ALTEZZA

By devitrnnviii

888K 44.3K 1.9K

"Jangan pernah mencoba lari dariku Sayang, sebab dimana pun kau berlari akan selalu kukejar."Senyum laki-laki... More

PROLOG
ALTEZZA [ 1 ]
ALTEZZA [ 2 ]
ALTEZZA [ 3 ]
ALTEZZA [ 4 ]
ALTEZZA [ 5 ]
ALTEZZA [ 6 ]
ALTEZZA [ 7 ]
ALTEZZA [ 8 ]
ALTEZZA [ 9 ]
ALTEZZA [ 10 ]
ALTEZZA [ 11 ]
ALTEZZA [ 12 ]
ALTEZZA [ 13 ]
ALTEZZA [ 14 ]
ALTEZZA [ 15 ]
ALTEZZA [ 16 ]
ALTEZZA [ 17 ]
ALTEZZA [ 18 ]
ALTEZZA [ ]
ALTEZZA [ 19 ]
ALTEZZA [ 20 ]
ALTEZZA [ 21 ]
ALTEZZA [ 22 ]
ALTEZZA [ 23 ]
ALTEZZA [ 24 ]
ALTEZZA [ 25 ]
ALTEZZA [ 26 ]
ALTEZZA [ 27 ]
ALTEZZA [ 28 ]
ALTEZZA [ 29 ]
ALTEZZA [ 30 ]
ALTEZZA [ 31 ]
ALTEZZA [ 32 ]
ALTEZZA [ 33 ]
ALTEZZA [ 34 ]
ALTEZZA [ 35 ]
ALTEZZA [ 36 ]
ALTEZZA [ 37 ]
ALTEZZA [ 39 ]
ALTEZZA [ 40 ]
ALTEZZA [ 41 ]
ALTEZZA [ 42 ]
ALTEZZA [ 43 ]
ALTEZZA [ 44 ]
ALTEZZA [ 45 ]
ALTEZZA [ 46 ]
ALTEZZA [ 47 ]
ALTEZZA [ 48 ]
ALTEZZA [ 49 ]
ALTEZZA [ 50 ]
ALTEZZA [ 51 ]
ALTEZZA [ 52 ]
ALTEZZA [ 53 ]
ALTEZZA [ 54 ]

ALTEZZA [ 38 ]

9.7K 564 18
By devitrnnviii

Jangan lupa vote 🌟 dan komennya 🙌


"Wahh syukurlah Anya sudah sampai, Ibu udah buatin makanan kesukaan Anya." Ujar sang Ibu dengan memeluk anaknya yang baru memasuki rumah sederhananya.

"Iya buk, kabar ibu gimana?" Tanya Divanya.

"Ya semuanya baik, tapi kamu kenapa kemarin-kemarin kok ditelpon ga pernah diangkat." Tanya sang Ibu menatap anak gadisnya kesal.

Divanya menggaruk tengkuknya tak gatal. "Maaf, soalnya hp Anya rusak jadi ya gitu, hehe.. "Cengirnya. Walau didalam hatinya meminta maaf sudah berbohong.

"Yaudah yok, kedapur makan," Ajak sang ibu dan membantu anaknya untuk menyiapkan makan.

"Ohya, Daffa kemana buk?" Tanya Divanya tersadar jika adiknya tak terlihat batang idungnya.

Ibunya menghela nafas. "Adikmu itu kalau udah dibeliin motor ya gitu, ngaben terus," Dengus Ibunya seakan curhat dengan anaknya.

Divanya mengernyit bingung. "Ngaben?" beonya bertanya.

"Ck! Ituloh yang lampunya diganti warna-warni sama penalpotnya diganti beringsik," Jelas sang ibu membuat Divanya tertawa terbahak.

"Ngabres buk, bukan ngaben. Pantesan Anya bingung kok ngaben," Ucap Divanya dengan tertawa.

"Yalah itu, tapi ibu seneng aja kok yang penting pergaulannya gak parah-parah amat. Masih sama anak-anak yang baik," Ujar sang ibu mendapat anggukan dari Divanya.

