Unwanted (End)

By Dhe_lacious

526K 35.7K 2K

Sanji adalah seorang omega yang tak di inginkan. Di jual oleh ayahnya sendiri. Di siksa oleh saudara-saudar... More

Prolog
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas
duabelas
tigabelas 🔞⚠
empatbelas 🔞⚠
limabelas
enambelas
tujuhbelas
delapanbelas 🔞
sembilanbelas
duapuluh
duapuluh satu
duapuluh dua
duapuluh tiga
duapuluh empat
duapuluh lima
duapuluh enam
duapuluh tujuh
duapuluh delapan
duapuluh sembilan
tigapuluh
tigapuluh satu
tigapuluh dua
tigapuluh tiga
tigapuluh empat
tigapuluh lima 🔞
tigapuluh enam
tigapuluh tujuh
tigapuluh delapan
tigapuluh sembilan
empatpuluh
empatpuluh satu
empatpuluh dua
empatpuluh tiga
empatpuluh empat
empatpuluh lima
empatpuluh enam
empatpuluh tujuh ⚠🔞
empatpuluh delapan
empatpuluh sembilan
limapuluh satu
limapuluh dua
limapuluh tiga
limapuluh empat
limapuluh lima
limapuluh enam
limapuluh tujuh
End 🔞

limapuluh

7.3K 492 33
By Dhe_lacious

"Perkenalkan, saya Robin. Pengacara dari almarhum tuan Rey Vinsmoke" Wanita yang memiliki rambut hitam panjang itu memperkenalkan diri kepada mereka.

Kejadian ini berlalu beberapa menit yang lalu, dan sekarang Zoro, Sora dan Robin berada di kantin rumah sakit untuk mengobrol.

Sementara Usopp di tugaskan untuk menjaga Sanji di ruang ICU.

"Jadi ada apa anda menemui kami? " Zoro bertanya kepada wanita yang ada di depannya.

Wanita itu tersenyum lalu menyodorkan sebuah map yang sedari tadi berada di tangannya.

"Ini adalah wasiat dari tuan Rey"

Zoro mematung, ia tak tau harus mengambilnya atau menunggu Sora untuk berbicara.

Karena sejujurnya ia tak mengenal Rey Vinsmoke atau kakeknya Sanji. Yang kenal dengan pria itu hanya Sora, selaku ibu Sanji.

Sora menyentuh pelan lengan Zoro, mengisyaratkan agar pria itu mengambil benda yang ada di hadapannya.

Dengan ragu Zoro mengambil Map tersebut dan membukanya.

"Bacalah" Ujar Robin kepada Zoro.

Zoro mengangguk dan mulai membaca bait demi bait yang tertulis disana.

Matanya membesar saat dirinya selesai membaca setiap rincinya.

"A-apa maksudnya ini? " Dirinya kaget dan bertanya kepada Robin.

" Itu adalah Surat wasiat yang di tulis almarhum sebelum ia meninggal." .

"Tak ada satupun yang mengetahui wasiat ini, termasuk anaknya sendiri" Robin kembali berucap.

"Maksudmu? Bahkan Judge tidak mengetahuinya? " Zoro bertanya.

Robin menggeleng.

"Jadi, kenapa baru sekarang kau datang menemuinya? " Tanya Zoro yang masih tak mengerti arah pembicaraan ini.

"Karena aku mendengar, Sanji baru saja melahirkan seorang anak" Jelas Robin.

Ia menyeruput kopi yang dari tadi ia pesan, setelah itu melanjutkan kalimatnya  "Seperti yang kau baca tadi, semua poin yang tertulis disana, hanya akan berlaku saat Sanji memiliki keturunan"

"Maksudmu, semua itu jadi milik Sanji? " Zoro menatap lekat mata wanita itu.

Robin tak menjawab, ia hanya tersenyum dan mengangguk.

Zoro tak tau dia harus takut atau bahagia.

