Jika Saja Ku Tolak Cintanya [...

By LadyHong_

174K 10.9K 885

Noted : sebagian cerita merupakan kisah nyata. Rate age : 18+ terdapat adegan kekerasan yang tidak patut diti... More

1.
2.
4.
5
6.
7.
8.
9
10.
11
12.
13.
14.
15
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31
32.
33
34.
35
36.
37.
38.
39.
40.
JSKTC SEASON II
⚠️Pengumuman⚠️

3.

6K 403 21
By LadyHong_

Bisa dibilang hari itu saat di halte, merupakan hari terakhir yang Sephia ingat sebagai pertemuan keduanya dengan Musa sebelum pria itu menghilang kembali keesokan harinya. Sikap Musa yang tidak mudah ditebak membuat Sephia ketagihan untuk memikirkannya, bahkan dua hari semenjak ia menghilang. Sephia mempunyai rasa penasaran kemana ia menghilang kali ini, atau apa alasan ia menghilang? apakah ada perkataannya yang ceroboh membuat pria itu berpaling? Padahal kemarin Joly mengatakan bahwa Musa masuk sekolah setiap hari.

Sebenarnya bisa saja Sephia melangkah sekitar lima menit untuk menuju kelas Musa yang hanya dipisahkan dua ruang kelas saja, tapi sifat gengsi yang tak mudah untuk diobati meluap merajai kerinduannya. Tunggu, rindu? Sephia rindu pada Musa?

Sephia menggelengkan kepalanya dengan keras membantah isi otaknya, bagaimana mungkin pria absurd yang baru ditemuinya dua kali membuat ia sudah rindu.

"Di halte dia gak minta nomor Lo?" tanya Joly sambil memakan cilok dalam satu suapan.

"Enggak."

"Dia beneran menghilang lagi setelah minta kesempatan dua bulan?"

"Iya."

"Gaje banget tuh orang, dia maunya apasih," ucap kesal Joly menusuk-nusuk plastik yang semula berisi cilok yang sudah habis.

"Mungkin ada perkataan gue yang bikin dia tersinggung," jawab Sephia menerka.

"Ya seenggaknya dia bilang." Kali ini Joly bereaksi mematahkan tusukan cilok.

"Sudahlah, itu berarti dia emang gak serius sama gue."

"Yaudah sih, cowok masih banyak. Kita cari lagi," ucap Joly menghibur.

"Kita? Lo kan Udah punya Randi," sanggah Sephia.

"Iya maksudnya kita cariin Lo cowok."

"Gue pindah kesini bukan untuk cari cowok, gue mau sekolah yang bener."

"Oh iya, btw soal pindah. Alasan Lo pindah ke Jakarta apa?"

Sephia menggigit bibir bawahnya terlihat seperti mencari alasan, kedua matanya menunduk seperti baru saja ketahuan.

"Phia," ucap Joly menyentuh tangan Sephia.

"Gu..gue pindah karena__"

"Gausah cerita sekarang kalo Lo belum siap, daripada Lo ngarang cerita." Joly menyambar kalimat Sephia yang tampak ragu.

"Kalo gue udah siap, gue bakal cerita nanti." Sephia tersenyum saat mendengar bahwa teman barunya ini sangat mengerti dirinya.

"Saat ini gue cukup bahagia dengan punya temen kayak Lo, jangan berubah ya, Joly." Sephia menambahkan.

"Apaansih Lo, drama banget." Tawa keduanya terdengar bersahutan dan keras mengalahkan suara musik di kantin itu.

****

Sephia yang baru saja selesai mengikuti ekstrakulikuler Theater, terlihat bersemangat untuk pulang menunggu bis tujuannya. Tepat beberapa hari lalu ia ingat sekali ada Musa menghampirinya menawarkan sulap klasik, menguncir rambut gondrongnya sehingga wajah cantik itu terlihat jelas. Bagi Sephia, Musa tetaplah cantik di matanya. Wajah oriental dengan kulit putih pucat, mata sipit yang indah, bibir tipis, Serta hidungnya yang mancung dengan pas. Sephia ternyata hafal detail tekstur wajah pria random itu, yang kini menghilang tak menunjukan pergerakan untuk meluluhkan hatinya.

"Sephia!" sebuah motor berhenti tepat di hadapannya bersama pria berkulit hitam manis bernama Candra Kaka kelas sekaligus seniornya di Theater.

"Kak Candra!" Sephia bangkit menyapa seniornya.

"Sendiri aja? Joly nya mana?"

"Joly dianter pacar, Kak."