"Hp kamu tapi udah bener?" Tanya sang ibu sambil memakan bolu coklat buatannya untuk anaknya gadisnya tadi.

"Udah," Jawab Divanya. "Ini bolunya enak tau," Senang Divanya memakan lahap bolu kukus buatan ibunya yang khas sekali.

"Aih siapa dulu, ibuk gitu."

"Ibuk memang ibu yang terbaik!" Ucap Divanya dengan memeberika dua jempol pada ibunya dengan tersenyum.

"Tumben Bapak belum pulang kerja buk," Tanya Divanya melihat jam tangan yang melingkar ditangannya menunjukkan pukul lima sore.

Ibunya yang sedang memasak untuk makan malam itu menghela nafas. "Paling bentar lagi," Jawab sang ibu.

Tak lama suara motor ngabres terdengar. Divanya berlari untuk membukakan pintu dapur agar motornya dimasukkan kedalam rumah.

"Anjayy Mas ngabres balik!" Seru Divanya tertawa melihat adiknya yang baru pulang.

"Njir balik juga lo kak," Ucap Daffa sambil memberikan donat dengan rasa-rasa yang menjadi favorit kakaknya itu.

"Wuihh! Peka juga lo dek," Ujar Divanya antusias mengambil alih kresek ditangan adiknya.

Ibunya yang melihat pun tertawa. "Udah punya uang sendiri toh," Ledek sang ibu melihat anak keduanya yang membelikan kakakanya donat.

Daffa menyengir kuda. "Iya dong buk," Ucapnya dengan bangga.

"Helleh, ya masa beli barang buat modif bisa masa buat kakaknya pelit," Ucao Divanya membuat Daffa mendelij sebal.

"Tau ah, mau mandi aja," Ucapnya sambil melenggang pergi masuk kedalam kamar mandi.

Tak lama kemudian suara motor kembali terdengar, Divanya pun berlari kembali membuka pintu. Masuklah motor yang dikendarai oleh ayah Divanya.

"Loh Anya, pulang? Kapan sampe?" Tanya sang ayah sambil mencium pucuk kepala putrinya. Divanya menyalimi tangan ayahnya.

"Iya dong, kangen soalnya," Jawab Divanya sambil menyengir kuda.

Ayahnya pun tertawa dan segera pergi untuk mandi setelah Daffa keluar dari kamar mandi.

Setelah ayahnya selesai mandi mereka pun makan bersama dimeja makan. Setelah selesai makan malam pun mereja langsung berbincang-bincang dengan diselingi tawa. Mereka larut dalam keseruan keluarga hingga tanpa sadar jam pun terus berlarut hingga malam.

•oOo•

Berbeda dengan Altezza yang uring-uringan sendiri didalam kamarnya menatap ponselnya yang menyala menampilkan room chatnya bersama gadisnya, Divanya.

Gadis itu sejak tadi siang sama sekali tak online bahkan ditelponnya pun tak aktif. Pesan yang ia kirimkan sejak siang tadi pun hanya ceklis satu.

Altezza melempar ponselnya pada kasurnya. Mengacak-acak rambutnya frustasi. Tak mendengar suara gadisnya sehari saja membuatnya merasa begitu rindu.

Melonggarkan dasinya ia menggeram kesal. Gadisnya benar-benar nakal, tak mengingatnya sama sekali dirinya yang disini.

Merebahkan tubuhnya ia menerawang langit-langit kamarnya dengan membayangkan gadisnya. Ia tersenyum smirk. Entah apa yang dipikirkannya, tapi yang pasti niatnya akan mengejutkan seseorang.


•oOo•

Sebentar ya, mau kasih foto-foto yang bersangkutan dengan part ini dulu diawal hehe🤘

Motor ngabresnya Daffa.
Padahal itu mirip kek punya mimin😩🤘

Baju Daffa si kang ngabres😩🤘

Baju yang dipakai Divanya. Simple🤘

Dan ini yang dipakai Altezza. 🤘🤘

Mobil Altezza yang buat Daffa terkejot!