Sejujurnya ia Shock saat membaca isi surat wasiat itu.

Jika kalian ingin tau, poin penting dari surat itu ialah, Rey Vinsmoke mewariskan 75% kekayaan atas namanya kepada Sanji saat cucunya itu telah mempunyai keturunan.

Sementara sisanya akan disumbangkan kepada Panti Asuhan dan acara amal.

Tentu hal itu membuat Zoro sedikit takut.

Bukan apa-apa. Masalahnya adalah, Surat ini tidak serta merta berlaku begitu saja. Di poin terakhir yang ia baca, surat akan berlaku jika mendapatkan tanda tangan dari yang bersangkutan, yaitu Sanji sendiri.

Jika sekarang Sanji masih koma, berarti semua harta itu masih berada di tangan Judge.

Jika ayahnya tau Sanji yang mewarisi semuanya, tentu saja ia akan murka dan akan menghabisi Sanji.

Nah, ia tak mau itu terjadi. Ia tak mau Sanji di lukai atau disakiti oleh siapapun lagi.

Cukup, kali ini saja kejadian ini terjadi karena kebodohan dan kesalahannya.

Ia tak mau mengulanginya lagi.

Melihat tubuh Sanji yang terkulai di lengannya dengan wajah pucat dan mata terpejam cukup membuat kewarasannya hampir hilang.

Jika sesuatu terjadi pada Sanji, ia tak tau harus berbuat apa.

Ia sudah tak memiliki kekuatan lagi. Tentu saja ia tak bisa melindungi Sanji seperti saat dia memiliki anak buah dimana-mana.

Zoro terdiam cukup lama sampai suara Robin kembali Mengintrupsi.

"Pegang surat ini, dan pastikan Sanji menandatanganinya. Setelah itu Aku akan kembali untuk melegalkan dan validasi segalanya"

Usai mengatakan itu, sang wanitapun bangkit dari duduknya.

"Senang bertemu kalian, saya pamit dulu" Ia membungkukkan badannya lalu berbalik dan pergi meninggalkan mereka.

-------------

Sepeninggalnya Robin, Sora dan Zoro kembali ke ruang ICU untuk menemui Sanji.

Tampak di luar ruangan, Usopp menunggu sambil memainkan hapenya.

"Kau sudah masuk? " Tanyaku saat sudah sampai di hadapannya.

"Belum, Suster itu berkata hanya satu orang yang boleh masuk. Tapi aku segan jika tak membiarkanmu masuk duluan" Jelasnya.

"Ahh begitu ya, baiklah. " Jawabku kemudian memandang ke arah Sora.

"Bu?! Apa ibu mau masuk duluan?! " Tanyaku padanya.

"Bolehkah? "

"Tentu saja, aku akan panggil perawat"

Setelah itu Zoro pergi memanggil perawat untuk meminta izin masuk.

Karena Sanji dalam keadaan koma dan kritis, tak sembarangan orang bisa masuk untuk menemuinya.

Hanya satu orang dan itupun harus memakai pakaian khusus saat masuk kedalam.

Sora sudah memakai pakaian yang di sediakan oleh rumah sakit dan sekarang ia akan memasuki ruangan.

Jantung berdegup kecang karena akan bertemu sang anak untuk pertama kalinya saat dia sembuh.

Ia memutar knop pintu dan mulai melangkah masuk.

Dari sana ia dapat melihat seorang pria berambut pirang yang sama dengannya, berbaring dengan segala alat penunjang hidup yang menempel ditubuhnya.

Sora berjalan dan duduk di kursi samping ranjang yang memang disediakan disitu.

Ia menatap lekat wajah pucat dan kurus itu lalu menggapai tangan sang anak.

Tangan itu terbalut perban dan jarum infus tertancap di punggung tangannya. Dengan hati-hati ia mengelus pelan bagian yang sekiranya tak menyakiti sang anak.

"Nak ibu disini" Ujarnya lirih sambil mengelus jari jemari Sanji.

