Syasha (Sudah Terbit)

By putriang06

742K 70.8K 8.4K

(Follow because private) Saran, mumpung masih lengkap, mending baca. Sebelum di hapus untuk terbit. *** Syak... More

PROLOG
01. Games
02. Morning routine
03. Syasha?
04. Soon
05. How?
06. Konferensi Pers
07. A Big family
08. Sick
09. Princess
10. Protective
11. Amer
12. Who?
13. What?!
14. Daddy late, dear
15. There are many thinks
16. Dewa
17. Lose
18. Worried
19. Only Onigiri
20. No way?
21. Vidio call in grup
22. Who's Dinda?
23. Why not?
24. Not Different
25. What are you doing?
26. Today is?
27. Hah?
28. Caring
29. Not easy for them
30. Flashback
31. Good night
32. Practice
33. Sorry daddy
34. Briefing
35. Bathroom
36. Help her
37. Cry
38. Apartemen
39. Tom & Jerry
40. Swim
41. Good night
43. Boston
44. Shut up
45. Drunk or Drinking milk?
46. Try
47. Happy New Year
48. Dinda's plan
49. Important
50. Her?
51. Died
52. Peace
53. Long time
54. Find
55. Katrina
56. Cursed
57. The reason
58. Lies
59. Security
60. End.
Ekstra part
Nabar!
PO SYASHA!!!
3 HARI SEBELUM TUTUP PO!
HARI TERAKHIR PO!

42. Short story

7K 1K 136
By putriang06

Pagi-pagi sekali, Syasha merasakan perutnya melilit. Dia baru saja keluar dari kamar mandi. Wajahnya pucat, lalu memaksakan untuk berjalan ketempat tidur dengan gontai.

Keningnya berkeringat, sedangkan tubuh yang lain terasa dingin. Sambil menyelimuti tubuhnya, Syasha memejamkan matanya seraya meringkuk di dada bidang abangnya lagi.

Jam masih menunjukkan pukul empat, masih terlalu pagi dan dia tidak ingin membangunkan siapapun. Lagi pula dia juga masih mengantuk walau tak nyaman dengan perutnya.

"Sayangg..."

Usapan di pipinya membuat Syasha kembali terusik. Matanya perlahan terbuka lalu cahaya matahari membuatnya melenguh tak nyaman, melihat itu El segera menutupnya dengan tubuh.

"Abang?" gumamnya serak setengah merengek.

"Udah siang."

Syasha merengek lagi, lalu mengerjabkan matanya menatap abangnya yang sudah rapih. "Abang mau kemana?" tanyanya heran. Tiba-tiba saja merasa segar melihat abangnya seperti ingin pergi.

"Mau ikut?" Alih-alih menjawab pertanyaan adiknya, El justru melontarkan pertanyaan lain.

"Mau!"

El terkekeh. "Ayok."

Syasha membuka lebar tangannya. Seperti biasa, El yang paham adiknya langsung menunduk, membawa tubuh kecil adiknyaa dengan mudah.

Lalu berjalan menuju kamar adiknya untuk dimandikan oleh nany.

Setelah menghabiskan satu jam kurang. Akhirnya Syasha keluar dengan mengenakan dress putih tulang.

"Manis banget." El mengecup kening adiknya singkat. Lalu menggandengnya keluar.

"Kita mau kemana Abang?" tanya Syasha penasaran sambil mendongak.

"Mau pergi."

"Tapi kemana?" Syasha kesal.

"Maunya kemana emang?"

Alis Syasha bertaut. Apalagi setelah lift terbuka dan memperlihatkan Daddy dan mommynya yang sudah sangat rapih.

Mata Syasha terbelalak. "DADDY!!"

Tidak. Kali ini El memegang erat lengan adiknya saat gadis itu ingin berlari.

"Kita mau jalan-jalan?!" Syasha semakin semangat saat sudah dekat dengan daddynya. Akhirnya tangan El terlepas. Lalu Raka segera mengangkat tubuh putrinya dengan lembut.

"Cantik banget."

Cup.

Syasha tertawa geli. Dia sampai melupakan kejadian tadi pagi saat perutnya tiba-tiba sakit.

"Daddy gak kerja?" tanya Syasya ceria. Senang sekali jika daddynya tidak kerja. Padahal kerja juga untuk mencari nafkah.

"Cuti."

Syasha mengangguk kesenangan. "Ayok pergi!"

El menggeleng gemas.

***

Syasha mengira mereka benar-benar akan pergi berlibur. Memikirkan bagaimana angin pantai atau tidak wisata negara lain seperti biasa. Namun ternyata, salah.

Matanya memandang lesu melihat bangunan tak menarik didepannya.

Mansion lama milik opah. Tempat kecilnya mommy. Huft!

Syasha sudah tak minat ngapa-ngapain. Bahkan wajahnya masam walau sejak tadi abangnya King mengajaknya mencari cemilan kesukaannya.

Pantas saja semua abangnya ngikut!

"Mau apa sayang?" tanya King masih tak mengerti adiknya yang masih bergeming.

"Mau jalan," sahut El mendekat. Membuat tubuh King menyingkir karena memang hanya dia yang bisa membujuk adiknya yang ngambek.

"Opah sakit, gak mau kedalam?" El pucuk kepala adiknya.

Syasha semakin cemberut saja. Dia mana tega meminta jalan-jalan tapi opahnya tengah sakit didalam. Perjalanan sejauh ini juga masih membuat tubuhnya lelah dan hanya ingin istirahat.

"Syahsa kira mau jalan-jalan."

Suara tawa.

Revan!

Syasha sudah akan menangis kalau saja tidak mendengar suara tawa itu berubah mengaduh. Marvel memukulnya. Syasha jadi tak ingin menangis lagi saat sudah dibalas setimpal.

"Masih mau disini?"

Syasha melirik abangnya sekilas. Tidak minat untuk menjawab apapun. Dia hanya ingin diam dan diam.

"Mau hujan---"

Tanpa aba-aba dia turun sendiri dari mobil. Tanpa bantuan siapapun walau abangnya masih setia disamping tubuhnya.

Syasha mendorong King juga. Abang tertua itu hanya diam, lalu kembali menyingkir. Dan Syasha berjalan masuk dengan wajah masam.

"Pms El?"

El menggeleng. "Udah lewat."

"Terus kenapa?" heran Samuel.

"Ya marah lah karena gak sesuai ekspektasi!" sahut Revan. Sebenarnya dia tak ingin menertawakan adiknya. Itu spontan. Mana bisa orang receh menahan tawa saat lucu kan?!

Akhirnya lima laki-laki itu berjalan memasuki mansion lama yang memang tak pernah dihuni lagi. Tapi entah mengapa opahnya ingin tinggal ditempat itu saat tiba-tiba saja jatuh sakit.

Mereka memang tidak berkata apa-apa saat tahu penyebab sakit opahnya adalah kecapean.

Saat Minggu lalu. Tepatnya saat dirumah sakit karena dia paling sering pulang pergi mengikuti anak-anaknya yang lain. Alasannya, ingin menjaga Syasha.

"Mana princess?" Tiba-tiba Raka muncul dari samping.

Mereka sontak menoleh bersamaan. El lebih dulu menggeleng. "Ngambek, pergi duluan."

Raka menghela nafas pelan. "Bujuk lagi. Bilang opah mau ketemu."

El mengangguk. Padahal dia tak tahu adiknya kemana.

"Daddy keatas."

Mereka mengangguk bersamaan lagi. Lalu paham bahwa para orang tua tengah sibuk. Mereka mengkhawatirkan opahnya yang benar-benar sakit kali ini.

Raka juga baru mengambil beberapa makanan sehat yang entah dari mana.

"Mba!" Revan berseru keras.

Maid yang barusan akan pergi ke toilet dapur langsung terlonjak. Dia meringis saat mengetahui tuan mudanya menatapnya. Kenapa harus dia yang terlihat? Padahal jaraknya cukup jauh. Dan kenapa waktunya tak pas? Padahal kan dia ingin buang air besar! Astaga.

Maid itu akhirnya sampai di depan tuan mudanya.

"Iya tuan?" jawabnya ramah.

"Liat Syahsa?"

Walaupun mereka jarang sekali berkunjung di mansion lama ini. Tetap saja para maid yang menjaga sudah hafal dengan keluarga besar majikannya.

"Saya liat ke belakang tuan."

Revan mengangguk lalu berterima kasih. Saat lima laki-laki itu pergi, maid itu segera berlari ke arah toilet.

"Syasha!" Revan berteriak.

Sisanya hanya mengamati. Membiarkan Revan mengambil alih mencari Syasha.

Berbeda dengan mansion mereka yang lain. Kini belakang rumah mansion milik opahnya terdapat taman yang terbentang luas. Banyak ruangan yang mereka tahu adalah gudang.

Sisa lahannya, kuburan.

Terdapat nama Alexander, dan Muzza.

"Serius Syasha kesini?" Samuel mulai tak yakin. Pasalnya adiknya selalu takut melihat kuburan.

"Yakin. Tuh! Dia di saung."

El menoleh. Benar saja disana ada adiknya yang tengah duduk bersama salah satu maid yang sudah tua.

Setelah mereka sampai, Syasha mulai menoleh. Menatap satu persatu abangnya dengan wajah datar. Tidak seceria biasanya.

"Padahal lusa mau liburan, masa ngambek sih?" Revan berdiri sambil menyilang kan tangannya.

"Gak ngambek."

Bohong banget. Sudah tahu Syasha ekspresif. Senang, sedih, kesal, marah, atau lainnya langsung terbaca dari raut wajah.

El langsung membawa adiknya ke dekapan. Mata Syasha sontak berkaca-kaca, dia kesal karena ekspektasinya salah. Lagi juga kenapa dia tidak menanyakan langsung saja? Memang sempat sih bertanya. Tapi saat tidak dijawab Syasha lebih santai karena berfikir tidak papa berlibur kemana juga. Dia menyesal.

"Nanti jalan-jalan sama Abang." El menunduk. Menangkup wajah adiknya lalu mengecup satu persatu sudut disana.

"Syasha udah gak pengen."

El tersenyum tipis. "Opah nyariin."

"Iya, nanti sakitnya gak ilang-ilang kalo obatnya jauh," sahut Revan.

"Syasha bukan barang." Dia cemberut.

Samuel terkekeh menepuk pucuk adiknya pelan.

"Ngapain tadi?" Itu abangnya King. Sambil menoleh, Syasha mulai juga menarik senyumannya. "Ini nany mommy dulu, Syasha cuman ngobrol."

Lima cowok itu menoleh. Lalu baru sadar memang sejak tadi ada seorang maid didekat adiknya.

Maid itu tersenyum. Keriputnya terlihat di bawah dan samping mata. "Syasha gak beda jauh sama mommynya." Maid itu terkekeh. "Gemesin."

Revan tersenyum, merasa bangga sendiri bisa bagian dari Abang Syasha. "Cepet ngambek juga."

Syasha memukul perut Revan. "Abang ih!"

Maid itu tertawa geli. "Pasti mansion disana rame ya?"

El membenarkan dalam hati.

"Dulu mansion ini rame juga. Heboh mulu. Tapi udah sepi sekarang. Saya memang rindu. Tapi tuan besar lebih rindu ternyata."

"Kenapa gak ke mansion Syasha aja? Disana ketemu mommy terus pasti," tawar Syasha dan maid itu menggeleng pelan.

"Keluarga saya disini."

"Pindah," Marvel menyeletuk.

"Maaf tuan muda. Saya tidak bisa meninggalkan tempat saya sekarang."

Marvel mengangguk saja.

Kali ini pipi Syasha ditarik ke atas. El sang pelaku pun mengelus pipi adiknya lembut yang masih bersandar pada tubuhnya yang tengah berdiri. "Ke opah?" ajak El lagi.

Tak membutuhkan waktu lama, Syasha akhirnya mengangguk.

Akhirnya mereka meninggalkan taman. Berjalan memasuki mansion dan menemui orang-orang yang tengah berkumpul.

Saat mereka sampai, tubuh Syasha langsung diangkat daddynya yang kebetulan tengah di dekat pintu.

"Mau makan sayang?" Raka tersenyum lembut.

"Opah udah makan?" Alih-alih menjawab, Syasha bertanya pada opahnya dengan suara yang besar, tentu orang-orang disana langsung mendengarnya. Termasuk Tama yang terbaring lemah di kasur king sizenya.

Tama terkekeh pelan. "Kenapa? Mau opah suapin?"

Syasha tentu menggeleng. Saat dia diturunkan samping opahnya, Syasha langsung merebahkan diri disamping opahnya.

"Kalo opah gak mau makan karena pait. Syasha juga gak mau makan."

Yang lain tertawa mendengarnya. Tentu karena menggemaskan mendengar hal itu. Padahal Tama sudah bukan usia labil yang akan keras kepala dengan hal semacam itu lagi.

Tama mengangguk dengan susah payah. Tangannya mengelus pipi sang cucu, sedangkan samping kasur itu ada oma yang diam memandang.

"Opah harus cepet sembuh."

"Iya." Tama tersenyum lembut.

Semua mendekat, lalu duduk di ujung kasur. Sedangkan abang-abangnya Syasha tengah berdiri saja.

"Opah pusing?" tanya Syasha lagi, mulai duduk mengikuti yang lain. Omanya langsung ikut duduk disamping Syasha. Sedangkan kursi kosong itu langsung ditempatin Beby, mommynya.

"Awas opahnya nanti ketindihan," tegur Beby saat putrinya bergerak mencari tempat nyaman.

Syasha cengengesan. Lalu beringsut mendekat oma.

"Oma gak sakit kan?"

"Nggak dong, Oma selalu sehat!"

Syasha tertawa kecil dia memeluk Omanya sesaat.

"Ayo makan, nanti perutnya sakit." Itu suara daddynya lagi. Syasha jadi teringat kejadian pagi tadi.

"Jam empat Syasha kebangun. Perut Syasha sakit banget, tapi bukan mules."

Oke.

Detik selanjutnya Syasha yang menempati posisi opahnya.

TBC.


Banyak-banyak komen, biar berkah wkwkkw

Share Syasha udah belum sih kalean?? Biar rame gitu^^

See u!

Continue Reading

You'll Also Like

8.4K 466 5
BUDIDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA!!! [bijak dalam berkomentar, tidak menerima hujatan, kalo nggak suka dengan cerita aku, skip aja nggak usah dibaca...
30.7K 1K 44
Hai Gw Candy PLAGIAT DILRANG KEMARI Pencapaian - #3 - SMK (12/3) - #2 - Remaja (18/3) - #1 - Badboy (18/3) - #4 - SMA (18/3) - #3 - Baper (18/3) - #1...
87.8K 5.8K 59
Sebelum baca cerita ini aku saranin baca cerita aku yang Daimmer dulu, karena semua konflik dan awal mula cerita ini berawal dari Daimmer! Kenyataan...
425K 28.3K 51
⚠️Mampir aja dulu, sapa tau suka⚠️ Genre: #FiksiRemaja #Humor #Fantasi ••• Rank in 2 #humor Rank in 1 #fiksiumum Rank in 1 #acak Rank in 1 #transmigr...