Sejak kemarin Divanya sama sekali tidak memegang ponselnya. Ia memang berniat tidak ingin terganggu dengan hal apapun selain dikampungnya. Ia ingin memuaskan dengan menikmati desanya selama tiga hari dirumah. Ingin berbaur dengan orang-orang dikampungnya juga saudara-saudaranya.

Apalagi kemarin pas sekali saudaranya ada yang melahirkan. Wah dirinya memiliki ponakan baru.

Saat ini pun dengan style biasa ia keluar dibonceng bersama adiknya menggunakan motor hitam ngabresnya. Padahal adiknya masih Smp tapi sudah seperti anak Sma yang terlihat sedang membonceng pacarnya.

Mereka sedang pergi untuk membeli sesuatu untuk dibawa mereka untuk melihat debay dirumah saudaranya. Hal ini seperti sudah tradisi dari orang jaman dulu secara turun temurun.

"Kok berasa kayak orang pacaran sih," Ujar Divanya diatas motor dengan sedikit berteriak.

Daffa tertawa. "Ye.. Ketara banget orang ga pernah pacaran," Sindir Daffa pada Kakaknya.

Divanya mendelik kesal. Mencubit pelan pinggang adiknya. Membuat Daffa semakin tertawa terbahak diatas motornya.

"Jangan ngomong kalo yang ngomong juga sama," Kesal Divanya pada adiknya.

Dirinya memang tidak pernah dikabarkan berpacaran sejak smp jadi ya gitulah. Walau diera gempuran pra ayang.

"Engga ya! Gue mah tinggal milih mau cewe yang mana wlee!" Serkas Daffa membuat jantung Divanya serasa tersentil dengan ucapam sang adik.

Jika jujur, memang adiknya memiliki paras yang berbeda dengan dirinya. Divanya saja mengagumi adiknya yang lumayan ganteng. Jika dirinya rasanya pas-pasan.

"Sombong lu!" Ngegas Divanya.

"Dih, tapi gue milih ga pacaran ya!" Ujar Daffa

"Iyalah harus! Masih bocil!" Ucap Divanya.

"Benar sekali!" Balas Daffa semangat.

Setelah membeli apa yang disuruh ibunya, mereka pun kembali pulang. Selama mereka diperjalanan selalu saja ada percakapan yang tak ada hentinya. Tertawa diatas motor itu memang menyenangkan.

Menikmati kebersamaan dirinya dengan adiknya.

Namun tanpa dia sadari sepasang mata dengan rokok yang diselipkan disela jarinya tersenyum tipis.

Saat mereka sampai dirumah, Ibunya langsung membawa barang sembako yang kakak adik itu beli tadi. Mereka pun berjalan beriringan menuju rumah saudaranya. Memilih jalan karena rumahnya hanya berjarak tiga rumah saja dari rumah Divanya. 

Sampai disana saudara-saudaranya pun ada yang sudah sampai. Divanya pun menyalimi saudaranya itu.

"Ealah, Diva udah gadis toh." Ujar wanita yang sudah berumur.

Divanya tersenyum. "Iya mbah,"

"Loh Divanya emangnya masih kuliah?" Tanya saudaranya yang lain.

"Masih bulek, baru 2 semester."

"Tapi kok yo, aku serasa ga pernah ketemu loh," Ujar buleknya sambil terkekeh kecil.

"Bisa aja si bulek," Divanya tertawa kecil.

"Wes-wes, cepet tuh liat bayi," Ledek Mbahnya menyuruh Divanya masuk untuk melihat bayi.

"Iya mbah, Diva masuk dulu ya," Izinnya masuk kedalam kamar adik bayi.

"Mbak," Sapa Divanya dan suduk didekat adik bayi.

"Owlh Diva, sehat?" Balas Mbaknya menatap Divanya.

"Sehat mbak," Jawab Divanya sambil mengelus pipi debay.

"Ih imut banget sii," Gemas Divanya melihat debay cowo yang menggemaskan dan begitu imut sekali!

Mbaknya tertawa melihat Divanya yang gemas dengan debay.

"Pengen aku bawa pulang," Gemas Divanya sambil mengelus pelan pipinya, menciumnya pelan.

"Jangan dong, masa ibunya yang sakit yang enak kamu." Canda mbaknya menirukan suara bayi.

Divanya tertawa menyengir. "Maaf geh mbak, tapi ini ga bisa dibiarin! Ini terlalu menggemaskan! jadi pengen," Ucapnya sambil menciumi debay berulang kali dengan pelan.

Mbaknya tertawa lagi melihat tingkah keponakannya ini.

"Ayo buat,"

Suasana tiba-tiba mencekam. Entah perasaan Divanya atau apa, ia merasa suasana tiba-tiba sunyi. Kenapa dirinya seperti mendengar suara orang yang sangat dirinya hafal?

Mbaknya itu menatap laki-laki yang berada diambang pintu kamarnya. Sedikit tercengang dengan laki-laki yang terlihat begitu tampan. Benar-benar lebih ganteng dari suaminya.

Divanya berbalik menatap ambang pintu kamar. Berdiri Altezza yang menatap dirinya dengan tersenyum jahil dan matanya menatapnya mesum.

Dia mengerjabkan matanya beberapa saat. Matanya benar-benar tidak salah lihat kan? Kenapa laki-laki itu bisa sampai disini?! Bahkan dirumah saudaranya! Bahkan ia sedikit menampar pipinya membuktikan bahwa mimpi atau kenyataan.

Altezza yang melihat gadisnya mengerjab itu membuatnya semakin gemas. Rasanya ingin menerkam gadis itu, dan ia akan memeluknya seeratnya.

"Khem! Khem! Siapa tuh Diva? Pacar ya?" Goda mbaknya sambil mengedipkan matanya mengode Divanya yang terbengong bingung.

Tersadar apa yang dilakukannya, dirinya langsung berdiri dan menggeplak lengan Altezza tersebut. Laki-laki itu malah terkekeh dengan bersandar.

"Lo, kok bisa kesini?!" Pekik Divanya tertahan.

"Aku-kamu," Lirih Altezza mengingatkan gadisnya.

"Ish! Iya-iya! Terus kenapa bisa tau kalo aku disini?" Tanya Divanya kembali.

Hal itu membuat Altezza menyeringai licik. Mendekatkan wajahnya pada telinga gadis itu. "Kamu lupa aku siapa?" Tanyanya dengan suara rendah. Divanya langsung sedikit menjauhkan jaraknya, wajahnya memerah.

Divanya menghela nafas, ia tau siapa Altezza. Orang yang berbahaya, makanya dia bisa melakukan apapun. "Utang cerita ya!" Bisik Divanya sambil menatap kesal Altezza.

'Eh! Apa-apaan itu?! Wajahnya kenapa seperti aku ingin makan?!' batin Altezza berteriak melihat wajah Divanya yang kesal namun terkesan menggemaskan.

Memutar tubuhnya kembali hendak berpamitan pada Mbaknya. Padahal dirinya belum puas melihat debay.

"Kok lesu sih, kenapa? Orang ditungguin pacar gantengnya kok," Tanya mbaknya melihat Divanya yang melengkungkan bibirnya kebawah.

Divanya langsung melirik tajam Altezza yang masih setia memandanginya.

"Mau coba gendong?" Tanya Mbaknya sambil berdiri hendak mengambilkan anaknya, untuk mempermudahkan ponakannya itu menggendong.

Mata Divanya langsung berbinar mendengar ucapan Mbaknya. "Tapi Aku agak takut gimana?" Tanya Divanya.

"Ngapapa, kayak gini nih. Mbak jagain," Ujar Mbaknya dan dengan sigap pun Divanya langsung menggendongnya dengan pelan dan lembut.