"Ibu merindukanmu" Tak terasa air mata juga sudah mengalir membasahi pipinya.

15 menit berlalu, dan yang dilakukan Sora hanya menangis dan menggenggam tangan anaknya erat.

Ia tak tau harus berkata apa, separuh ingatannya telah hilang. Hanya saat-saat tertentu ia bisa mengingat dengan jelas.

Sora melirik jam yang ada di dinding dan mulai bangkit dari sana. Rasanya sudah cukup waktu yang dihabiskannya disini.

Bukannya ia tak mau berlama-lama tapi ia yakin Zoro juga sudah tak sabar ingin melihat Sanji.

Sebelum keluar, ia sempatkan untuk mencium kening sang Anak dan mengucapkan "ibu akan kembali" Setelah itu, ia benar-benar pergi.

Di luar tampak Zoro yang sudah memakai gaun khusus, dan menunggu Sora keluar untuk bergantian.

"Masuklah" Ucap Sora lembut dan menyentuh pundak Zoro sedikit untuk memberi ketenangan.

Zoro mengangguk dan berjalan masuk dengan perlahan.

Di dalam ruangan Zoro dapat melihat Sanji yang tertidur dengan tenang.

Alat-alat penunjang hidup seperti ventilator, infus, oksimeter dan teman-temannya melekat sempurna di tubuh Sanji.

Hati Zoro sakit melihatnya, namun ia tak bisa melakukan apa-apa.

Kakinya terus berjalan menuju ranjang dan melihat Sanji dari dekat.

Perut yang tadinya membesar, kini sudah rata kembali seperti semula.

Ia mengelus lembut perut itu dan menitikan air mata saat teringat bagaimana perut besar Sanji mengeras dan membuat Pria itu kesakitan.

Sungguh mau berapa kalipun dia menyalahkan dirinya, Waktu tak akan bisa diputar.

Zoro bergerak ke kursi dan duduk disana.

Ia gengam jari Sanji dengan hati-hati lalu mengecupnya lembut.

"Hei.. " Ucapnya lirih dengan air mata yang berusaha di tahannya.

"Kau tak ingin melihat anak kita? " Zoro mengajak Sanji berbicara, berharap pria itu bangun.

"Kau marah padaku ya?! "

"Kau marah karena aku tak mempercayaimu? "

Gengaman tangannya semakin erat tapi tetap ditahan agar tak menyakiti Sanji.

"Kau marah karena aku mengusirmu?! "

"Kau marah karena.... " Zoro tak bisa mengutarakannya lagi. Dadanya sakit dan nafasnya tercekat.

Ia mengambil nafas panjang sebelum melanjutkan.

"Kau boleh marah kepadaku. Memukulku, Menamparku atau menghajarku sepuasnya. Aku tak akan melawan"

"Ta-tapi bangunlah... Lihatlah anak kita. Lihatlah anak yang telah coba kau besarkan di dalam perutmu. Lihatlah ia yang menginginkan pelukanmu"

"Ba-bahkan aku tak sanggup melihatnya. Aku merasa sangat tak pantas"

"Semua ini salahku"

"Semua ini hahhh~ semua ini tak seharusnya terjadi"

Rasa bersalah menggerogoti hatinya sampai rasanya lidahnya sudah kelu untuk mengutarakan itu.

"Sanji aku mencintaimu. Bangunlah sayang"

"Maafkan aku"
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

------------

Author note

Sori Zor, gw gak maafin... Bay

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 199K 47
Note : belum di revisi ! Cerita di tulis saat tahun 2017, jadi tolong di maklumi karena jaman itu tulisan saya masih jamet. Terima kasih ___________...
2.1K 88 17
Giving Birth in a Supernatural Game Penulis : The Way Back (路归途) Penerjemah : Shu Update : Setiap Kamis, jam 20.00 WIB ...
81.4K 8.2K 35
FIKSI
403K 29.6K 39
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG