ALTEZZA

By devitrnnviii

987K 47K 2K

"Jangan pernah mencoba lari dariku Sayang, sebab dimana pun kau berlari akan selalu kukejar."Senyum laki-laki... More

PROLOG
ALTEZZA [ 1 ]
ALTEZZA [ 2 ]
ALTEZZA [ 3 ]
ALTEZZA [ 4 ]
ALTEZZA [ 5 ]
ALTEZZA [ 6 ]
ALTEZZA [ 7 ]
ALTEZZA [ 8 ]
ALTEZZA [ 9 ]
ALTEZZA [ 10 ]
ALTEZZA [ 11 ]
ALTEZZA [ 12 ]
ALTEZZA [ 13 ]
ALTEZZA [ 14 ]
ALTEZZA [ 15 ]
ALTEZZA [ 16 ]
ALTEZZA [ 17 ]
ALTEZZA [ 18 ]
ALTEZZA [ ]
ALTEZZA [ 19 ]
ALTEZZA [ 20 ]
ALTEZZA [ 21 ]
ALTEZZA [ 22 ]
ALTEZZA [ 23 ]
ALTEZZA [ 24 ]
ALTEZZA [ 25 ]
ALTEZZA [ 26 ]
ALTEZZA [ 27 ]
ALTEZZA [ 28 ]
ALTEZZA [ 29 ]
ALTEZZA [ 30 ]
ALTEZZA [ 31 ]
ALTEZZA [ 32 ]
ALTEZZA [ 33 ]
ALTEZZA [ 35 ]
ALTEZZA [ 36 ]
ALTEZZA [ 37 ]
ALTEZZA [ 38 ]
ALTEZZA [ 39 ]
ALTEZZA [ 40 ]
ALTEZZA [ 41 ]
ALTEZZA [ 42 ]
ALTEZZA [ 43 ]
ALTEZZA [ 44 ]
ALTEZZA [ 45 ]
ALTEZZA [ 46 ]
ALTEZZA [ 47 ]
ALTEZZA [ 48 ]
ALTEZZA [ 49 ]
ALTEZZA [ 50 ]
ALTEZZA [ 51 ]
ALTEZZA [ 52 ]
ALTEZZA [ 53 ]
ALTEZZA [ 54 ]
ALTEZZA [ 55 ]

ALTEZZA [ 34 ]

11.5K 530 4
By devitrnnviii

Jangan lupa vote 🌟 dan komennya🙌

Ayo beri semangat Mak dpit ayok😩

Jangan lupa vote 🌟 dan komennya 🙌

Chapter ini ada yang lagi perang wkwk

Action!


"Pagi Al!" sapa Farell memasuki ruang kerja milik Altezza.

"Hm," jawab Altezza.

"Hari ini bukankah jadwal interviu untuk seketaris?" tanya Farell yang duduk di sofa ruangan.

"Hm,"

Farell berdecak kesal mendapat jawaban Altezza yang seperti tai sejak tadi." Pelit amat jawabnya bang!" cibir Farell beranjak dari duduknya.

Altezza tak menanggapi cibiran sahabatnya yang sudah seperti laki-laki kurang belaian itu.

"Gue mau jadi terima tamu deh, lumayan liat calon yang seger," ucap Farell terkekeh geli sendiri lalu keluar dari ruangan Altezza dan mengambil kursi di dekat pintu masuk ruangan Altezza.

Mendudukkan tubuhnya dikursi dengan senyum jenaka dibibirnya menghiasi wajah semangatnya. Betrand yang hendak masuk diruang Altezza harus melihat Farell yang didepan pintu.

"Kenapa kau disini?" tanya Betrand bingung.

"Menunggu wanita-wanita interviu. Apalagi," jawabnya dengan enteng.

Betrand mendelik. Lalu meninggalkan Farell sendiri. Ia memasuki ruangan Altezza untuk membantu laki-laki itu mencari orang yang baik untuk menjadi seketarisnya.

Hanya delapan orang tersisa dari puluhan orang yang mendaftar. Dan kini akan di interviu oleh Altezza dan Betrand hanya mendampingi.

"Permisi, bolehkah saya masuk?" ijin seseorang laki-laki yang ingin interview dengan Altezza. Dan Farell hanya mengangguk. Farell emang ya, mentang-mentang menunggu giliran para gadis saja dirinya semangat.

Tiga pecalon laki-laki sudah melakukan interview. Kini seorang perempuan dengan tubuh molek menyapa Farell. Dengan senang hati pun Farell menyambutnya.

"Apakah kau pecalon disini?" tanya Farell menelisik penampilan wanita didepannya.

"Benar Pak," jawabnya dengan sopan. Tapi nada suaranya seakan dibuat-buat.

"Ah baiklah, tapi saya rasa belum masuk saja kau sudah diusir," sindir Farell membuat wanita didepannya menatap Farell bingung. Tidak maksud dengan ucapan Farell.

"Maksud Bapak apa ya?" tanyanya menaikkan kedua alisnya.

Farell tersenyum smirk, mendekatkan wajahnya pada telinga gadis itu. "Karena kau seperti ingin melamar menjadi jalangnya, bukan seketarisnya," bisiknya membuat wanita itu menahan malu.

"Tidak terima? Coba saja kau masuk," kekehnya kembali duduk di kursinya.

Wanita itu mendengus lalu masuk ke dalam ruangan Altezza.

Altezza yang sudah mengetahui orang selanjutnya adalah perempuan membuat Altezza merasa sensitive dan langsung menatap tajam wanita yang berjalan ke arah kursi didepannya. Namun, melihat pakaian yang dipakainya membuat Altezza langsung mengalihkan tatapannya.

"Keluar," ucap singkat Altezza tanpa menatap orangnya.

Wanita tadi berhenti dan langsung tersenyum senang karena misinya berhasil membuat ia tanpa di interviu bisa masuk dengan mudah dugaannya. "Apakah saya sudah diterima Pak?!" tanyanya antusias.

"Tapi saya blacklist," singkat Altezza membuat wanita itu bertanya-tanya.

Betrand yang tau situasi langsung berdiri menyuruh wanita itu keluar. "Kau tidak diterima dan kau juga di blacklist dari perusahaan ini. Jadi kau tidak bisa bekerja disini," ujar Betrand menjelaskan dan mendorong pelan tubuh wanita molek berpakain seksi yang tidak sopan itu.

Farell yang melihat gerutuan gadis itu membuatnya tertawa mengejek. "Kau tak percaya denganku heh," ucap Farell dengan tatapan mengejek.

Mendengus kesal dan langsung melenggang pergi untuk meninggalkan perusahaan ini.

Beberapa jam telah berlalu, dan Altezza kini sedang memijat pangkal hidungnya dengan raut lelah. Sampai dimana ia dan Betrand setuju memilih salah satu dari mereka. Dan Altezza pilih adalah laki-laki yang sepertinya memiliki title dan logika yang tinggi. Masih beruntung dirinya.

Tak lama juga ia langsung menyuruh seketarisnya itu untuk mempersiapkan meeting dirinya nanti. Dilihat dari cara kerjanya, Altezza bernafas lega karena begitu profesional dalam kerjanya.

"Bagus Jeko, tingkatkan cara kerjamu lagi,"

"Baik Tuan," jawab Jeko, yang kini resmi menjadi seketaris Altezza. Lebih tepatnya Revandra.

•oOo•

"

Orang gila itu? Bisa-bisanya ngasih gue ponsel semahal ini?" gumam Divanya sambil mengamati ponsel ditangannya yang terlihat begitu mulu dan terasa begitu elegan. Jangan lupakan, harun duit yang begitu menyeruak hidungnya.

Divanya berjalan untuk menuju warteg terdekat untuk dirinya sarapan. Sebab ia lagi tak ingin memasak. Jika lelaki gila itu sudah berpamitan untuk menuju kantor. Katanya sih akan ada interviu pagi-pagi. Jadi dirinya harus berangkat lebih pagi.

Ya, Divanya hanya mengangguk saja. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Tiba-tiba juga memberikan ponsel seharga puluhan juta ini pada dirinya.

Kalau dipikir-pikir, lumayan juga sih. Tapi Divanya tetap harus waspada. Takut jika dirinya dimanfaatkan. Pantas saja orang luar sana rela menjual dirinya demi kekayaan seperti ini. Mengingat hal tersebut membuatnya harus ingat tujuannya yakni menimba ilmu untuk kesuksesan dirinya.

"Nih ndok, nasi dan lauk favorit dek Diva," ujar ibu warteg sambil tersenyum ramah.

"Terimakasih ibuu," balas Divanya dengan senang.

