kembalikan oleh laki-laki itu. Katanya ada sesuatu yang harus dicek. Dia juga bilang kalau hidupnya dalam bahaya. Woylah! Ga sadar apa? yang buat bahaya tuh dia sendiri! Bisa setres lama-lama dikurung terus.

Divanya berdecak. Merebahkan tubuhnya pada kasur besar milik Altezza. Menatap langit-langit kamar laki-laki itu.

Bosan? Ya sudah pasti. Tapi melihat kamar laki-laki itu rasanya Divanya insecure. Kamar laki-laki ini kenapa bisa wangi dan rapih sekali gitu, berbeda dengan dirinya yang selalu berantakan.

Menghembuskan nafasnya lelah. Pintu tidak bisa dibuka jika tidak dengan jari laki-laki itu. Ya kamar Altezza memakai fingerprint sensor.
Ia mengedarkan pandangannya pada kamar.

Tatapannya jatuh pada rak buku yang bediri didekat meja samping cermin. Tak banyak buku, hanya saja lebih banyak hiasan atau pajangan antik yang berjejer.

Mendongak ketika tangannya tak sampai mengambil buku itu. Lalu berkacak pinggang berfikir. Tak lama ia menarik kursi yang didepan meja rias tadi. Menaikinya dan yap! Ia mencapainya.

Melihat-lihat buku yang menarik untuk dibacanya. Walau yang lain berisi tentang bisnis dari penulis atau penerbit mahal dan terkenal membuat Divanya penasaran. Tapi ia tak membacanya dan menemukan buku yang berisi misteri-misteri. Akhirnya ia memilih itu untuk dibacanya.

Saat turun dari kursi pun Divanya tak langsung turun ia malah berancang-ancang untuk lompat. Dan hap! Divanya turun dari kursi dengan melompat.

"Anjay, jauh juga gue lompatnya." Kekehnya sambil tertawa kecil.

Begitupun saat ia akan naik keatas kasur, dirinya berancang-ancang seperti hendak lompat tinggi. Dengan kasur itu yang dianggap seperti matras.

"Jiakh!" Saat berhasil ia tertawa sendiri dengan merebahkan tubuhnya.

Gadis itu sudah seperti anak kecil yang banyak tingkah.

Namun tersadar jika ia seperti orang gila, langsung menutup mulutnya. Membuka buku itu dan mulai membacanya.

Nyaman sekali dengan kasur cowok ini, yang wangi adem enak kali buat dirinya yang kaum rebahan.

Sedangakan Altezza tersenyum tipis melihat latar leptopnya yang menampilkan kamera tersembunyi dikamarnya. Terlihat gadisnya yang begitu tidak bisa diam. Seperti anak kecil yang berusaha menghibur dirinya sendiri agar tak bosan.

Kelakuan gadisnya membuat Altezza semakin merasa gemas. Yang tadinya membaca buku terlentang kini merubahnya dengan tengkurap. Dan sesekali dirinya bermonolog sendiri. Altezza jadi tidak bisa mengalihkan tatapannya pada gadisnya. Yah sebagai penyegar matanya saat dirinya kelelahan dengan pekerjaan didepannya ini.

Namun senyumnya luntur ketika mengingat gadisnya ada yang dimata-matai membuat Altezza menggepalkan kedua tangannya.

Divanya gadisnya, ia yang menemukannya duluan, maka jangan harap ada yang mengusik miliknya. Mengusik gadisnya sama saja mencari mati dengan Altezza secara tak langsung.

•oOo•

Altezza membuka pintu kamarnya ketika sudah pulang dari kantornya. Hari sudah larut terlalu malam, dan gadis itu sepertinya belum makan.

Saat pintu terbuka, menampilkan gadisnya yang sedang meringkuk dengan selimut tebal membuntal tubuh kecilnya. Gadisnya begitu terlelap membuat Altezza tidak tega untuk membangunkan gadisnya. Sepertinya ia akan mengambilkan makan untuk gadisnya kekamar, dan ia suruh makan saat sudah terbangun.

Menaruh kotak yang ia bawa tadi. Kotak ini untuk Divanya nanti. Ia menaruhnya di atas meja. Lalu dirinya menghampiri gadisnya dengan menyugar rambutnya dan mengubah tatanan rambutnya.