Divanya tertawa kecil karena senang bisa menggendong debay. Hal itu tak luput dari pandangan Altezza. Dari mulai Divanya yang menatapnya tajam, hingga tiba-tiba ekspresinya menjadi senang.

"Seneng amat," Celetuk Altezza singkat.

Divanya tersenyum. "Iyalah! Imut banget dedek bayinya,"

"Ayo buat," Singkat Altezza membuat ekspresi dua wanita itu berbeda. Yang satu terkejut mendengarnya dan yang satu mengernyit bingung.

Kalian pasti tau siapa yang bingung. Ck! Gadisnya kenapa plos sekali?!

"Ngawur, bayi kok dibuat," Kesal Divanya menatap Altezza, namun kembali tersenyum saat menatap debay digendongannya.

'Fiks! Gadisnya bukan anak kuliahan, tapi bocil polos!' Batin Altezza dengan sedikit menganga itu.

"Seterah mu," Final Altezza memasukkan kedua tangannya pada saku celana pendeknya.

Melihat itu Divanya segera memberikan debay tersebut pada ibunya. "Udah mbak, Diva mau pulang. Ga enak sama ituh!" Ujar Divanya sambil melirik Altezza yang masih setia menunggunya dengan berdiri. Tak mau duduk dia.

"Iya," Jawab mbaknya sambil melirik Altezza genit. Jarang sekali dikampungnya ada orang seperti Altezza.

Divanya pun keluar dari kamar dan diikuti oleh Altezza yang dibelakangnya. Dirinya jadi malu untuk melewati orang-orang yang ada didapur. Apalagi membawa Altezza. Ck! Laki-laki ini!

Pandangan mereka pun langsung tertuju pada Altezza dan Divanya yang baru masuk dapur mengambil sandalnya dan hendak keluar dari sini. Divanya menyengir malu pada semuanya. Berbeda dengan Altezza yang hanya tersenyum tipis diwajah datarnya.

"Loh mau kemana?" Tanya sang ibu melihat anaknya bersama calon mantunya itu.

"Aku mau pulang, ga enak sama Kak Tezza," Ujar Divanya.

Sang ibu mengangguk. "Yaudah, dirumah tadi ada adik kamu kok," Ujar sang ibu membuat Divanya mengangguk.

Berbeda dengan Altezza yang jantungnya berdetak kencang mendengar panggilan dirinya keluar dari mulut gadisnya. Altezza suka itu.

"Kalian cocok loh," Celetuk seseorang membuat Divanya tersenyum.

"Makasih bulek, Diva pamit ya," Mereka berdua pun akhirnya melenggang pergi.

"Hm yang detik-detik mantu," Goda orang-orang menatap ibu Divanya.

Divanya dan Altezza berjalan beriringan untuk kembali kerumah Divanya. Tapi melihat teman tetangganya yang dulu selalu pamer dengannya seketika ia tersenyum penuh arti. Divanya langsung mendekatkan tubuhnya pada Altezza dan menggandeng tangan laki-laki itu.

Altezza memicingkan matanya, menunduk menatap gadisnya yang memeluk lengan kekarnya. Ia tersenyum tipis. Lalu tangan sebelah kanannya mengacak-acak rambut gadisnya gemas.

"Pasti ada maksud lain kan?" Tebak Altezza tepat sasaran.

Divanya menyengir lalu tertawa. "Ih berantakan tau!" Ucap Divanya sembari merapihkan kembali rambutnya.

Tapi didalam hatinya ia tersenyum puas melihat reaksi orang tersebut. Wajahnya langsung berubah masam ketika melihat dirinya.

"Dasar gadis nakal," Bisik Altezza sedikit menunduk karena gadisnya yang pendek.

Divanya membekap mulut Altezza kesal. "Shutt! Ga nakal ga asik!" Balasnya membuat Altezza diam-diam menyeringai.

Melepaskan tangan Divanya yang berada dimulutnya, lalu mendekatkan wajahnya pada Divanya. Dan....

"Woy gila!! Ni mobil lo bang?!" Teriak Daffa membuka pintu rumahnya dengan kasar.

Ia bertemu tadi saat dia bertanya tentang kakaknya. Dia pun tanpa menaruh curiga memneritahukan dimana kakaknya tadi. Namun saat pulang, ia dikejutkan oleh mobil hitam mengkilap terparkir di halaman depan rumahnya.

Dirinya masuk dan mencari model mobil tersebut lewat internet. Betapa mengejutkannya lagi, mobil tersebut termasuk mobil dengan harga meliyaran.

Saat akan keluar melihatnya kembali ternyata  dua manusia itu sudah berada dihalaman depan. Dia pun berteriak.

Mengejutkan dua manusia itu. Divanya tersenyum lega dan Altezza merengut kesal. Mengacaukan sesuatu tadi.

Divanya berlari ke adikanya meninggalkan Altezza yang menatap tajam adik gadisnya. "Hm,"

Daffa menggeleng-gelengkan kepalanya. "Buset! Harganya ga main-main!" Kagum Daffa sambil memegang body mobil tersebut.

Walau ia sedikit gemetar karena tatapan laki-laki itu yang begitu menyeramkan baginya tapi ia harus terlihat biasa. Siapa tau dia calon kakak iparnya. Hehe... Daffa tertawa jahanam didalam hati. Bisa memiliki kakak ipar kaya raya.

Kalian pasti tau dong apa yang dipikirkan Daffa.

"Dasar kek orang ga pernah liat! "Ketus Divanya pada adiknya.

Daffa melirik kesal kakaknya. "Bodoamat!"

"Ih! Ngeselin banget si," Divanya melempar sendalnya pada Daffa dan tepat mengenai pantat laki-laki itu.

Divanya tertawa terbahak. "Mampus pantat bahenol mu!"

Altezza melirik tajam Divanya yang berbicara seperti itu.

"Anjim! Awas ya lu kak!" Daffa berbalik dan hendak melempar kembali sandal Divanya padanya. Namun seseorang sudah berdehem menyeramkan.

"Turunkan," Ucap Altezza dengan dingin dan tajam. Ditambah lagi suara barintonnya terdengar begitu menyeramkan.

Daffa menurutkan sendal saat hampur melayang itu.

Divanya menggidik ngeri saat Altezza menatapnya. Kakak beradik itu saling tatap lalu tak lama.

"HUAAA!! KABORRR!!" Teriak keduanya dan berlari masuk kerumah meninggalkan Altezza yang sedikit tercengang itu. Sepertinya ia akan memiliki gadis yang nakal dengan adik yang satu sefrekuensi.

Altezza menggeleng-gelengkan kepanya,  tersenyum tipis. Ia pun ikut masuk kedalam rumah sederhana gadisnya.

Bersambung....

Tbc.

Maaf ya guys kita telat up, soalnya udah mulai sekolah dari hari senin tanggal 2. Dan yah mimin sibuk karena full day juga tugas yang sudah meronta-ronta😣

Jadi mohon apresiasinya supaya mimin makin semangat dan tidak melupakan kalian.

Cukup dia yang melupakan ku saja, aku jangan melupakan kalian😩🤘

Continue Reading

You'll Also Like

37.9K 1.4K 23
Sebuah cerita tentang kebinalan sosok Bian. Remaja awal SMA yang berparas tampan dan imut berkulit putih mulus yang selalu dapat menangkap mangsa par...
24.5K 1.1K 29
"Kenapa kita harus sembunyi, ketika mendengar kabar orang meninggal?" "Takut!" "Apa yang perlu di takutkan? Bukankah kita semua juga akan meninggal...
2.5M 257K 41
just Brothership, Not BL / Homo Alvian namanya, bocah 15 tahun yang tiba-tiba terbangun di tubuh bocah 10 tahun, si kecil dengan mulut pedas nya yang...
712K 73.3K 31
Tentang ia yang hanya bayangan di keluarga nya, tentang ia yang harus di paksa kuat oleh keadaan, dan tentang ia yang harus bisa tegar di saat semua...