"Ohya, kok tumben nggak pernah keliatan toh?" tanya ibu warteg pada Divanya yang jarang terlihat.

"Ouh, lagi banyak tugas kuliah buk, jadi makannya sering masak sendiri seadanya," bohongnya, padahal kalian tau sendiri bukan? Dimana dia lana tidak terlihat.

"Aduhh, ibuk lupa. Udah mulai tugasnya banyak ya. Tetap semangat ya nduk, biar jadi orang sukses," ujar ibu warteg menyemangati Divanya.

"Aminn, makasih ibuk," balas Divanya senang. Ia senang sekali kalau melihat orang yang mendoakan dirinya. Siapa tau doa dari orang lain pun manjur dan didengar oleh Tuhan.

"Yaudah, ibuk mau goreng telur dulu, menunya sudah habis nih,"

"Oalah, iya buk,"


oOo



"Gawat!!" panik Amer, tangan kanan Farell yang melihat rumah sakit tempat Justin dirawat sedang mengalami keadaan tidak beres.

Bagaimana tidak, tiba-tiba saja anak buahnya yang berjaga di jalan dekat rumah sakit mengabarinya jika sudah terjadi keramaian yang begitu mencurigakan menuju kemari.

Dengan segera pun dia memperketat keamanan diruangan Justin. Dia juga langsung menelpon seluruh pasukannya untuk menghalau di luar rumah sakit.

"Amer! Apa kita perlu menghubungi Tuan Altezza?" tanya temannya yang berlari setelah membuat pengumuman jika para orang yang berada area rumah sakit harus berlindung.

"Jangan! Kita beritahu saja dulu Tuan Farell, setelahnya biarkan Tuan yang bertindak ingin menghubungi Tuan besar Altezza atau tidak." ujar Amer dan diangguki oleh temannya itu. Amer langsung mengeluarkan senjata api dari punggungnya untuk berjaga-jaga.

Suara tembakan dari arah luar terdengar begitu nyaring, para pasukannya dengan penyusup sedang beradu dibawah sana. Amer berlari untuk turun ke salah satu lantai yakni ke lantai dua agar bisa menghalau para penyusup yang berhasil masuk.

Ia memecahkan kaca rumah sakit untuk mempermudahnya membidik orang-orang penyusup dari lantai atas rumah sakit. Setidaknya ia harus melemahkan musuh karena pasukannya ada yang ikut tumbang.

Orang-orang berteriak histeris dengan kejadian mengerikan dirumah sakit ini.

Disisi lain Farell yang masih menikmati makanannya di ruangan pemimpin perusahaan langsung mengumpat kala anak buahnya menghubunginya. Terdengar suara kericuhan dari sebrang sana membuat Farell cepat-cepat keluar dari ruangan Altezza.

Saat membuka pintu ruangan Altezza ia bertemu dengan seketaris baru itu. Entahlah Farell lupa namanya. "Kasih earphone ini ke A- khem! Ke Revandra! Bilang ke dia, jika ini mendesak! Dari saya Farell, cepat!!" panik Farell hampir saja mulut seksoynya keceplosan mengucapkan nama Altezza. Dirinya pun langsung pergi dari perusahaan Altezza dengan berlari menuju mobilnya.

Jeko yang melihat raut panik itu lantas berlari ke ruang meeting Altezza bersama perusahaan lain. Membuka pintu pelan dengan tersenyum lalu menuju Bosnya dan berbisik sesuatu. "Dari Pak Farell, katanya mendesak Pak," bisik Jeko sopan.

Setelahnya Altezza memasang earphone itu pada telinga sebelahnya. Para kepala perusahaan menatap bingung Altezza. "Khem! Baik, maaf atas jedanya." ucap Altezza pada kepala perusahaan itu. Yang tentunya dengan mengkode Farell yang terhubung dengan earphone miliknya.

"Ah tidak apa Pak Revandra, kita memakluminya." ucap salah satu dari mereka.

Lain dengan Farell yang disebrang sana sedang bekerja ekstra melawan beberapa para musuhnya yang menyerbu Farell ketika baru sampai di rumah sakit. Belum turun dari mobil saja Farell sudah dihampiri.

Mendengar suara Altezza dari earphone-nya membuat Farell langsung menjawabnya disela ia bertarung. "Anjir baru nyambung!"

Nada kesal terdengar di telinga Altezza. "Kita sampai mana?" tanyanya mencoba kembali mengkode Farell.

