Hello, my senior girl~ (Tamat)

By Vinaasmarani

174K 11.1K 859

"Hai kakel cantik" Seorang laki laki berdiri menghadang jalan sang kakak kelas perempuan. Tidak ketinggalan... More

Satu satu
Dua dua
Tiga tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas.
Duabelas
Tigabelas.
Empatbelas
Limabelas
Daftar Nama
Enambelas
Tujuhbelas
Delapanbelas
Sembilanbelas
Duapuluh
Duapuluhdua
Duapuluhtiga
Duapuluhempat
Duapuluhlima
Duapuluhenam
Duapuluhtujuh
Duapuluhdelapan
Duapuluhsembilan
Tigapuluh
Tigapuluhsatu
Tigapuluhdua
Tigapuluhtiga
Extra part.
Extra story
epic story
New story

Duapuluhsatu

3.2K 238 22
By Vinaasmarani

Kejadian dimana Vanya disekap oleh Raka, tidak menggemparkan sekolah karena hanya Hans dan Arlan yang tahu. semua kekacauan sudah di urus oleh Arlan dan Hans dibantu suruhannya untuk menyelesaikan tanpa satu pun orang lain yang tahu.

Vanya saat ini memang sudah pulang kerumahnya, dan terjadi interogasi mendetail oleh kedua orang tuanya. untung saja Mawar, mommy Hans mengantar dirinya dan Hans untuk membantu Vanya menjelaskan yang terjadi kepada dirinya. dengan alasan ia jatuh dari tangga hingga membuat kepalanya di perban.

Tentu saja ayah dan bunda Vanya terkejut melihat anaknya pulang dengan keadaan kepala yang terluka.

Pak Yono, ayah Vanya tadi sempat terkejut saat mengetahui putrinya dibawa pulang oleh bossnya sendiri.

Setelah berbincang beberapa saat, dan kedua orang tua Vanya berterima kasih kepada Mawar. Vanya digiring untuk beristirahat di kamarnya. Hans memasang wajah tidak rela saat akan pulang, namun ia kembali tersenyum ketika mengingat hari ini adalah hari yang terindah bagi dirinya karena berhasil merasakan bibir manis milik Vanya yang sudah ia damba sejak lama. Wajahnya memanas, ia bisa merasakan pipinya memerah. jika saja banyak orang sudah pasti reputasinya jatuh.

****

Sedangkan Vanya yang sudah ditinggal sendirian di kamarnya, gadis itu segera menjatuhkan tubuhnya keatas ranjang miliknya.

Vanya berguling guling diatas kasur, ia lupa dengan keadaan kepalanya yang terluka hingga membuatnya meringis kesakitan. Vanya menelungkupkan tubuhnya dan menenggelamkan wajahnya diatas bantal.

"Huaaaaaaaa sialan Hans!!! bibir gueee." Teriak Vanya yang teredam oleh bantal.

Gadis itu menggelengkan kepalanya, masih dengan posisi wajah yang tenggelam dibantal. ia terus saja terbayang adegan 17+ dikepalanya. dimana Hans mencium bibirnya layaknya ahli, hingga membuat Vanya masih merasakan semuanya dibibirnya sampai sekarang. Vanya mencoba mengenyahkan bayang bayang dikepalanya, namun sayangnya justru semakin jelas dan membuatnya ingat kembali.

Dan akhirnya Vanya memutuskan untuk tidur.

****

Dilain sisi Hans terus tersenyum dengan pandangan yang tidak fokus seperti orang gila, sampai membuat Mawar yang menyetir dibuat heran saat melihat spion yang menampilkan anaknya dibangku belakang tersenyum dengan jari telunjuk yang menutupi bibirnya dan pandangan mengarah ke jendela.

Baru kali ini Mawar melihat anaknya tersenyum tulus tanpa sorot mata yang mengerikan. sampai membuat Mawar tersenyum ikut merasakan kesenangannya.

Mawar berharap, semoga Vanya benar benar bisa bertahan dan membuat anaknya terus bahagia seperti yang ia lihat sekarang ini.

"Rasanya manis, aku ingin merasakannya kembali. sepertinya mulai sekarang semua anggota tubuh Vanya jadi bagian favoritku, dan tidak ada yang boleh menyentuhnya." gumam Hans.

Semua kata kata Hans masih bisa ditangkap ditelinga Mawar. Mawar menyimpulkan bahwa putranya baru saja merasakan ciuman pertamanya, dan itu didapatkan dengan gadisnya.