"Oh pulangnya kemana?" tanya Candra.

"Perumahan Golden Garden."

"Sama, gue juga disitu. Mau bareng?"

"Yang bener, Kak?"

"Kalo Lo gak percaya, Lo bisa mampir dulu ke rumah gue."

"Yaudah deh, Kak." Candra mengelap jok motornya itu dengan jaket hitam yang ia kenakan.

"Makasih, Kak."

"Oke."

Sepanjang perjalanan Candra terdengar sesekali bersenandung karena tidak ada topik obrolan dari keduanya, dan kecanggungan mulai tidak terdeteksi saat Sephia dengan ragu mengeluarkan suaranya dari arah belakang.

"Hmmm, Kak Candra."

"Iya?" Candra menjawab dengan kedua tangan masih menggenggam kemudi motor.

"Kak Candra gak takut sama Musa?"

"Musa? kenapa?" Candra sedikit melambatkan laju motornya.

"Kakak adalah cowok pertama yang nyapa gue, semenjak cowok absurd itu bilang ke semua cowok di sekolah kalo gue incarannya. Jadi semua cowok di sekolah gak berani deketin gue."

"Iya tadinya gue juga gitu." Candra tampak mengimbangi dengan tawa.

"Terus?"

"Ya ngeliat Musa gak ada pergerakan, ya gue lah yang bergerak!"

Entah apa maksud dari Candra tentang kata gerak itu, maksudnya teman kan?

Sephia menggenggam erat roknya karena merasa pembahasan mereka sudah masuk ambigu, Sephia tidak ingin kepedean pada senior yang belum ia kenal ini.

"Kenapa diem? gue salah ngomong ya?" Candra kembali bersuara sambil melihat dari spion.

"Itu, Kak! rumah gue nomor 32," tunjuk Sephia segera untuk mengalihkan pertanyaan Candra.

Terlihat Papanya sudah bertengger saja di luar pagar rumah mengamati setiap kendaraan yang lewat, karena sebelumnya Sephia menyuruh Papanya untuk tidak menunggu di halte karena ia diantar oleh teman. Menjadikan Martin berpindah tempat penantian ke depan pagar untuk memastikan teman yang Sephia maksud, semenjak kejadian yang dialami anaknya saat di Lombok. Membuat Martin trauma dan selalu menyempatkan untuk menjemput Sephia dan memastikan anaknya baik-baik saja saat pulang sekolah.

"Pah, Kok Papa diluar." Sephia mencium tangan Papanya saat sudah turun dari motor Candra.

"Kamu gak apa-apa kan, Nak?" Martin mengusap rambut Sephia seperti ritual sebelumnya.

"Gak apa-apa, Pah."

"Halo, Om. Saya Candra, temen Sephia."

Martin menerima perkenalan tangan Candra.

"Papa Sephia."

"Kamu temen apa? temen sekelas?" tanya Martin kemudian sambil mengamati tubuh Candra.

"Seniornya di eskul theater, Om." Candra menjawab dengan ramah dan santai.

"Jangan galak galak sama anak saya yah, " ucap Martin menepuk pundak Candra.

"Papa!"

"Sephia anak baik dan manis, Om. Saya gak ada alasan buat galak sama dia."

"Bisa saja kamu, Om juga pernah muda loh."

"Kalau begitu saya pamit ya, Om." Candra mencium tangan Martin dengan sopan.

"Hati-hati, muka kamu sudah saya tandai."

Candra hanya merespon dengan tawa.

Sephia merasa bahwa ia seperti dilahirkan kembali semenjak pindah ke sekolah, kehidupannya berubah drastis. Ada Joly yang menjadi temannya, serta teman-teman lain yang tidak pernah menyakitinya. Juga Papa yang lebih perhatian terhadapnya sekarang, Sephia merasa cukup untuk ini semua. Dan ditambah, Candra yang semenjak hari itu, ia menjadi lebih dekat dengannya.

Terimakasih sudah membaca Jsktc, dukung aku dengan voted juga komen nya ya guys.

Ig: acha.nuralbi

Continue Reading

You'll Also Like

362K 46.7K 12
"Liburan berujung petaka." Begitulah kira-kira kalimat yang tepat menggambarkan nasib Deyana Evalee Matayava. Gadis Indonesia yang berpetualang di sa...
1.4K 133 17
Dante yang awalnya hanya berniat menghancurkan kehidupan Isabel, seiring berjalannya waktu malah membuatnya terobsesi untuk memilikinya. Apa yang har...
3.2M 47.3K 31
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
1.9M 90.5K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...