Namun ditempat Altezza, para petinggi sedang menunjukan dimana mereka harus membahas kembali yang belum jelas.

Tapi disisi lain, "Sialan! Rumah sakit tempat Justin di serang! Buru anjer!" terdengar suara tembakan begitu banyak disana membuat Altezza langsung berdiri dari duduknya.

"Maaf, meeting kita tunda." tandas Altezza dan membuat semunya terkejut bingung. Tapi Altezza sudah keluar dari ruangan dan bertemu Jeko. "Urus semua, meeting di tunda, ada urusan genting" ucap Altezza berlari memasuki ruangannya dan mencari senjata andalannya yang ia simpan.

Disisi lain Farell mengumpat setelah mendengar Altezza baru saja akan kemari. Untung saja dia jago bertarung juga jago menembak. Sebab sejak tadi banyak yang mengincarnya. "Woy! Buru! Gue diserang habis-habisan baru sampe depan doang ini!!" gerutu Farell dengan tubuh yang masih lihai bertarung.

"Kayaknya gue dikira lo deh! Mereka pada nyerang gue habis-habisan anjir!" teriak Farell kesal, panik dan lemas.

"Njing! Gue bukan Altezza ya! Kalo lo coba nembak gue, gue tembak mati lo pada!" celoteh Farell disela-sela bertarungnya.

"Woy bajingan! Kenapa lo main dibelakang! Untung mata gue jeli!" kesalnya ketika melihat ada seseorang yang hendak menusuknya dari belakang.

"Woy seloo! Gue belum punya pac--

Altezza mematikan earphone-nya yang masih terhubung dengan Farell. Laki-laki bermulut lemes itu benar-benar membuat sebelah kupingnya memanas mendengar celotehan tak berfaedah itu. Bisa-bisanya mulutnya tak pernah diam ketika sedang bertarung seperti ini.

Punya salah apa hidup Altezza bisa memiliki teman yang bermulut gacor.

Altezza menepikan mobilnya dipinggir jalan ketika melihat seorang tukang ojek ada ditepi jalan. Memakai topi hitamnya lalu melepas jas beserta dasinya dan menyisakan kemejanya, ia turun menghampiri laki-laki tukang ojek itu.

Dengan tenang tapi pasti Altezza memukul tengkuk tukang ojek itu hingga tak sadarkan diri, dan Altezza dengan cepat memakai jaket juga helm ojek itu. Walau didalam hati Altezza kesal dengan baunya, tapi ia harus tahan untuk penyamarannya.

Setelahnya ia menaiki motor dan membonceng tukang ojek tak sadarkan diri itu. Saat sampai di rumah sakit, dapat dilihat banyak sekali orang-orang yang berjatuhan dan bertarung.

Mata tajam Altezza melihat Farell dan beberapa anak buahnya yang sedang bertarung. Altezza segera memapah cepat tukang ojek itu untuk masuk kedalam rumah sakit.

"Shit!" umpat Altezza ketika suara teriakan-teriakan terdengar dari lorong rumah sakit. Bahkan penyusup itu menembaki orang yang tak ada hubungannya dengan semua hal ini.

Bersambung....

Tbc.

Jangan ditiru ya, perlakuan yang tidak tepuji ini.

Tim Altezza Divanya?
Tim Rando Divanya?
Tim Farell Divanyaa?

Jangan lupa loh kasih semangat.

Detik-detik konflik ini mah karena dah ayem-ayem aja hidupnya dari maren.

Spoiler dikit😅

See you next time🤗

Continue Reading

You'll Also Like

102K 3.5K 33
Cahaya Bintang Erlangga Gadis mungil 18 tahun, biasa di panggil Bintang Gadis yang ceria, tetapi semejak bertemu dengan pria yang bernama Agra yang...
3.2M 182K 79
(SUDAH TERBIT DI TEORI KATA PUBLISHING) (BISA DI ORDER VIA SHOPEE) (LINK CO? BISA DM IG : LSNAALUNA_) __________ MATURE CONTENT (18+) 🦋Novel by Lsna...
2.6M 122K 48
•Obsession Series• Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi ...
289K 8.8K 45
Tidak ada kata 'romantis' untuk mendeskripsikan pasangan populer SMA Kapeda. Pasangan yang di juluki sebagai 'couple bad SMADA' ini hanya membuat ora...