Mawar tersenyum simpul, menyadari keposesifan yang dimiliki anaknya kepada gadis yang bernama Vanya itu.

"Bagaimana pendapat mommy jika Vanya menjadi milikku seutuhnya?" ucap Hans bertanya.

Matanya menyorot penuh keobsesian saat menatap mata ibunya yang ia tangkap dari kaca spion yang tergantung didepan. laki laki itu membayangkan suatu hari Vanya bersamanya dan menjadi miliknya, membawa gadis itu kerumah yang akan menjadi sangkar emas yang indah hanya untuk dinikmati olehnya. Hans memastikan semua itu terjadi saat ia mempunyai segalanya dengan kerja keras yang ia lakukan atas perintah ayahnya, saat itu juga kekuasaanya berada diatas milik ayahnya sendiri.

"Ya anakku, Vanya memang milikmu bukan?" jawab Mawar.

"Ya, Vanya memang milikku~" ucap Hans, bibirnya menampilkan seringai yang mengerikan.

****

Langit mulai menggelap, senja semakin tenggelam ditelan malam. beberapa orang masih ada yang memiliki kegiatan dimalam hari, meski sebagian juga di beberapa tempat sudah sunyi saat waktu menunjukan jam tujuh malam.

Seorang gadis tengah mengganti perban dikepalanya dan dibantu oleh sang bunda. dari kain kasa yang memutar, lalu dibersihkan dan diganti dengan hanya dengan kapas dan anti septik untuk lukanya. terlihat jahitan yang masih basah dipelipis gadis itu.

"Heran bunda tuh sama kamu, jadi perempuan enggak ada lembut lembutnya makannya jatuh kan?" omel Amy kepada anaknya.

Andai saja bundanya tau kalau anak gadisnya disekap oleh laki laki yang terobsesi dengan aroma rambutnya, bahkan sampai ingin melepaskan rambutnya dari kepala, pasti Amy akan histeris dan tidak mungkin bersikap santai seperti ini.

"Ya, gimana bun... kan kecelakaan. enggak ada yang tahu kan yang namanya musibah datangnya kapan?." sangkal Vanya.

Sedangkan Amy yang tengah serius dan berhati hati mengurus anak gadisnya itu, melirik anaknya yang berani menjawab ucapannya.

"Ya, lain kali tuh hati hati. kamu tuh udah jelek, kalau banyak lukanya tambah jelek gimana? nanti enggak ada yang mau loh sama kamu." celetuk Amy.

"Ih Bunda mah gitu, anaknya lagi kesakitan juga." gerutu Vanya merajuk.

"Hus udah udah, lagi ganti perban sempat sempatnya aja saling ejek." Sela Yono dengan tegas.

Vanya mengangguk setuju dengan ucapan ayahnya, dengan bibir yang mengerucut gadis itu memandang sosok ibunya yang nyengir lebar itu.

"Udah selesai? katanya mau kondangan?" tanya Yono kepada istrinya.

Amy memang sudah siap dengan pakaiannya, namun Vanya tidak tahu kalau dirinya akan ditinggal oleh orang tuanya.

"Ih, bunda sama ayah kondangan? kok Vanya enggak di ajak?." tanya Vanya kepada kedua orang tuanya.

"Kamu udah gede, enggak boleh ikut ikutan kita terus. kamu dirumah aja, bunda sama ayah sekalian pacaran dulu." ucap Amy meledek anak gadisnya itu.

Vanya memutar bola matanya malas, bundanya ini memang jiwa jiwa muda yang pengennya diromantisi melulu.

Setelah semuanya selesai, Vanya mengantar kedua orang tuanya kedepan rumahnya.

Vanya masih di ambang pintu, namun sepetinya ada seseorang yang menunggu ayah dan ibunya diluar gerbang. gadis itu mengernyit menajamkan penglihatannya, karena ingin tahu siapa seseorang itu.

"Vanya, ini ada Arlan loh, sini dulu." teriak Amy memanggil anaknya yang terdiam didepan pintu.

Mau apa Arlan berkunjung malam malam begini? Vanya melangkahkan kakinya untuk mendekati kedua orang tuanya.

"Ada apa nak Arlan berkunjung kemari?" tanya Yono.

"Saya cuma mau jenguk Vanya om, katanya Vanya sakit?." jawab Arlan.

Terlihat laki laki itu membawa buah tangan, dengan satu kantong kresek besar yang terlihat penuh.

"Om sama tante mau kemana? udah rapi gini? saya datengnya enggak tepat ya waktunya?." lanjut Arlan bertanya.

"Saya sama istri mau kondangan dulu. kamu kalau mau ngobrol silahkan masuk, tapi inget ya pintu harus tetap dibuka. anak saya jangan diapa apain." pesan Yono.

"Yaudah deh, saya langsung balik aja, saya enggak enak kalo berdua doang." ucap Arlan tidak enakan.

"Udah masuk aja, tuh si Vanya juga dari tadi kerjaanya rebahan mulu, padahal masih bisa duduk. manja, mentang mentang sakit" celetuk Amy.

"Apaan? bunda mah fitnah mulu sama anak sendiri. enggak ada bagus bagusnya deh perasaan." gerutu Vanya.

Dalam hati Vanya merengut kesal, kenapa ayah dan ibunya begitu saja mengizinkan anaknya berduaan dengan laki laki. ingin protes, tapi kan orang tuanya sudah mengizinkan. semoga tidak terjadi apa apa karena atas seizin orang tua.

"Yaudah, inget kami pesen sama kalian, jangan macam macam kalau kami tinggal." Peringat dari Amy kepada sepasang remaja itu.

"Baik tante. hati hati dijalan, om tante." jawab Arlan.

Sepasang suami istri itu pergi meninggalkan sepasang remaja. Amy dan Yono percaya dengan anaknya yang mampu menjaga harga dirinya sebagai perempuan, dan Arlan terlihat anak yang baik, bahkan Arlan sering main ke rumah walaupun hari ini adalah hari pertama membiarkan mereka hanya berdua saja.

Setelah kepergian orang tuanya, Vanya mempersilahkan Arlan masuk dengan rasa terpaksa. gadis itu berjalan mendahului Arlan tanpa banyak kata. lalu, mereka memasuki rumah dan menyuruh Arlan duduk menunggunya sebentar untuk mengambil minum.

Setelah Vanya kembali dengan kedua gelas cokelat hangat ditangannya untuk Arlan dan dirinya, Vanya ikut duduk dikursi ruang tamu. gadis itu membuka satu kotak brownis yang diberikan Arlan bersama buah buahan yang laki laki itu bawa.

Tidak ada yang memulai pembicaraan, keheningan terjadi saat ini. Arlan yang sibuk memperhatikan Vanya yang terdapat perban kecil dibagian pelipisnya. dan Vanya yang melahap brownis dari Arlan dengan gigitan yang besar.

Setelah beberapa saat keheningan terjadi. Arlan yang sedari tadi hanya diam memperhatikan gadis di duduk di sofa panjang itu, akhirnya laki laki itu bangkit dari sofa single yang saat ini ia duduki.

Vanya yang tengah menyeruput cokelat hangatnya, melirik Arlan dengan ekor matanya dibalik gelas yang gadis itu genggam. gadis itu menaruh gelasnya dimeja, dengan cepat Arlan duduk disamping Vanya dan mendorong gadis itu hingga terpojok oleh lengan sofa.

"Lo ngapain duduk disini? pindah sana, jangan macem macem deh." kata Vanya.

Gadis itu merengut, melihat Arlan yang melanggar aturan dengan mengikis jarak mereka.

"Gue cuma mau liat luka lo, coba sini liat?." ucap Arlan.

Vanya mengangkat alisnya tanda ia heran dengan permintaan Arlan, kan sudah jelas dilihat dari perbannya.

Tanpa persetujuan Vanya, Arlan memalingkan wajah Vanya kearahnya. karena posisi Arlan yang duduk disebelah kanan Vanya dan keberadaan lukanya dipelipis kiri, Arlan meraih wajahnya sampai gadis itu ikut memutar tubuhnya karena akan membuat lehernya sakit.

"Memang benar. lo terlalu menarik Vanya, apalagi saat sedekat ini." gumam Arlan, yang tidak berhubungan sama sekali dengan luka yang ia lihat.

Arlan menumbuk manik cokelat gelap didepannya, sangat indah dan sangat menarik seakan mengundang untuk diselami semakin jauh bak palung mariana yang selalu menjadi misteri. gadis yang diperhatikan saat ini oleh Arlan hanya memandang balik mata tajam dihadapannya dengan berkedip polos.

Laki laki itu tersenyum saat melihat bibir tebal dengan belahan ditengahnya yang ketika tersenyum sangat manis, dan membuat candu. Mengusap perlahan bibir itu, dengan lembut membersihkan sisa sisa cokelat yang menempel disana mengganggu pemandangan indah di bibir yang berwarna pink alami itu.

"Lo kayak anak kecil, makan aja belepotan." ejek Arlan.

Vanya merengut mendengar ejekan yang diberikan Arlan untuknya.

"Gue bukan anak kecil ya...  berhenti anggap gue anak kecil." ucap Vanya.

"Oh ya?" tanya Arlan.

"Hmm." gumam Vanya mengiyakan.

Vanya memutar bola matanya malas, Arlan selalu mengejeknya seperti itu. dan itu menyebalkan bagi gadis itu.

Cup

Dengan tiba tiba Arlan mengecup ujung bibir gadis itu. meski sekilas dan hanya menempel, Vanya bisa merasakan lembab sampai ke sudut pipinya. Vanya mengerjap polos karena belum sadar dari keterkejutannya.

"Kalo bukan anak kecil, enggak mungkin pas di cium kaget kayak gini." ucap Arlan.

"Arlan!!! Babi!!! pergi lo dari rumah gue!!!." sentak Vanya setelah sadar dari kagetnya.

Gadis itu segera bangkit dari duduknya, dan segera menarik lengan Arlan menyuruhnya untuk bangun dari duduknya. Vanya mencak mencak kepada Arlan yang melanggar peraturan dari orang tuanya untuk tidak melakukan hal yang macam macam.

Padahal mungkin jika Arlan menahan kekuatannya agar tetap duduk, Vanya tidak akan sanggup menyeret Arlan sampai teras. Arlan dengan sengaja membiarkan Vanya menyeretnya keluar.

"Pulang sana!!! udah enggak terima tamu!!!." usir Vanya.

"Yah, baru juga sebentar, Van. kan gue lagi jenguk lo yang lagi sakit." tolak Arlan.

"Pokoknya sekarang juga pergi dari rumah gue, titik!!!." perintah Vanya.

"Ok, ok. gue pulang sekarang. Cepet sembuh. Acara Hut sekolah belum selesai, gue butuh partner." ucap Arlan.

Arlan mendekat selangkah kearah Vanya. lalu, laki laki itu mengusap lembut belakang kepala Vanya. Hanya beberapa detik, lalu di tepis oleh Vanya dengan kasar. Arlan justru tersenyum dengan respon Vanya yang menurutnya menggemaskan dengan wajah cemberutnya.

Vanya, gadis itu mendorong Arlan mundur selangkah lebih jauh. dan Arlan tetap bergeming. memperhatikan wajah Vanya seolah menyimpan memori fitur wajah gadis itu untuk bersarang lebih lama di otaknya berharap sampai ke mimpi. lalu laki laki itu menaruh telapak tangannya diatas kepala Vanya dan mengusap dahi Vanya dengan lembut.

"Udah jangan cemberut. Ok, gue pulang sekarang. sampai ketemu nanti." pamit Arlan dengan senyum yang mengembang cerah.

Akhirnya Arlan melenggang pergi dengan hati yang bagaikan musim semi dipenuhi bunga bunga. Sedangkan Vanya, melihat punggung Arlan yang menjauh. setelah memastikan laki laki itu menghilang dari pandangannya, ia masuk kedalam rumah dengan menghentakan kakinya tanda ia masih kesal dengan orang yang pergi barusan.

______________________________________

Guys, partnya pendek ya?

aku lg sibuk, enggak sempet.

sebenernya ini masih ada lanjutannya, tapi aku bagi dua aja buat part depan alias minggu depan lagi.

aku maksa minta Vote dan Komen atas kerja keras aku nulis part ini meski nanggung banget.

dukung terus author lewat Vote biar author makin kerja keras bikin cerita ini. dan semangat buat nulis.

Continue Reading

You'll Also Like

29.3K 2K 36
Ketika perasaan rasa cinta yang Regis miliki tumbuh menjadi obsesi, dan tanpa disangka sang ayah sudah menjodohkan adik Nya, Wigela kepada sang CEO t...
749K 89.4K 34
(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Bagiamana menurut kalian ketika tiba-tiba dalam beberapa hari hidup kalian berubah drastis. Yang dulunya harus bekerja untuk...
1.1M 55.4K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
65.9K 2K 37
(Usahakan vote dan komen sebelum membaca) Matthias, seorang pendeta manipulatif dan juga memiliki sebuah rahasia gelap yang di sembunyikan dari para...