Menggulung kemeja kedua lengannya hingga siku. Menenggak minum dari gelas bekas milik gadisnya. Lalu mengelus pelan surai Divanya dengan lembut. Memandang wajah itu dengan teduh. Jangan lupa senyum manis muncul dibibirnya.

Melihat wajah Divanya yang tertidur dengan wajah polosnya membuat Altezza jadi greget gemas. Memajukan wajahnya mendekati wajah Divanya.

Mencium lama dahi gadisnya dengan lembut. Tak cukup disitu, dirinya menghujani wajah Divanya dengan ciuman darinya. Dari dahi, mata, hidung, pipi hingga bibir gadisnya.

Tapi anehnya gadisnya sama sekali tak terusik dialam bawah sadarnya. Sudah seperti mayat hidup saja tidurnya.

Tak ingin mengganggu tidur Divanya. Altezza keluar dari kamar untuk makan dan mengambilkan gadisnya makan. Namun saat melewati kamar kakaknya yang ditempati oleh Divanya itu terbuka.

Saat dirinya akan menghampiri kamar itu, keluarlah seorang perempuan dengan tampilannya yang seperti biasanya. Raut wajah Altezza langsung berubah menjadi datar sedatar-datarnya. Menatap tak minat wanita yang tersenyum didepannya.

Altezza melenggang pergi tak menghiraukan perempuan itu. Namun nyatanya, perempuan itu berjalan disampingnya.

"Hei! Kau tak menyapa ku? Huh?" Tanya wanita itu dengan berjalan disebalah Altezza.

Altezza tak menanggapinya, tatapannya lurus kedepan tanpa menoleh.

Tak mendapat jawaban dari Altezza, perempuan itu merengut. "Kau masih sama saja dari dulu," Kesalnya.

Tak mendapat jawaban lagi dari Altezza, perempuan itu tersenyum miring. "Ah iya! Adikku ini sudah memiliki seorang wanita kan? Kenapa sifatnya tak berubah sama sekali?" Ujar wanita itu dengan nada mengejek Altezza.

Altezza menghentikan langkahnya, menatap wanita yang berpakaian seksi itu dengan tajam. Dia kakaknya, tapi dirinya tak suka melihat gadis yang berpenampilan kurang bahan didepannya. Dan kakaknya selalu saja seperti itu. Bahkan kelakuannya pun selalu membuat masalah.

"Dari mana kau tau? Memata-matai huh?" Tanya Altezza serkas. Pasalnya ia juga sedang mencari dalang dari para mata-mata yang sudah ia bunuh.

"Wow! Santai-santai! Aku tak melakukan hal seperti itu," Ujarnya ketika melihata mana adiknya yang menyorot tajam.

Menghela nafas panjang. "Aku tahu dari para pelayan disini, dan kamar ku berisi barang-barang gadis itu," Sambungnya sambil melenggang pergi mendahului Altezza untuk keluar.

Mata Altezza mengikuti Kakaknya yang berjalan berlenggak-lenggok mendahului dirinya. Menggepalkan kedua tangannya Altezza berseru. "Austine! Mau kemana?!" Teriak Altezza menggelegar.

Austine menoleh menatap malas adiknya. Memutar bola matanya malas. "Main lah! Gue pulang ngga mungkin cuma diem dirumah," Liriknya dan melanjutkan langkahnya.

Altezza mengepalkan kedua tangannya, baru saja emosinya mereda karena masalah dikantor dan mata-mata gadisnya. Tapi sekarang emosinya tersulut kembali gara-gara kakaknya.

Merogoh saku celananya, Altezza menghubungi pelayan untuk mengantarkan makan untuknya dan gadisnya di kamarnya. Dirinya memutar kembali tubuhnya untuk kembali kekamarnya.

Saat pintu kamarnya terbuka, Divanya sudah bangun tapi masih rebahan diatas kasurnya. Mungkin masih mengumpulkan nyawanya.

Divanya menoleh sambil mengucek kedua matanya. Altezza yang menoleh itu langsung menerkam gadisnya. Membekapnya didalam tubuhnya. Ia tidak tahan lagi dengan gadisnya yang bangun itu terlihat polos sekali.

"Anjir kaget gue!" Kagetnya merasakan Altezza yang membekapnya erat.

"Shutt! Gini aja dulu," Ujar Altezza pelan, sambil kepalanya menduselkan keceruk leher gadisnya.

Divanya tersenyum tipis. Lantas membalasnya dengan mengelus lembut surai hitam lebat Altezza. Menenangkan laki-laki itu. Tapi jantungnya seperti sedang berdisko. Dan posisinya ini seperti suami istri.

Tak lama pintu diketuk, mau tak mau Altezza beranjak dan membuka pintunya. Mengambil alih nampan itu dan membawanya masuk. Gadisnya sudah duduk dipinggir ranjang. Dilihatnya mata gadisnya berbinar melihat makanan yang dibawanya. Altezza sedikit terkekeh.

"Laper hm?" Tanya Altezza mengecup dahi gadisnya.

"Bangeeettt," Jawab Divanya sambil menyengir. Mulutnya terlalu jujur.

Altezza pun mengacak-acak rambut gadisnya gemas. Saat Altezza hendak duduk disampingnya, Divanya langsung mencegahnya. Hingga sang empu mengernyit.

"Mandi dulu, biar wangi dan segar," Usul Divanya dengan mulut yang mengunyah makanan.

Benar juga apa yang dikatakan Divanya, tubuhnya terasa lesu. Saran gadisnya pun ia angguki. "Oke," Ucapnya dan melenggang pergi kedalam kamar mandi.

Terdengar bunyi gemercik air dari kamar mandi yang mana Altezza sedang melakukan mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sedangkan Altezza hanya menyantap makanannya dengan nikmat. Sebab sudah dari tadi ia lapar dan pintu tak terbuka-buka membuatnya memilih untuk tidur.

Klek

Pintu kamar mandi terbuka, dan menampakkan Altezza yang bertelanjang dada yang hanya melilitkan handuk disebatas pinggangnya. Berjalan mendekati lemari dan Divanya langsung menutup matanya reflek.

"Huaa!! Kak Tezza! Kenauwa gwa pakwe baju?!" Tanya Divanya histeris dengan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Namun dirinya masih mengintip lewat jari-jarinya karena ia sedikit kepo. Bahu tegap yang lebar, dan terlihat tinggi dengan perutnya yang waw! dengan kotak-kotak yang seperti di film-film yang pernah ia tonton.

Altezza tersenyum jahil dengan terkekeh. Ia tau gadisnya mengintip lewat celah jari-jarinya. "Jika penasaran lihat saja," Ucapnya dengan jahil. Sambil tangannya yang memakai baju atasan.

Saat tangannya sudah menyentuh lilitan handuk, Divanya langsung menyunggingkan tubuhnya pada kasur. Matanya takut tidak akan suci lagi.

Bahkan wajahnya sudah memerah dan kedua telinganya terasa panas. Altezza benar-benar seperti sudah tidak waras! Seperti om pedofil!!

Bersambung...

Tbc.

Hai guys!! Masih semangat kan? Aku semengat banget loh! Apalagi liat ini😭 yang serem-serem buat kepo penasaran😩🤘 Aih Altezza...


Btw kalian yang punya saran atau apa komen ya, komen kalian aku balesin tau.


Ini juga kalian gada niatan buat follow ig aku gitu? Hehe🤘

Kalo ada yang niat ada di bio akun aku guys😁


Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 436K 50
your source of happiness
966K 88.7K 41
Olivia si gadis nakal dengan citra buruk di mata semua orang. Suatu hari, ia mengalami kecelakaan dan masuk ke dalam dunia novel sebagai tokoh figura...
451K 44.3K 15
Side Story Asher Kendrix S2. Keluarga Cemara ? Keluarga Asher Kendrix. Anak yang beruntung ? Asher Kendrix.
32.4K 2.7K 14
Di ceritakan seorang pemuda yang bernama lio kabur dari rumah di karenakan adik tirinya yg menfitnahnya sedang ada di bar dan mencium seseorang di sa...